Zahra pulang dari kantor jam 8 malam sedangkan semua karyawan yang lain bahkan Anna sendiri pun pulang jam 4 sore. Zahra pulang malam karena ia harus lembur, talut sebenarnya tapi karena di ruang sebelah ada Reyhan, ia pun sedikit tenang.
Walaupun ia sibuk, namun sebisa mungkin untuk urusan sholat, ia tak pernah meninggalkannya. Reyhan sendiri pun tak melarangnya jika Zahra izin untuk melakukan sholat Dhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya'.
"Za, ayo pulang. Sudah malam." Reyhan membuka ruangan Zahra dan ia melihat Zahra yang sibuk dengan komputer yang ada di hadapannya.
"Iya, aku mau beres-beres dulu ya." Zahra pun segera menyimpan file sebelum akhirnya ia mematikan laptopnya. Lalu ia menata kembali semua kertas yang berhamburan di atas meja. Setelah semua tertata rapi, Zahra pun mengambil tas yang ada di laci dan langsung berdiri dari kursi duduknya.
"Za, kamu pulang sama siapa?" tanya Reyhan.
"Aku pulang naik taxi," jawab Zahra. Mereka pun keliar dari ruangan dan pergi menuju keluar.
"Tapi ini udah malam, Za. Gimana kalau aku yang ngantar."
"Aku gak enak, mending aku naik taxi aja."
"Apanya yang gak enak, Za. Anggap aja kamu naik taxi. Kamu boleh duduk di kursi belakang. Walaupun kamu naik taxi, juga kan disana kamu hanya berdua sama sopirnya, begitupun denganku. Bedanya kalau sama aku, kamu aman. Tapi jika sama sopir, bukan mau seudzon, tapi ini udah malam." Reyhan berusaha ngomong dari hati ke hati agar Zahra mau pulang dengannya. Ia sungguh tak bisa tenang jika membiarkan Zahra pulang dengan naik taxi.
"Baiklah, aku setuju. Aku akan pulang sama Mas Reyhan." Zahra pun akhirnya mengiyakan, bagaimanapun ia juga tak mau membiarkan dirinya celaka jika pulang naik taxi di malam hari seperti ini.
Reyhan yang mendengar hal itu pun akhirnya tersenyum. Lalu mereka berdua pun pulang bersama. Reyhan sendiri sebagai CEO, bukannya tak mampu menggaji seorang sopir. Hanya saja ia lebih nyaman menyetir sendiri, selama ia bisa, ngapain ia pakai sopir.
Di perjalanan, Reyhan mampir di resto.
"Loh ngapain berhenti di sini, Mas?" tanya Zahra.
"Kita makan dulu ya, aku lapar. Kamu juga belum makan malam kan?"
"Hmm ... baiklah."
Zahra yang tak bisa menolaknya pun akhirnya mengangguk setuju. Lagian juga perutnya sudah mulai keroncongan sedari tadi Terakhir ia makan tadi siang di kafe bersama Reyhan dan juga Anna.
Mereka pun turun dari mobil dan pergi ke resto bintang lima. Seperti biasa, Reyhan selalu memesan ruang VVIP karena ia tak suka makan di tempat umum. Ia ingin makan berdua tanpa ada yang menganggu.
Zahra pun tak mempermasalahkan.
Reyhan memesan makanan begitupun dengan Zahra. Mereka makan dengan lahap sambil sesekali ngobrol. Selesai makan, saat Zahra mau membayar makanannya sendiri, Reyhan menolak. Ia yang akan membayar makanannya, bagaimana mungkin Reyhan membiarkan Zahra membayar sendiri sedangkan ia yang mengajak makan di sini.
"Lain kali kalau mau ngajak aku makan, mending di warung makan pinggir jalan aja, Mas. Lebih enak dan murah," ucap Zahra saat melihat total makanan yang harus di bayar oleh Reyhan. Mungkin karena Reyhan menggunakan ruang VVIP terlebih memang semua menu makanan dan minuman disana mahal-mahal, jadi Zahra kaget saat lihat total yang harus di bayar oleh Reyhan.
