Chereads / Isekai ni Tomodachi ga Imasuka / Chapter 3 - Lebih Banyak

Chapter 3 - Lebih Banyak

Terlihat seseorang menggeser pintu untuk memasuki ruangan dan diikuti 3 orang dibelakangnya. Ruangan itu seperti ala Jepang zaman dulu dan merupakan kamar pimpinan Asabi-Shi atau bisa disebut kamar Bintang.

Mereka duduk secara acak dimana saja seperti sedang main kekamar teman. Tapi sebelum membicarakan hal penting, Tayan pusing dan kesulitan membawa kepalanya yang terpisah dari tubuh.

Bintang mengambil kepala Tayan, menempelkan ke lehernya lalu mengeluarkan skill. Membuat Tayan kembali utuh, jari kelingkingnya yang dijahit juga tersambung kembali.

"Uwoohh… skill yang luar biasa! Aku juga, Bintang! Aku!" Alfian bersemangat.

"Tayan juga tidak bau lagi"

"Beneran, Ton? Tubuhku juga lebih mudah digerakkan seperti saat belum membusuk, sih" Tayan senang sambil memegang lehernya.

"Skill regenerasi dapat membuat sel-sel tubuh kembali muda dan sehat. Makanya kembali ke sebelum proses pembusukan" Kata Bintang sambil meng-heal Alfian.

"Lihat, lihat, tubuhku tersambung lagi dengan segar. Aku tidak butuh benang-benang ini!"

Alfian mengambil pisau Anton dan memotong benang baju yang dijahitkan ke jari-jari dan kakinya. Bintangpun meng-heal lagi karena bekas bolongan dari benang.

"Pasti sulit ya bangkit seperti ini" Bintang memulai obrolannya.

"...ya, 5 indra kami berkurang. Tidak ada penciuman dan pengecap" Alfian membalas.

"Memang kesulitan karena kami juga tidak merasakan sakit. Tapi ini masih lebih baik daripada mati. Anton memberikan kami kesempatan bangkit seperti yang lain" Tayan menambahkan.

"Seperti yang lain? Berarti setelah Anton menang jadi survivor, dia membangkitkan 3 orang lainnya?"

Disitulah cerita dimulai. Tentang mereka berenam yang terbawa, Adit yang bertahan terakhir setelah Anton dan Alfian saling bertarung. Kemudian mereka yang dibangkitkan hanya tiga orang, lalu Anton yang membangkitkan sisanya dengan skill.

Bintang mulai mengerti situasinya. Kalau yang dibangkitkan hanya 3, dia tidak terlalu berharap pada 3 teman yang mati di areanya. Tapi dia mencoba berpikir semoga tiga nyawa tiga nyawa tiap area.

Selanjutnya Bintang yang bercerita. Tentang 6 orang yang ada ditempatnya. 3 orang yang mati dan yang selamat, lalu cara mereka membunuh penyihir dan keluar bertiga, tidak hanya 1.

"Lihat! Bisa kan keluar tidak hanya 1!" Tayan berteriak.

"Aku tau caranya supaya kita bisa beluar berenam, tapi kau malah membunuhku dan melanjutkan kekacauan!" Tayan menunjuk Alfian karena telah membunuhnya dengan alasan tidak masuk akal.

".....sudahlah, sudah lewat juga. Yang penting semuanya tetap selamat walau kita berdua jadi budak Anton" Alfian membuang muka, dia tidak peduli perkataan Tayan.

"Dayat, Farhan, Kino, masih hidup"

"!?!!" Mereka bertiga terkejut, Anton mengatakan hal tak terduga.

"Kau mengubur mereka 'kan. Kami melihat 3 lubang besar, tapi tidak ada isinya" Anton menjelaskan.

"Maksudmu…"

"Mungkin mereka bangkit dari kubur dan mulai hidup lagi juga"

"…!" Bintang sangat senang mendengar perkataan Anton "Aku akan kembali ke reruntuhan!"

"Serius, Tang? Sepertinya mereka sudah pergi" Kata Tayan.

"Mungkin mereka bertemu Ija di reruntuhan, lagipula ini sudah berapa hari. Mereka berempat pasti sudah memulai petualangan mereka sendiri" Alfian menambahkan.

Bintang benar-benar ingin melihat mereka dengan mata kepalanya sendiri. Tapi benar kata yang lain, mungkin mereka sudah tidak ada di reruntuhan.

"Kalau begitu kalian mau ikut denganku?"

"Ikut kemana?" Anton heran dengan perkataan Bintang.

"Kita berpetualang. Siapa tau bisa bertemu teman yang lain di suatu tempat. Kalian ingin mencari cara mengawetkan tubuh kan? Akan aku temani, karena kalian bisa membusuk lagi kapan saja. Jadi sama-sama untung kan"

"Yah… itu ide yang bagus" Kata Tayan sambil dia dan Alfian saling melihat.

"Bagaimana menurutmu, Ton?" Alfian bertanya.

"Kalian bertualang bertiga saja, aku tidak ikut"

"Eh?" Mereka terkejut dengan jawaban Anton.

***

Tanah Lapang Hutan Amenaga

"Saata-san…!"

Terdengar suara yang sedang memanggil nama seseorang. Orang yang disebut Saata itu sedang berlari turun menuju pusaran tanah mendekati cacing raksasa yang baru saja keluar dari sana.

Dengan ukuran sekitar panjang 8 meter dan besar 2 meter, monster berbentuk cacing ini bergerak dengan kuat. Saata menebas perut cacing itu dengan katananya, membuat kepala cacing itu mengarah padanya.

Dia dapat menghindari serangan cacing itu dengan melompat mundur. Kemudian dia membuat posisi bertahan, dan terlihat ekor cacing itu memukulnya yang sedang diudara. Gerakannya bergerak lebih dulu seolah tau apa yang akan terjadi selanjutnya, membuatnya menerima serangan yang tidak telalu berdampak.

