Akhirnya pernikahan sirri pun terjadi hari itu juga, setelah kedua orang tua Alana memberikan restu untuk Andre dan Alana. Karena tak ada persiapan, jadi mereka hanya memakai gaun biasa dan mendatangkan MUA yang merupakan teman Alia, Mamanya Alana.
Andi juga langsung menghubungi sahabatnya dan meminta mencarikan seorang penghulu yang bisa datang ke rumah sakit, tak lupa Andi juga meminta kedua sahabatnya sebagai saksi pernikahan putrinya dan calon menantunya. Dan sebagai fotografernya, Alia sendiri yang memfoto dan memvidiokan acara nikah Sirri tersebut.
Alana pun juga tak meminta mahar terlalu besar, hanya uang sebesar 10 juta saja. Setelah mengucapkan ijab qobul, akhirnya mereka berdua pun mengucapkan hamdalah. Kini Alana dan Andre pun sah jadi suami istri.
"Dre, jaga anakku dan jangan sakiti dia. Jika aku tau, kamu menyakiti hatinya, aku tak segan-segan memberikan kamu pelajaran, yang tak bisa kamu lupakan seumur hidup," ancam Andi.
"Iya, Om. Eh ... papa maksudku," jawab Andre gugup.
"Terus malam ini kamu mau tidur dimana?" tanya Alia.
"Aku akan menemani Alana, Ma," sahut Andre
"Terus gimana dengan istri pertamamu?" tanya Alia. Sesungguhnya ia gak tega dengan istri pertama dari Andre, tapi mau bagaimana lagi, ia juga tak tega memisahkan dua orang yang saling mencintai. Ia juga tak mau melihat putrinya yang terus merenung dan membahayakan dirinya sendiri.
"Aku akan mengirimkan pesan kalau aku gak akan pulang selama tiga hari ke depan. Lagian aku masih cuti selama beberapa hari ke depan, jadi aku bisa menemani Alana di sini," balas Andre yang membuat Alana tersenyum, karena ia akan selalu jadi perioritas suaminya.
"Maafin aku Za, bukan aku mau merebut suamimu. Tapi memang dari dulu Mas Andre adalah milikku. Pernikahan kalian hanya sebuah perjodohan dan keterpaksaan, jadi jangan salahkan aku dan Mas Andre jika harus menikah diam-diam di belakangmu," gumam Alana dalam hati.
Andre pun juga bersyukur karena akhirnya ia bisa bersatu dengan Alana, wanita yang ia cintai walaupun dengan cara seperti ini. Setidaknya ia tak akan kehilangan Alana.
Andre pun tak lupa mengirim pesan pada Zahra kalau ia tak akan pulang selama tiga hari ke depan.
---
Zahra sudah bersih-bersih rumah, sudah menata baju miliknya di kamarnya, dan baju milik suaminya di kamar utama. Ia juga sudah belanja di warung yang tak jauh dari rumahnya, syukurlah ada warung yang menjual sembako dan berbagai macam sayur, sehingga ia tak perlu jauh-jauh pergi ke pasar.
Selesai masak, Zahra langsung mandi dan sholat. Lalu ia menyempatkan waktu buat mengaji sebentar. Tak terasa satu juz sudah ia baca, ia pun segera menyudahinya karena perutnya yang mulai keroncongan. Tanpa mau menunggu suaminya datang, ia langsung makan lebih dulu.
Selesai makan, ia langsung mencuci piringnya agar tak menumpuk di wastafel. "Mas Andre mana sih, jam segini kok belum pulang?" tanya Zahra sambil pergi ke luar rumah. Ia melihat pemandangan di luar, namun tak lama karena setelah itu ia kembali ke kamar dan mengambil Hp nya.
Ternyata ada pesan dari sang suami.
[Jangan tunggu aku, aku gak akan pulang selama tiga hari ke depan. Jangan protes, jika besok kamu mau izin cari kerja, silahkan. Aku tak melarang]
Itulah isi pesannya. Zahra hanya bisa menghela nafas kasar, beginilah nasib kalau nikah hasil perjodohan. Tak ada hal-hal romantis layaknya pengantin baru, yang ada suaminya tak pulang entah kemana.
