Kembang apinya sudah berakhir. Kami turun dari gedung dan memutuskan untuk pulang. Aku sama sekali tidak berkata apa-apa. Ayase langsung bertanya, "Seito-kun, kamu aneh sekali. Daritadi kamu diam saja. Biasanya kita selalu mengobrol." Mengobrol? Apa yang harus aku bicarakan ditengah-tengah perasaan seperti ini? Yang ada nanti aku malah salah bicara. Kami sampai di depan rumah Ayase dan aku akan langsung pulang. Rumahku sedikit lebih jauh dari rumah Ayase. Tapi, Ayase memegang bajuku dan menahanku. "ada apa, Aya-chan?" tanyaku.
"menginaplah. Menginaplah dirumahku. Ini sudah sangat larut." Katanya. Mungkinkah, sudah tersampaikan?
"ini belum selarut itu, lagipula rumahku kan tidak jauh juga dari rumahmu." Kataku.
"sudahlah, pokoknya datang saja." Katanya sambil menarikku masuk. Tidak ada pilihan lain selain mengikuti kemauannya. "aku akan meminta Onee-chan mengabari orangtuamu nanti." Katanya lagi.
Malam itu, aku tidur di rumah Ayase, dan bahkan sekamar dengannya. Aku tidak bisa tidur. Padahal kami sering tidur bersama dari kecil. Berbeda denganku, Ayase tidak merasakan apa-apa dan tertidur dengan nyenyak. Ya, sebaiknya aku santai dan berusaha untuk tidur juga. Keesokan paginya saat aku terbangun, aku sudah berada dalam pelukan Ayase dan untuk sesaat, aku merasakan kehangatan dari pelukannya, tidak... tunggu dulu. Kami saling berpelukan. Aku terkejut bukan main dan Ayase langsung bangun karena suaraku. Sial, aku membangunkannya. Kenapa aku begitu terkejut. Kami kan sudah sering berpelukan saat tidur sejak kecil.
"Selamat pagi." Sapa Ayase dengan keadaan masih setengah mengantuk.
"Se...selamat pagi." Jawabku gugup.
"Kau... Apa yang kau lakukan padaku? Kenapa kau memelukku?" tanyaku. Sialan, kenapa aku harus bertanya. Kami kan sudah biasa.
"Kenapa kamu bertanya? Bukannya ini sudah biasa? Semalam kamu kedinginan, jadi aku memelukmu. Apa tidak boleh? Maafkan aku." Jadi begitu, ya.
"Tidak....tidak apa-apa. Terimakasih, Aya-chan. Tidak usah mempermasalahkan itu lagi. Satu-satunya hal yang harus kita khawatirkan adalah Ayaka-san. Semoga saja dia tidak berbuat yang aneh-aneh." Kataku dengan firasat buruk. Dan juga kecurigaanku bertambah besar saat melihat perilaku Ayaka-san. Dia terlihat menghindariku dan seperti menahan tawa.
Setelah sarapan, aku pulang dan saat sampai dirumah aku mendengar papa dan mama tertawa-tawa. "Tadaima." Sapaku.
"Oh, Seito. Okaeri. Jadi kau sudah melakukannya? Bagaimana rasanya?" kata papa sambil tertawa. "ara-ara*, sepertinya mama harus segera menyiapkan pernikahan untuk kalian berdua." Kata mama sambil tertawa dan menunjukkan foto di ponselnya. Foto ini, foto aku dan Ayase berpelukan. Foto saat kami tidur. " apa ini?! Kenapa bisa ada foto ini? Atau jangan-jangan..." kataku terkejut. "ya darimana lagi kalau bukan dari Ayaka-chan." Kata papa sambil tertawa. Sialan, ternyata benar dugaanku. Dia melakukannya hal-hal aneh, dasar Ayaka-san siaaaalllaaannn!!
Aku langsung berlari kerumah Ayase untuk menemui Ayaka-san. Aku dan Ayase memarahi Ayaka-san habis-habisan dan memaksanya untuk menghapus foto itu.