"Saata-san…!" Seorang lelaki dengan telinga kucing berteriak khawatir.

"Berisik! Namaku Syahdan, bukan Saata. Belajar eja yang benar dulu, dan aku sedang sibuk!"

Karena berhasil menahannya, Syahdan tidak terpental terlalu jauh dan mendarat di posisi yang dapat langsung kembali menyerang dengan cepat. Dia menuju pusaran tanah itu lagi, mengabaikan pria kucing yang menghampirinya.

Syahdan berhasil menghindari serangan ekor cacing ketika mendekatinya. Dia terus berlari mengincar posisi tengah lagi tempat tebasannya sudah membelah sedikit daging cacing tersebut.

Dia kembali menebas cacing itu lalu lompat mundur sebelum ekornya menyerang. Kali ini kepalanya yang bersiap menyerang Syahdan di udara.

Syahdan yang mau menebas mulutnya yang terbuka, terkejut melihat pedangnya yang patah karena gigi cacing yang tajam.

Tapi itu adalah penglihatan masa depannya. Setelah tau pedangnya tidak mempan menyerang mulut, dia berusaha berputar menghindari mulut cacing itu berharap masih sempat.

Sebagian tubuhnya berhasil menghindar tapi perut kanannya menabrak dan terkoyak gigi cacing itu sampai dia terjatuh. Syahdan terjatuh di area yang masih pusaran tanah. Kini dia terhisap sambil berusaha melakukan heal, berharap masih sempat sebelum tenggelam atau diserang monster cacing lagi.

Sayangnya belum selesai heal, cacing itu menggerakkan giginya. Dia mengarahkan mulutnya untuk menyerang Syahdan lagi dengan cepat.

Syahdan yang tau hal itu 5 detik lebih awal, melemparkan katananya lurus masuk ke mulut cacing tepat saat monster itu membukanya.

"Kalau tidak bisa tebas samping, tusuk lurus saja" Pikir Syahdan.

Terdengar suara katana patah di dalam tubuh cacing itu yang kemudian membuatnya kesakitan. Cacing itu berteriak dengan kencang sampai dia muntah darah dan tidak bisa bersuara lagi.

"Torio! Berikan katanamu sini!" Syahdan memanggil pria kucing itu.

"Eh, eh? setelah kau mengabaikanku karena sibuk sendiri, baru kau meminta tolong di saat susah begitu?"

"Cepat!!"

"I-iya, iya!" Torio buru-buru melepas katananya.

Torio melemparkan katana ke Syahdan. Tapi lemparannya tidak akurat, katana itu terjatuh jauh dari Syahdan.

"Ck, gimana sih" Syahdan bangun dengan kesal dan berhenti memegang perutnya tanda dia selesai meng-heal.

Dia lari dengan cepat berharap masih sempat mengambil sebelum katananya tenggelam pusaran tanah. Cacing yang kesakitan itu melihat Syahdan sudah bergerak, dia mulai menggerakkan ekornya mengincar Syahdan. Syahdanpun melompat lurus kedepan sambil mengulurkan tangan untuk menggapai katana, bersamaan dengan hantaman ekor cacing itu.

*BDUUM!!!*

"Saata-san…!!" Torio yang melihat hal itu terkejut.

Dia tidak tau apa yang terjadi pada Syahdan karena sangat dekat dengan hantaman ekor dan tanah bertebaran dimana-mana. Dia melihat kesana kemari, tapi yang ada hanya kepulan tanah yang terbang dan membuatnya kelilipan.

Kemudian Torio melihat cacing itu membuka mulutnya dan menggeliat kesakitan. Terlihat dibawahnya lagi terdapat Syahdan yang menebas cacing itu secara bertubi-tubi di tempat Syahdan selalu menebasnya. Untungnya Syahdan selamat dari hantaman tadi.

Kali ini panjang robekan daging monster cacing yang terbelah itu mencapai sekitar lebih dari setengah tubuhnya. Cacing itupun mati karena organ dalamnya yang tidak tersambung, pusaran tanahnya juga berhenti menghisap. Setelah itu keadaan hening untuk beberapa saat.

"Be-berhasil? ...berhasil yuhuu, berhasil~!" Torio sangat senang sambil berlari menghampiri Syahdan yang ada dibawah.

"Saata-san, berhasil Yuhuu. Kau hebat sekali, aku tidak menduga cacing itu dapat dikalahkan. Benar-benar pintar!

Lalu dengan katanaku, kau menebasnya berkali-kali sampai mati. Sungguh kerja sama tim yang hebat!"

"Ayo potong monsternya" Syahdan menjawab Torio dengan dingin.

"I-iya. Syukurlah kita berhasil menyelesaikan quest menyebalkan ini. berkat aku untungnya, maksudku katanaku juga berjasa, em jadi gajinya jangan lupa lima puluh lima puluh ya, Saata-san"

"Sudah kubilang namaku Syahdan, Saata itu siapa coba. Aku bahkan belum menentukan akan mengganti namaku didunia ini atau tidak"

"Saa… Saata…"

"Syah.Dan"

"Saa… Saada…"

"Ada n nya di akhir" "Saadang-san?"

"Cok!" Syahdan memukul pipinya.

Diapun menyerah. Sepertinya lidah orang dunia ini sulit menyebut namanya. Akhirnya Syahdan tetap dipanggil Saata, tapi kali ini tanpa keluhannya.

Setelah Torio memotong-motong bagian kecil dengan pisau dan Syahdan memotong daging dengan katana Torio, mereka pulang ke markas klan mereka, Kukou-Shi.

Sebenarnya mereka tidak harus pulang, tapi katana Syahdan yang rusak membuat mereka perlu kembali untuk mengambil perlengkapan baru. Itulah peraturan klan.

