Chapter 6 - Kumpul

"…

...

....

*gasp*!!"

Kino bangun. Dia kesulitan bernafas karena tubuhnya tertutup kain sampai ke muka muka. Setelah berhasil mengambil nafas dengan normal, dia menyadari dirinya yang berada di ruang mayat. Suasana yang gelap dan sepi, tanda diluar juga sudah malam.

Entah sudah berapa hari yang terlewat, tapi Kino merasa wajar ada disini, dari ledakan di ruang tamu sampai kebakaran hutan yang membeku, aneh kalau dia tidak ditemukan kecuali Budi membawanya. Kino memegang lehernya dan tentu sudah tidak ada luka apapun, sepertinya dia ditemukan setelah kepalanya menyambung kembali.

Kino keluar dari ruang mayat, menuju markas klan dan kamarnya untuk bersiap pergi diam-diam karena disini dia sudah dianggap tiada.

"KINO!?"

"~~!!!!" Kino menahan suara teriakan kejutnya.

Di kamarnya, Kino langsung balik badan ke asal suara dan mengangkat jari telunjuk untuk mengisyaratkan ketuanya agar diam.

"Sshhh…."

"…? BUKANNYA KINO SUDAH MATI!? APA YANG TERJADI, KAU SIAPA!?"

"kbjnasgwdh…!"

Kino langsung menarik ketua menjauh supaya anggota di kamar lain tidak bangun. Mereka pergi sampai berhenti di hutan bekas tempat terbakar.

"Kenapa ketua selalu membuatku panik begini bahkan setelah aku mati…"

"KINO! SUARAMU"

"Ah…" Kino memegang lehernya. Dia menyadari tato pengubah suara ikut terbelah saat Budi memotong lehernya. Sekarang itu hanya tato biasa dan suaranya kembali normal.

"TERNYATA BENAR KAU PEREMPUAN. AKU MEMANG HEBAT!"

"…maaf sudah merahasiakannya. Aku tidak bermaksud untuk cosplay terus sampai jadi begini"

"KOSU… APA? .....SUDAHLAH JANGAN TIDAK JELAS BEGITU, APA YANG TERJADI DENGANMU?? AKU YAKIN KAU SUDAH MATI DI HUTAN. AKU BAHKAN SUDAH KIRIM SURAT KE TEMANMU"

"Eh, ketua sudah bilang mereka?

…em, itu. Aku punya skill bisa bangkit setelah mati, tapi tidak semua temanku tau, jadi takut ada salah paham"

"…YAH, MAU BAGAIMANA LAGI, SUDAH TERLANJUR. KALAU ITU MASALAH, KAMU YANG BANGKITNYA TELAT MASALAHNYA" Ketua mengetuk dahi Kino dengan telunjuknya. Dia tidak terkejut dengan perkataan Kino.

"Huwaa maafkan aku >M<)"

"LALU TADI DIKAMAR. KAU MAU PERGI?"

"Iya, aku sudah dianggap mati disini, jadi aku harus pergi ke tepat lain supaya tidak ada keributan"

"HM… YOSH, SUDAH DIPUTUSKAN!!"

"???"

"AKAN DIBUAT UJIAN KELULUSAN SEBELUM KAU PERGI!!"

"Hah…??"

***

Seniman adalah gelar yang diberikan setelah anggota menyelesaikan ujian klan dan lulus. Setelah lulus, seniman memiliki jalannya masing-masing seperti bekerja pada kerajaan, mengembara, membuat usaha sendiri dan lainnya.

Intinya mereka keluar dari kelas melukis dan mulai menggambar atas nama mereka sendiri. Untuk Kurato-Shi, lulusannya memang tidak banyak yang terkenal, tapi mereka tidak pernah ada kasus karena dapat melindungi diri mereka baik secara fisik maupun plagiarisme.

Dan disinilah Kino, ruangan ujian kedap suara untuk para calon kelulusan bisa fokus dengan karya mereka.

"TIDAK!"

"PAYAH!"

"GAGAL!"

"COBA LAGI!"

"Ke-ketua… aku harus segera pergi darisini, kenapa anda menolak semua gambar saya…?" Kino panik sudah banyak waktu yang terbuang.

"TENANG SAJA! MASIH MALAM TUH! KALAU KAU TIDAK BISA LULUS, AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU PERGI!"

"Ha…" Kino memegang wajahnya dengan kedua tangan "Hint-Petunjuk… Petunjuknya dong biar gambarku bisa lulus"

"HMM… MOTO HIDUPMU?"

"Berpikir positif"

"APA YANG KAU PIKIRKAN SEKARANG?"

"Pergi darisini"

"KAU MAU KEMANA?"

"eh... entahlah, aku rasa aku akan mengembara tanpa arah. Karena sekarang ada skillku yang lenyap, aku merasa tidak perlu bertanggung jawab pada teman-temanku lagi"

"KENAPA?"

"Di tempat lamaku ada kata-kata 'kekuatan yang besar memiliki tanggung jawab yang besar'. Aku pikir kekuatanku biasa, tapi sepertinya tidak. Makanya saat dia lenyap, aku merasa lebih bebas"

"…KALAU SEPERTI ITU BUKANNYA KAU MAU KABUR?"

"Kabur…?"