"Huefft, Abah, Umi. Inikah suami yang kalian pilihkan untukku. Rasanya pernikahanku begitu hambar, akankah pernikahan ini berjalan lama sedangkan Mas Andre aja seperti tak peduli terhadapku?" gumam Zahra dalam hati.
Akhirnya ia merebahkan tubuhnya di kasur, lalu ia mengechat Anna, untungnya dia lagi online.
[Assalamualaikum, lagi apa] ketik Zahra. Tak lama kemudian, ia pun mendapatkan balasan dari Anna.
[Waalaikumsalam. Nih lagi di tempat kerja]
[Sibuk ya ....]
[Enggak, lagi nyantai nih. Ada apa Za?]
[Di tempat kamu ada lowongan gak? Besok aku mau melamar kerja di tempat kamu kalau ada lowongan sih, kalau gak ada aku mau melamar di tempat lain]
[Ada kog, tapi sebagai sekertaris CEO mau]
[Oh gitu, iya udah gak papa. Besok aku akan kesana buat lamar pekerjaan]
[Kenapa gak melamar lewat email aja, siapa tau langsung di ACC dan besok kamu bisa langsung masuk kerja]
[Baiklah, aku akan mengirim lewat email. Kebetulan aku juga tau email Perusahaan Dirgantara]
[Oke, semangat. Semoga bisa di terima]
[Aamiin. Iya udah, kamu semangat kerjanya ya]
[Siap, Bos]
Dan setelah itu, Zahra pun tak membalas pesannya lagi, ia takut akan menganggu Anna yang lagi sibuk kerja.
----
Di tempat berbeda, Anna merasa bingung. Kenapa Zahra mau melamar kerja, padahal baru nikah. Namun ia tak berani bertanya, ia akan menunggu Zahra sendiri yang bercerita padanya. Ia gak mau terlalu ikut campur dengan rumah tangga sahabatnya, ia akan menjadi pendengar setia jika memang Zahra butuh tempat untuk mencurahkan isi hatinya. Ia akan memberikan nasihat jika memang sahabatnya butuh saran atau nasihat darinya.
Tapi selama Zahra tak mengatakan apa-apa, ia pun akan diam. Bukan tak perduli, tapi ia harus menempatkan posisinya. Sebagai sahabat, ia tak mau terlalu masuk ke dalam hubungan rumah tangga sahabatnya.
Lalu Anna pun mengirim pesan ke atasannya, siapa lagi kalau bukan Reyhan. Sejak pernikahan Zahra dan Andre, membuat hubungan Anna dan Reyhan semakin dekat layaknya sahabat. Anna tau diam-diam, Reyhan menyukai Zahra, terbukti dari Reyhan yang selalu menanyakan kabar sahabatnya, Zahra.
[Mas Rey, Zahra tadi mengirim pesan kalau ia mau melamar kerja. Tadi aku sudah menyuruhnya untuk mengirim surat lamaran lewat online]
Tak lama kemudian, pesan yang tercentang dua berwarna abu-abu kini berubah jadi warna biru, yang artinya pesan itu sudah di baca. Dan benar saja, tak lama setelah itu Reyhan membalas pesannya.
[Oke, makasih ya. Aku akan segera men ACC agar besok ia bisa masuk kerja]
Tentu sebagai boss, sangat mudah buat Reyhan memasukkan siapa saja untuk kerja di perusahaannya.
Anna yang membaca pesan tersebut pun tersenyum, dengan begini mulai besok ia bisa dekat lagi dengan Zahra.
----
Di sebuah ruangan, setelah ia membaca pesan dari bawahannya yang merupakan sahabat dari wanita yang ia cintai, langsung tersenyum seketika.
Ia sudah tak sabar untuk menerima email dari Zahra tentang surat lamaran pekerjaannya. Tanpa ia baca pun, ia akan segera menerimanya.
Walau status Zahra kini bulan lagi single tapi istri orang, ia tetap mencintainya. Ia percaya kelak ia pasti bisa memiliki Zahra seutuhnya.
Ia sudah tak sabar menunggu Zahra bekerja bersamanya, dengan begitu seharian ia bisa dekat dengan Zahra. Dan bisa mengambil hatinya secara perlahan.