"Kukou-Shi adalah cabang klan dari Amogawa-Shi yang merupakan cabang klan juga. Kukou-Shi ada di pohon diagram ke 4 cabang klan dimana paling tinggi adalah Klan dasar provinsi tanah tempat tinggal Kukou-Shi juga.

Walau belibet, bisa diartikan Kukou-Shi hanyalah klan kecil samurai penjaga desa.

Kalian mengerti hal itu kan?"

"Iya…"

Terlihat sosok pria sekitar 40 tahunan sedang menceramahi Syahdan dan Torio yang sudah pulang setelah 5 hari perjalanan dari hutan Amenaga. Pria itu adalah ketua klan Kukou, Kukou Kousuke.

"Coba jelaskan apanya yang kalian mengerti?" kata Pak Kousuke.

"Kita… miskin…"

"Ih ni anak!" Pak Kukou menjitak kepala Torio.

"…tapi ada benarnya juga sih. Maksudku kalau kalian tau hal itu, kuharap kedepannya kalian menjaga pedang kalian dengan baik. Sekarang sulit mendapatkan perlengkapan untuk unit klan.

Jadi, Saata. Kau libur dulu sampai mendapatkan katana baru"

"Eh, tapi pak. Besok saya beli makan pakai apa?"

"Tsa sa saa saah, kalau menyewa katana lebih mahal dari gaji questmu, sama saja kau tidak ada penghasilan. Lebih baik kau libur sambil merenungkan diri untuk menjaga barang lebih baik. Ini sudah katana yang kelima"

Syahdan hanya bisa berwajah sedih, tapi Torio menertawainya. Syahdan jadi kesal dan memukulnya. Mereka berduapun pergi pulang ke rumah Torio, tempat Syahdan menginap juga disana.

"Saata-san, di serangan terakhir kau bisa menyerangnya bertubi-tubi. Kenapa tidak dilakukan dari awal saja?"

"Daging monster itu tebal, sulit melakukannya dengan katanaku, yang ada malah nancep nanti trus susah dilawan" Syahdan sudah melihat masa depan kalau katananya akan menancap, makanya dia hanya menebas 1 kali-1 kali dibagian tengah.

"Hee… memang sih katanamu sudah tumpul bekas melawan monster juga di perjalanan"

"Iya, aku yang melakukan semuanya, makanya katanamu masih bagus dan bisa dipakai untuk serangan beruntun"

"Fufu… aku sengaja menyimpannya untuk melawan monster terakhir"

"Nanti bagi uangnya dari monster terakhir saja, ya" Syahdan mempercepat jalannya.

"Ja-jangan dong, Saata-san… lima puluh lima puluh la…" Torio mengejar Syahdan sambil khawatir.

***

Malam hari itu di ruang pimpinan ketua Kukou-Shi, terdapat Pak Kousuke dan anggota perwakilan dari klan sekutu. Mereka sedang membicarakan dana dan sponsor.

"Belakangan ini Kukou-Shi mendapat banyak quest setingkat standar klan bagian 3" Kata sekutu.

"Iya, karena anggota baru klan. Namanya Saata" Pak Kousuke menjelaskan.

"Kukou Saata, hm… bukankah itu hal bagus? Kulihat ekonomi desa lancar- lancar saja"

"Saata memang pahlawan di desa ini sampai dilihat klan atas, tapi karena itulah kami tidak bisa mengimbanginya"

"Jadi apa hubungannya mengimbangi dia dengan sponsor ini?"

"Begini, Saata tidak memiliki perlengkapan yang bagus karena berada di klan ini. Pedang yang dia bawa selalu hancur karena tidak dapat mengikuti pertarungannya"

"Hoo…"

"Kalau dia punya senjata yang sesuai dengan kekuatannya, tentu saja pekerjaan dia akan lebih cepat selesai dan itu mempermudah kalian juga karena hanya memberi 1 senjata, tidak terus menerus"

"…benar sih. Cacing itu juga sebenarnya adalah Akugata, makanya anggota klan bagian 3 tidak dapat selesaikan quest"

"Berarti…?"

"Seharusnya quest yang tidak bisa dilakukan bagian 3, di jadikan ke quest tingkat klan bagian 2. Tapi tidak ada laporan kalau monster itu adalah Akugata, sepertinya ada oknum tidak bertanggung jawab yang malah membawa quest ke bagian 4 hanya karena mendengar kabar anggota baru.

Dia tidak ingin pengeluaran biaya tambahan untuk klannya tapi hampir membunuh klan bawahnya. Kurang ajar sekali"

"Eh…?"

"Ah, maaf. Aku bicara sendiri, kau tau kan pekerjaanku, hoo. Untuk sekarang, karena kekuatan anggota baru sudah terbukti dari quest ini, kami akan setuju untuk mensponsori Kukou-Shi"

"Ah… terimakasih banyak, Arazu-sama! Suatu kehormatan berbicara dengan Mentri Keamanan dan Ketentraman sebagai perwakilan Kuzuchi- Shi disini!" Pak Kousuke membungkuk tanda hormat pada orang didepannya.

"Iya pak. Tolong angkat lagi palanya, aku tidak suka dibegitukan orang yang lebih tua. Doa kan saja semoga Kuzuchi punya sekolah nanti dan kalian bisa mengeja huruf 'F' lalu memanggilku dengan benar"

"Kalau huruf, kita punya fu. Apakah Arazu-sama bernama asli Furazu?"

"Bukan Furazu, tapi Farras. Cuman yasudahlah, aku mengerti. Panggil Arazu saja seperti tadi, itu terdengar lebih keren"

Farras mulai meminta pulpen dan kertas. Waktunya mereka mulai melanjutkan tentang sponsor klan.

"Ngomong-ngomong, si Saata ini menjalin kontrak dengan roh apa sampai bisa mengalahkan Akugata berdua saja?"

"Dia bekerja sama dengan roh darah, aku tidak tau tapi roh itu sudah mengikutinya sejak sebelum Saata ke desa ini"

"Woahohow… keren. Roh itu kan hanya mengikuti orang sekarat ditempat penuh pembunuhan. Apa sebelumnya dia tentara?"