Reyhan hanya tersenyum mendengarkan ucapan Zahra. Padahal sebelumnya, ia bahkan pernah membayar lebih dari ini, dan itu tak masalah selama ia punya uang.
Selesai makan, mereka pun langsung pulang. Reyhan yang belum tau tempat tinggal Zahra langsung di arahkan oleh Zahra. Setengah jam kemudian, mereka pun sampai.
"Makasih ya, Mas. Sudah antarkan aku sampai rumah dan terima kasih atas traktirannya."
"Iya sama-sama. Aku pulang dulu."
"Iya."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Setelah kepergian Reyhan, Zahra pun berjalan menuju pintu rumahnya, ia mengambil kunci rumah yang ada di tas. Lalu ia pun membuka pintu rumah itu.
Sepi, sangat sepi. Ia seperti hidup sendirian di rumah ini. Suaminya belum pulang, jangankan pulang, ngasih kabar pun juga enggak.
Dengan gontai, Zahra membuka kaos kaki dan sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu. Lalu ia berjalan menuju kamarnya, ia menaruh tas di atas meja. Ia istirahat sejenak, melepas rasa lelah. Setelah itu, ia pun langsung membuka bajunya dan pergi ke kamar mandi yang ada di kamarnya. Sehingga ia tak perlu keluar kamar untuk sekedar mandi.
Zahra menghidupkan kran air dan mengisi bathtub sampai penuh. Setelah itu baru ia matikan kran air dan ia pun pun memasukkan tubuhnya ke dalam bathtub tersebut.
Dingin, sangat dingin. Tapi ia menikmatinya.
Sejam kemudian, selesai ia mandi, ia segera memakai baju yang cukup tebal, tak lupa ia mengeringkan rambutnya terlebih dahulu sebelum akhirnya ia merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Ia mengambil hp di dalam tas yang ada di atas meja. Sambil rebahan ia membuka sosial medianya.
Melihat-lihat Facebook, Instagram dan WhatsApp. Namun karena tak ada yang menyenangkan, ia pun beralih ke Aplikasi Evta. Ia memilih judul novel yang menarik dan mulai membacanya. Namun baru beberapa paragraf, tiba-tiba ada pesan masuk dari Reyhan.
[Selamat istirahat ya, jangan begadang. Jaga kesehatan]
Itulah isi pesan yang ia baca. Zahra yang malas membalasnya pun hanya membiarkan begitu saja. Ia lanjut baca novel hingga jam 12 malam. Barulah setelah itu, ia memilih tidur karena matanya pun juga mulai mengantuk.
Sedangkan di tempat yang berbeda, seorang laki-laki terus berharap akan adanya sebuah balasan.
"Kenapa chatku hanya di baca dan gak di balas, apa dia sudah tidur?" gumamnya kepada dirinya sendiri.
"Zahra, aku tau kamu pasti kesepian tinggal di rumah itu sendiri. Andai kamu istriku, pasti aku akan senang hati menemanimu dan tak membiarkan kamu kesepian. Zahra, kenapa mesti seperti ini takdir yang harus aku jalani, mencintai istri orang yang di campakkan oleh suaminya demi wanita lain." Reyhan terus bicara sendiri. Tiba-tiba ia ingat, ia akan membelikan mobil khusus untuk Zahra, jika dia protes, dia tinggal bilang itu mobil perusahaan yang di berikan untuk Zahra sebagai asisten pribadi CEO. Dia pasti tak akan bisa menolaknya.
Reyhan pun segera mengirimkan pesan kepada temannya dan meminta untuk mengirimkan mobil ke rumah Zahra besok pagi agar bisa di gunakan oleh Zahra untuk pergi ke kantor. Karena ia sendiri tak mungkin antar jemput Zahra setiap hari, bukan ia tak mau. Tapi ia menjaga perasaan Zahra, pasti dia gak akan enak jika setiap hari di antar jemput oleh Reyhan. Mungkin di awal-awal, Zahra sungkan untuk menolaknya tapi jika keterusan, bisa jadi Zahra akan infil dan menjauhi Reyhan. Untuk itu, Reyhan memilih untuk membelikan mobil untuknya agar ketika Zahra mau kemana-mana juga tak harus memakai jasa taxi online karena ia sudah punya kendaraan sendiri.