"Tidak, dia bukan tentara. Aku bisa lihat kalau Saata tidak pernah berperang sebelumnya"

".... " Farras terdiam "Okei… mungkin hidupnya memang cukup sulit"

***

Kota King

Sedikit kisah singkat tentang trio samurai sebelum menuju Kota King. Dimulai dari mereka memasuki reruntuhan untuk mencari temannya, mereka tidak menemukan siapapun di reruntuhan selain mayat penyihir. Tidak ada Syahdan, Bintang, maupun Budi.

Mereka terus mencari dengan bantuan alat referensi dunia mereka. alat yang belinya di Shop skill. Uangnya dari monster yang kadang-kadang muncul di reruntuhan dan mereka hajar.

Tapi akhirnya mereka jadi membuka jalan rahasia menuju monster terkuat reruntuhan. Diketahuinya itu monster terkuat karena Guide AI milik Kino yang mengatakan begitu. Monster jenis Akugata katanya, Akugata merupakan jenis terkuat dari seluruh monster.

Untungnya dengan senjata yang Dayat minta hasil dari mencoba membunuh Syahdan di kali pertama, membuat mereka memenangkan pertarungan dan menemukan sungai keluar reruntuhan.

Parahnya, di sungai itu juga ada Akugata. Seharusnya mereka putar balik saja untuk keluar. Untungnya ada uang dari menjual material dari mengalahkan Akugata reruntuhan, tidak untuk ditiru, mereka berhasil menyetrum sekitar sungai termasuk Akugata sungai tersebut.

Tentu saja mereka jadi kaya raya secara skill Kino. Untuk mata uang dunia ini, mereka masih belum punya. Dan disitulah mereka mulai cosplay.

Tidak seperti yang lain, mereka bertiga membeli baju dari genre cosplay ala samurai di Shop Kino sebelum kekota. Apa lagi Kino, dia crossdress jadi laki-laki hanya dengan menata rambutnya yang pendek. Entah kenapa Dayat dan Haiza jadi suka.

Untuk alat pengubah suaranya supaya tedengar seperti laki-laki, Kino menempelkan tato di leher sampai ke sisi kiri telinganya. Dayat dan Haiza pun ikut-ikutan tempel tato walau tanpa fitur pengubah suara seperti Kino.

**

Setelah semua itu, mereka menjadi penglana biasa dan ini adalah kota ketiga mereka. Terlihat Haiza sedang berbicara mewakili Dayat dan Kino di hadapan ketua klan tertinggi kota tersebut.

"Monster di sebelah barat kota adalah Akugata?"

"Iya, kami sudah melihatnya seperti yang diminta. Itu alasan mengapa anggota klan anda tidak kembali" Haiza menjelaskan situasi.

"Hm… kalau monster itu Akugata, aku mengerti alasan sungai menjadi beracun. Dia pasti sangat kuat... lalu kalian, apa kalian bisa menunjukkan seberapa kuatnya kalian bertiga sampai ingin mengajukan diri?"

Mereka bertigapun saling bertatapan, lalu Dayat memunculkan barang di skill inventory nya. "Ini tongkat sihir goblin Akugata di reruntuhan" Ketua klan dan anggota yang melihatnya terkejut.

"Ini mata belut Akugata yang mengkristal. Dan ini yang terbaru, dari dua kota sebelum kesini, liur anjing Akugata yang menjadi karet" mereka semakin kaget karena yang Dayat keluarkan tidak hanya 1.

"Aku lihat… kalian punya pengalaman khususnya lebih dari 1 Akugata" Ketua sempat tertegun, tapi dia berusaha untuk tetap terlihat kuat.

"Kalau begitu anda akan mengijinkan kami-" "Tapi!" Ketua memotong perkataan Haiza.

"Aku bukannya tidak percaya, tapi aku tidak akan langsung terima kabar tentang Akugata yang hanya kalian yang melihatnya. Aku akan ikut dengan kalian sebagai perwakilan kota untuk mengalahkan Akugata" Ketua berdiri dari tempat duduknya.

"…Baik tuan. Hal itu tidak mengubah transaksi kita, yaitu anda memberikan quest Akugata pada kami bertiga" Haiza menatap ketua klan dengan serius.

Mereka bertigapun pergi dengan ketua klan tertinggi di kota, bernama Nekuro Amo dari Nekuro-Shi, Klan tingkat 2 provinsi dan berpengaruh di Kota King. Tujuannya ke pegunungan sebelah barat kota untuk menghentikan Akugata yang meracuni sumber mata air sungai kota.

Melihat Akugata bertipe sihir, monster itu terlihat seperti yeti yang berada di kutub racunnya sendiri. Dayat langsung maju sebagai baris depan, apalagi dia yang paling kuat diantara yang lain kalau Akugatanya bertipe sihir.

Ketua Nekuro hanya tercengang melihat kekuatan Dayat, tembakan Shotgun Haiza dibelakang, dan pistol laser Kino. Walaupun Ketua Nekuro juga membantu Dayat di bagian depan.

"Kita berhasil!" Dayat meneriakkan kemenangannya.

"Ketua, anda benar-benar sangat kuat. Pemburuan Akugata jadi lebih mudah berkat anda" Dayat menunjukkan terimakasihnya.

"Tidak… aku tidak bisa melakukan ini sendiri, itu karena kalian juga kuat makanya aku berhasil mengalahkan Akugata pertamaku, hahaha!"

"Aku rasa monster ini sulit dijual, seluruh tubuhnya beracun" Haiza memeriksa Akugata saat Dayat mengobrol dengan ketua Nekuro.

"Benar juga" Kata Kino sambil menguliti Akugata.

"'Benar', 'benar', kenapa masih diambil juga materialnya?"

"Simpan saja dulu, siapa tau berguna nanti, hehe"

"Apa itu karena kau punya penetral racun?"

"....nanti aku cari ada penetral atau tidak di shop, lalu aku kasih kalian yang sudah bersih racun,

kalau terlalu mahal nanti aku yang buang sendiri materialnya"

Kino mulai merasa kalau Haiza mengaturnya. Bukan sebagai pesuruh, tapi seolah Haiza adalah ketua grup dan harus mengetahui segala macam hal yang dilakukan bawahannya. Kino tidak suka itu tapi berusaha untuk tidak memikirkannya.

Mereka berempat kembali ke kota setelah membersihkan racun di puncak mata air. Kini kota hanya perlu menunggu sampai air pulih sendiri. Disinilah mereka bertiga mulai menjual air bersih dari Shop Kino sampai saat itu tiba.

Ini semua ide Haiza, dengan begini mereka tidak akan kekurangan uang untuk dunia ini ataupun untuk Shop. Sekarang sebagai tanda terimakasih dari Tuan Kota dan Ketua Klan, mereka bebas berkeliling kota. Terkadang mereka diundang untuk makan-makan di markas Nekuro-Shi.

"Aku benar-benar penasaran kalian bekerja sama dengan roh apa sampai bisa mengalahkan Akugata" Ketua Nekuro mengobrol canda dengan mereka bertiga.

"Roh? Roh apa?" Haiza bertanya, mereka bertiga bingung.

"…kalian tidak meminjam kekuatan roh saat melawan Akugata?"

"Tidak, kami pakai kemampuan kami sendiri" Kino menjawab.

"Kalau sendirian, kami tidak bisa menang. Tapi kalau bertiga, walau kewalahan, kami masih bisa menang (tambah bantuan Shop Kino tentunya)" Dayat menambahkan.

"Begitu ya… memang hebat bertarung dengan kekuatan sendiri, tapi sayang sekali kalau kalian tertinggal dengan yang lain karena tidak memiliki roh"

"Apa maksud ketua? Apakah meminjam kekuatan roh adalah hal biasa?" Haiza bertanya.

"Iya, 1 orang kuat pasti akan kesulitan kalau tanpa roh melawan 7 orang biasa dengan roh. Pantas saja banyak roh disekitar kalian, belum ada yang dipilih rupanya"

"Eh?" Mereka bertiga kaget dan melihat sekeliling, tapi tidak ada roh yang terlihat.

"HAHAHAHA tidak terlihat ya? Ha… ternyata kalian memang masih muda, aku lega melihatnya"

"Ketua tolong jangan mengerjai kami" Kino kesal mewakilkan yang lain.

"Tidak, aku benar kok ada roh di sekitar kalian. Kemarilah, akan kubantu kalian kerja sama dengan para roh"

Dayat dan Kino mencoba berdiri untuk mendekati ketua, tapi Haiza menahan mereka "Maaf ketua, apakah ini ada syarat khusus atau kami akan masuk klan anda setelah berhubungan dengan roh?"

"Waspada seperti biasa, tenang saja Haiza-kun. Ini adalah bentuk terimakasihku pada kalian karena menyelamatkan kota. Lagipula aku penasaran apakah kalian bisa menang atau tidak melawan Akugata seorang diri setelah bekerja sama dengan roh.

Ayo, tidak apa-apa. maju satu-satu"

Dayatpun maju sebagai yang pertama. Dia berbicara dengan ketua Nekuro-Shi seperti mulai bisa melihat roh, tapi Haiza dan Kino yang melihat mereka berdua, masih tidak melihat apapun dan tidak mengerti yang dibicarakan.

Setelah itu ada angin besar memutari Dayat, sangat kencang. Semua berusaha bertahan tapi Kino berguling terdorong angin sampai menabrak pintu. Angin yang mengepul itupun berhenti dan terlihat Dayat sedang berdiri.

Sosoknya terlihat berbeda, Dia memiliki tanduk dan taring, kukunya juga memancang seperti cakar, dan kulitnya terlihat seperti sisik hitam.

Setelah penampilan yang memukau itu, Dayat kembali ke sosoknya semula.

"Apa yang terjadi?" Kino bertanya sambil membenarkan posisinya sehabis berguling.

"Yato-kun memilih roh naga sebagai rekannya" Kata ketua Nekuro.

"Aku sedikit kasihan jadi menolak roh yang lain, tapi untungnya mereka setuju dengan pilihanku" Dayat mengangkat tangan dan mengepalkannya.

Naga adalah hewan yang memiliki kisah baik dan buruk. Seperti Dayat yang menyerang Syahdan tapi selanjutnya dia diam. Seolah tau Syahdan tidak akan menyerang sampai dia diserang duluan sehingga Dayat menunggu untuk diserang. Tapi tidak ada yang tau niat baik buruknya Dayat disana.

Selanjutnya adalah giliran Kino. Ketua membuatnya dapat melihat 5 roh yang ada di sekitarnya. Mereka berbentuk bulat kecil-kecil bercahaya dan terbang mengitari Kino.

"5 juga ya…"

"Hm? Dayat juga tadi ada 5 roh?"

"Ya… hanya saja semuanya roh tempur, berbeda denganmu yang sebagian ada roh kehidupan"

"Hee… bedanya mereka apa?" Kino bertanya sambil bermain dengan para roh.

"Tentu saja roh tempur membantu untuk bertarung, dan roh kehidupan membantu untuk bekerja. Tapi kalau pekerjaanmu khusus bertarung, sebaiknya pilih roh tempur"

"Hahahaha" Mereka berdua tertawa.

"Apa ada yang menarik perhatianmu?"

"Ah… kalau bisa aku ingin tau mereka semua dulu satu-satu"

Mulailah ketua menjelaskan tentang para roh yang mengikuti Kino.

Ada :

1) roh zirah karena ingin melindungi yang berujung gagal(ketika menahan pistol Budi ke Farhan),

2) roh tanah karena menggunakan pilihannya untuk membantu orang lain(ketika memilih skill Shop untuk bertahan hidup),

3) roh singa karena skill intimidasi Kino yang dapat menahan gerakan(salah satu skill yang sepaket dengan Shop),

4) roh uang karena Kino hanya memikirkan uang untuk dunia ini dan Shopnya, dan terakhir

5) roh pohon karena Kino menyukai kertas dan selalu menggunakannya.

"Kau sering menggunakan kertas untuk apa?"

"Ah, saya sering menggambar di kertas. Kebetulan sekarang tidak ada hiburan lain selain ini" Kino menjawab sambil menunjukkan pensil yang disimpannya.

Setelah diberitau, Kino jadi mengerti kalau roh memilih mereka atas tindakan pengguna yang beraneka ragam seperti roh itu sendiri.

"Begitu ya… jadi apa sudah terpikirkan partnermu?"

"Sebenarnya aku sedang memikirkan masa depanku, tapi kalau ada roh ini kurasa aku bisa memantapkannya sekarang" kata Kino sambil mengelus- elus pipi roh dengan jarinya.

"Baiklah, sentuh dia lalu katakan kau juga ingin menerimanya sebagai partner dan tanyakan namanya"

Kinopun melakukan sesuai intruksi, dia mengadahkan kedua tangan di bawah roh pilihannya lalu menanyakan namanya. Kemudian roh itu bercahaya, menempel dengan dahi Kino dan memasuki kepalanya.

Sekarang tertiup angin dari Kino, tapi berbeda dengan Dayat. Angin ini lembut dan sejuk. Ketika angin itu berhenti, Dayat dan Haiza melihat Kino. Tapi tidak ada perubahan.

"Yah… tidak semua roh memberikan perubahan fisik" Ketua menjelaskan sambil mengangkat bahunya.

"Hee… jadi bermacam-macam ya caranya" Pikir Haiza sambil maju kedepan gantian dengan Kino.

"Kino-kun memilih roh pohon sebagai rekannya"

Roh pohon ini dapat membantu Kino menghasilkan hal yang bagus, dia dapat meningkatkan kualitas apapun yang Kino hasilkan. Hal ini akan sangat membantu kualitas barang skill Shop Kino juga.

Di giliran Haiza, Kino dan Dayat menunggu sangat lama. Rasanya Haiza dan ketua terus berbincang dan melakukannya lebih lama dari mereka berdua. Tapi demi konsentrasi Haiza, Kino dan Dayat diam dan tidak mengganggu dengan terus menunggunya. Walau Dayat jadi menunggunya sambil tidur.

Akhirnya muncul angin di sekitar Haiza, tanda dia sudah selesai memilih rekan. Angin lembut, diikuti ledakan angin yang berwarna merah muda tiba-tiba, seperti mainan bom warna.

"Jadi kata rekanmu apa, Haiza-kun?" Biasanya ketua yang menjelaskan, sekarang dia juga bertanya pada Haiza.

"Dia roh Alkemi" Jawab Haiza.

Kino dan Dayat (yang terbangun) melihat Haiza setelah kepulan asap merah muda yang menutupinya mulai lenyap. Mereka melihat Haiza yang tidak terlihat, atau lebih tepatnya mereka tidak melihat apapun.

"Seiring bertambahnya jaman, roh baru akan terlahir. Jadi baru kali ini aku lihat roh rekanmu itu"

"Dia membuatku dapat memproduksi zat-zat yang ada di dunia. Ini sangat membantu" Haiza senang dengan rekannya.

"Benarkah? Aku tidak mengerti akan seperti apa jadinya, tapi Haiza-kun. Kau ada dimana?" Akhirnya ketua menanyakan kebaradaan Haiza juga.

Haizapun tersadar dia memiliki tubuh seperti liquid yang transparan. Dia mencoba kembali seperti semula dan berhasil terlihat lagi. Pantas saja Haiza lama, itu karena ada roh yang belum terindentifikasi dan ingin menjadi rekannya sehingga tadi berdiskusi dulu.

Kini mereka bertiga sudah menjalin hubungan kerja sama dengan roh yang memasuki tubuh mereka. Meskipun memiliki fungsi yang berbeda- beda, semua roh memberikan kekuatan yang luar biasa untuk 5 panca indra mereka dan mereka juga menyadarinya, sadar bahwa mereka semakin kuat yang tidak hanya bertambah skill saja.

***

"Farras… aku benar-benar berterimakasih kau sudah menyelamatkanku!"

"Iya Rip, sudahlah. Aku hanya kebetulan menyelamatkanmu"

"Tapi tetap saja kau sudah menyelamatkanku. Aku tidak tau bagaimana caranya kabur darisana, terimakasih"

Terlihat Farras kesulitan melepas pelukan Rifqi yang penuh perasaan.

Klan Kuzuchi yang di pimpin oleh Farras selaku Jendral Mentri bagian Keamanan dan Ketentraman, baru saja menangkap orang-orang yang melakukan perdagangan dan penyiksaan budak di Provinsi Saeki.

Di sana terdapat Rifqi yang kena penipuan pedagang budak tersebut.

Awalnya dia diperlakukan sebagai pahlawan karena sudah menyelamatkan kawanan dari para bandit, tapi ternyata itu hanya tipu daya untuk mereka membuat Rifqi menandatangani kontrak budak.

Rifqi yang sudah terlanjur senang dan percayapun menjadi lengah dan terikat. Kalau ingin kabur atau mengamuk, dia akan terkena sihir energinya sendiri karena yang menandatangani kontrak tersebut adalah dia sendiri. Sehingga Rifqi terjebak sebagai budak dalam waktu yang sangat lama sampai Farras datang.

"Aku harap sekarang kau lebih berhati-hati walau menurutmu mereka lemah dan bisa dikalahkan sekalipun" Faraz mengingatkannya.

"Siap, Jendral!"

"Ahaha, aku jendral keren sekarang. Hormati aku"

"Ooohh~!"

Rifqi melakukan sesuai perkataan Faraz. Itulah bercandaan mereka dalam komunitas. Memang tidak dijelaskan, tapi dalam grup komunitas mereka, Farras adalah salah satu anggotanya.

"Bagaimana kau bisa jadi jendral, Far? Kau yang bertahan atau yang terbangkitkan?"

"Apa maksudmu bertahan dan terbangkitkan?" Farras bingung dengan pertanyaan Rifqi.

"Eh?"

Mereka pun mulai membicarakan cerita awal mereka di dunia ini.

Rifqi menceritakan hal yang sama seperti cerita Anton. Faraz yang mendengarkan hal itu hanya bisa diam. Rupanya ada 5 temannya yang lain di dunia ini.

Lebih tepatnya yang dia pikirkan adalah 5 orang yang dia kenal dan mungkin bisa menjadi teman atau musuhnya. Karena Rifqi mungkin akan berpihak padanya karena sudah diselamatkan.

"Kalau aku cuma 1, jadi diperlakukan istimewa" Giliran Farras yang cerita.

"Haah apa-apaan itu?"

"Hohohoo…

.....Raja dari tiap provinsi memerintahkan penyihir terkuat mereka untuk memanggil orang dari dunia lain sesuai petunjuk sejarah kuno, dan aku terpanggil di provinsi Saeki ini"

"Hanya kau? Enak sekali, tidak ada pembunuhan. Sial, Farras. Hidupmu seperti isekai genre harem kan!?"

"Wkwk anjir. Nggak gitu juga, sayangnya mereka menaruh harapan tinggi padaku. Kalau gagal, aku mati. Jadi kurasa genre kita sama"

"..."

"Kau bagaimana, walau mati kau hidup lagi 'kan. Jadi tidak ada yang mengharapkan apapun dan kau bebas. Hoo…"

"Cukup. Jangan pernah bilang kalau kau menginginkan hidup kami atau apapun itu, cukup"

"Iyah… tenang saja. Tidak ada yang hidupnya lebih baik ketika dipindahkan ke dunia ini"

Mereka berdua diam dalam waktu yang lama.

"Jadi…!" *plook* Farras menepuk tangannya. "Kau mau masuk Kuzuchi-Shi?"

"Masuk klan?" Rifqi bingung.

"Iya, bantu aku berperang melawan Arip dan Yuuna"

"Ehh?? Ada mereka juga di dunia ini?"

"Iya, kan aku bilang raja tiap provinsi. Tempat dan waktunya beda-beda, tapi kami yang dari dunia lain, bertemu di medan perang"

Rifqi pun menjadi terkejut dan bersemangat. Tidak disangka selain mereka berenam, ada teman yang lain lagi di dunia ini. Rifqi masih belum mengetahui tentang 6 temannya lagi di ruangan sebelah tempat mereka berbagi nasib sehingga sekarang Rifqi hanya tau kalau teman dari komunitas di dunia ini hanya 12 orang.

Farras memberitau kalau tuan tanah atau rajanya sudah bersekutu ke provinsi tempat Sena ada, dan provinsi tempat Jaki akan mau bersekutu jika Farras berhasil mengambil alih provinsi tempat Yuuna bertarung. Arif saat ini sudah terkenal di seluruh provinsi karena membuat tanahnya itu meraih banyak kemenangan.

Rifqi yang sudah kapok di dunia tak dikenalnya, memilih untuk ikut Faraz berperang dan mengetahui dunia ini sedikit demi sedikit. Kelak Rifqi dengan kekuatan supernya akan membuat dia ditakuti lawan dan dikenal sebagai yang terkuat dalam perang.

Tapi itu masih cukup lama, sekarang kita kembali ke Kota King.

Terlihat 3 pemuda sedang membicarakan hal serius di tempat makan. Mereka adalah Dayat, Haiza, dan Kino yang crosdress. Sambil melahap dango dan onigiri, Dayat dan Haiza terkejut mendengar keputusan Kino untuk menetap.

"Disini ada sekolah seni, memang aku menggambar dengan pensil, bukan tinta. Tapi kalau ada kesempatan, aku ingin menggambar menjadi jalan hidupku"

"Tapi bagaimana dengan Syahdan, Bintang, dan Budi?" Dayat menanyainya.

"Soal itu akan kuberitaukan pada kalian…"

Kino menceritakan tentang skillnya. Tentang bagaimana guide ai nya memberitau kalau dia bisa membeli informasi, lalu dia menemukan kalau dia bisa membeli dan mengetahui kabar tentang yang lain dari sistem.

"Kau… membeli info itu?" Dayat bertanya lagi.

"Tidak, tapi harga informasi mereka berubah setiap hari. Aku rasa itu artinya mereka masih hidup karena terbaca sistem bahwa kegiatan mereka selalu berubah-ubah"

"Yaampun… semuanya Kino!?" Dayat berteriak menahan senang.

"Iya! Gausah teriak!!"

"Kalau semua teman kita memang masih hidup, menetap memang pilihan yang bagus supaya yang lain tidak lari-larian dan berujung tidak ketemu" Haiza menambahkan.

"Jadi sekarang kalian mau bagaimana?" Kinopun menanyakan masa depan mereka.

"Kino, kau tau? Kita berada di dunia ini tidak lama setelah membicarakan Oda Nobunaga dan Yasuke" Dayat menjawab dengan pertanyaannya.

"Iya, aku juga kaget dunia ini hampir mirip Jepang zaman dulu"

"Ini juga zaman perang. Karena itu aku ingin bertarung dibawah pimpinan sosok yang seperti Oda.

Jadi jualkan padaku informasi para pemilik provinsi, aku akan pergi ke raja terkuat!" Dayat mengeluarkan uangnya.

"Oke!" Kino yang sudah paham hal itu menerima uangnya dan mulai mencari informasi untuk dibeli "Kalau kau Haiza?"

".... untuk saat ini aku akan melanjutkan petualangan sambil mencari teman dan tempat menetap" Haiza ragu.

"baiklah…"

"Kalau belum tau bertualang kemana, bisa ikut aku menuju raja terkuat!"

"Ahaha, baiklah Yat"

Kemudian mereka melanjutkan berbicara hal lain sampai makanannya habis, barulah mereka pergi ke markas Nekuro-Shi, tempat mereka menginap karena di sediakan kamar. Dua hari lagi Kino akan berpisah dengan Dayat dan Haiza yang melanjutkan perjalanan.

**

Jam 10 malam, sekitar 11 jam lagi dari waktu pemberangkatan. Haiza mengajak Kino bicara berdua saja.

"Malam, Ja. Belum tidur untuk petualangan esok hari?"

"Iya, Pai. Ngomong-ngomong pesananku sudah kau temukan di Shop?"

"Yap, harganya tidak jauh beda dengan perkiraanmu. Tapi itu tidak bisa digunakan tanpa energi sihir, karena tidak ada aku, kau sudah memikirkan bahan bakar lain?" Hanya Kino yang memiliki energi sihir diantara mereka, dan tiap alat dari Shop yang membutuhkan bahan bakar, dapat digantikan dengan sihir.

"Ada, ada. Akan aku tunjukkan besok. Untunglah kalau itu ada, tapi sebenarnya ada hal lain yang ingin kubicarakan"

"...."

"Kenapa kau tidak jadi pengusaha saja?"

"Maksudmu Re-Sell barang Shop?"

"Iya semacam itu, waktu kita re-sell daging tipis, banyak yang mau membelinya dengan mahal, tapi kau hanya tetap mengambil keuntungan 30 Halma saja sehingga menjualnya dengan harga murah.

Aku benar-benar terkejut, disitu kau ingin orang miskin bisa makan daging juga. Sehingga harga daging anjlok dan kota itu menjadi kota daging dimana orang miskin saja bisa makan daging"

"Banyak petarung di sana, tapi mereka hanya bekerja menjual material ke para bangsawan sambil dimanfaatkan.

Kalau sekarang kan mereka mulai mau menjual material ke orang-orang. Bahan mudah di dapat, jadi memang seharusnya harga daging disitu murah, semua untung" Sambil menggaruk kepalanya, Kino menjawab kata-kata Haiza.

"Aku ingin membuat usaha dagang, kau mau ikut denganku?"

"Tapi aku ingin menggambar. Aku bahkan sudah diterima klan seni itu"

"Dengar, Paisen. Tujuanku yang sebenarnya adalah menguasai dunia"

"Ah…" Kino mengerti bahwa Haiza adalah laki-laki yang ambisius seperti Dayat, hanya saja dia tidak kepikiran kalau tujuan Haiza lebih ekstrim. Paisen adalah salah satu panggilan Kino, terkadang Haiza memanggilnya begitu.

"Kalau ingin perang tapi kekurangan dana, mereka akan kalah dalam perang"

"Kau ingin menguasai perang?"

"Selanjutnya, kalau perang ini berakhir dan memiliki 1 raja, raja itu akan mencari cara memakmurkan tanahnya, dan itu butuh modal"

"Jadi Haiza ingin menguasai dunia dari balik layar dengan uang?"

"Iya, dan dengan roh alkemi di pihakku, aku bisa membuat banyak hal. Bagaimana menurutmu Kino? Kalau kau dan aku bersatu, kita punya potensi paling tinggi menguasai dunia"

"Ehm… bisa kau tunggu sampai besok? Akan ku pikirkan sebaiknya bagaimana" Kino meminta waktu.

"…baiklah. Tapi ingat Kino, di dunia ini, berada di pihak netral sama saja mati" Setelah Haiza bilang begitu, mereka kembali ke kamar masing- masing.

"gawat, gawat, gawat!!" Kino langsung mengunci kamar dan lari bersembunyi di balik selimut. Dia membuka Shopnya di bagian informasi.

"Gara-gara Ija bilang begitu, aku jadi kepikiran Arip…"

Informasi orang-orang dari dunia lain, tidak hanya mereka yang dilihat Kino dan diceritakan Haiza, tapi juga mereka yang ada di dunia ini. Hanya saja belum bertemu dengan teman yang tau mereka ada disini juga. Makanya Kino tau keberadaan Arip di dunia ini. Dan dia baru saja membeli informasi tentangnya.

Ryan Arif Hidayat

Saat ini Arif adalah tangan kanan dan penasihat Raja provinsi Mikawa. Karena sulit disebut, dia meminta orang memanggilnya Hida dan dalam perang dikenal sebagai Akuma no Kaihatsu-Sha Hida(Hida si Pengembang Iblis).

Itulah isi informasi yang dibeli Kino. Memang tidak tertulis ambisi Arif, tapi dia seperti kandidat orang dunia lain yang akan mengusai dunia, pikir Kino. Kalau Haiza memasuki pertempurannya, kemungkinan akan menghasilkan perang jenis baru.

Tapi Kino juga memikirkan perkataan Haiza, saat ini dia butuh pihak untuk melindunginya dan dilindunginya. Hanya saja Kino tidak mau hanya dimanfaatkan olehnya, dia mulai berpikir mungkin skillnya terlalu kuat sampai menarik perhatian orang seperti Haiza.

"Apa aku minta tolong Dayat saja ya bikin kubu baru?

.....

Ngaco, aku sama Dayat aja udah error. Kalo buat kubu kayanya bakal bikin persyaratan masuknya cium jidad Dayat dulu" Kino menyerah dan memutuskan untuk tidur saja sambil menutup wajahnya.

Antara Arif atau Haiza, 2 orang kandidat penguasa dunia itu tidak tau harus diapakan, dan apakah bisa diapa-apakan.

~