"ITU KATA-KATA YANG BAGUS SUPAYA ORANG BERPOTENSI MAU BERGERAK MAJU. TAPI DARI CERITAMU SEPERTINYA KATA-KATA ITU MALAH MENAHAN DIRIMU UNTUK TIDAK BERKEMBANG SEMAKIN KUAT WALAU KAU BISA"

Kino kaget mendengar hal itu. Perkataan ketua ada benarnya. Selama ini dia hanya berpikir untuk menjadi support teman-teman karena pasti mereka memilih skill yang kuat.

Tapi setelah mengetahui keadaan dunia ini dimana teman-temannya saling bertarung, apa yang harus Kino support. Membuatnya hanya lari ke tempat aman dimana dirinya berharap tidak terlibat dengan teman-teman yang sebelumnya ingin dia support.

"Ah Budi, kenapa dia mengambil skillku disaat aku baru dapat pencerahan untuk menggunakannya" Setelah mengeluh, Kino menghela napas, menyudahi apa yang sudah terlewat "Ketua, aku mau gambar lagi. Mohon ditunggu"

"HMPH. YA!!"

***

Kuil Klan Muto

Matahari sudah terbit, waktunya beraktifitas seperti biasa. Walau orang-orang Muto-Shi tidak bisa melakukan banyak hal seperti biasa saat sebelum 4 bulan lalu. Hal itu karena kekkai yang dibuat Adit untuk melindungi tanah kuil Muto yang mau dijadikan tempat perang oleh pihak Sena dengan pihak Yuuna.

Orang-orang tidak bisa masuk, tapi mereka juga tidak bisa keluar, dan kekkkai ini akan terus Adit pasang sampai perang berakhir. Sekarang dia sedang membantu anggota lain menyiram tanaman. Mereka harus membuat makanan sendiri sebelum persediaan habis karena isolasi ini.

"Azetto…!" teman Adit yang bertelinga rubah menghampirinya.

"…pagi, Kitsu. Kenapa pagi-pagi gini kamu bau pohon, emangnya ada sarapan getah pohon pake lauk kertas?"

"Apaan sih? gak jelas. Yang lebih penting sekarang, kekkai-nya… kekkai-nya…"

"…?"

Adit pergi dengan Kitsu ke tempat dia bilang kekkai-nya ditembus. Disana ada 4 penjaga dan 1 orang yang dikepung. Adit melihat keadaannya, tombak yang dipegang klan Muto terpotong. Bagian yang ada ujung tombak itu bergeletak ditanah dan 1 orang yang dikepung itu memegang pisau.

"Oh, oke." Adit mengerti situasinya "yak, kalian. Bubar bubar… dia temanku, jangan ditodong senjata terus, nanti yang putus malah jari-jari kalian"

"Azetto…"

"Kitsu, kau bawa pergi mereka saja. Orang ini temanku, biar dia aku yang urus. lagipula dia tidak melukai kalian kan. Beneran deh kalo dia serius itu yang putus jari-jari kalian, jadi pada bubar aja sana"

"Tapi bagaimana orang itu bisa menembus kekkaimu? Kau harus hati-hati"

"Tenang Kits, aku gak bakal pergi gitu aja kaya Farhan"

Setelah Kitsu dan anggota yang lain pergi, di hutan ujung kekkai itu hanya tinggal mereka berdua.

"…nih kekkai kalo disentuh bakal ngisep energi sihir trus orangnya di pentalin mundur kalo sampe energinya abis. Makanya kagak bisa keluar masuk"

"....."

"Kecuali energi sihirnya tak terbatas gitu, infinity. Tetep keisep tapi dia kagak bakal mental karena gak bisa abis-abis tuh energi sihirnya. Trus bisa deh nembus kekkai, ya gak, Ton?"

"…lagi kesel banget nih, Dit"

Anton, orang yang berhasil kabur dari Budi walau skillnya telah diambil. Dia datang ke tempat Adit karena selain Haiza, kuil tempat Aditlah yang netral. Sudah 1 bulan lebih sejak Anton kehilangan skillnya, dia khawatir pada kondisi Tayan dan Alfian yang berasal dari skill tersebut. Anton dan Adit saling bertukar cerita tentang kondisi mereka yang sekarang.

"Kok kayaknya ada yang ganjil…" Adit bingung sambil mengunyah kacang. Mereka sudah pindah tempat ke kamar Adit.

"Apaan?"

"Kayaknya kau belom cerita lengkap deh, Ton"

"…Aku punya skill Subaru re-enol"

"Oh gitu, nah gitu, anjir. time loop abis mati. Pantesan Budi ngira bisa liat masa depan"

"Mau diadu?" Anton mengacungkan jempolnya.

"Kagak bakal ada yang mati anjir, abadi nih" Adit menepuk dadanya.

"Haha… *nyam* dah, Kembali ketopik" Anton kembali kebahasannya sambil makan kacang.

"Jadi, cara bangkitin mayat dengan skill itu kau alirin energi sihir ke tubuh mereka?"

"Iya, makanya walau jauh. Keberadaan Pian ama Tayan masih ketauan karena energiku terus ngalir"

"Tapi karena skillnya diambil Budi, energi sihir terhenti dan kabar mereka kagak tau gimana?"

"Ya…"

"Tapi kau tau mereka ada dimana?"

"Tadinya tau, sempet pergi buat mastiin. Tapi orang-orang Ija yang lagi nyari mereka bisa melihatku. Sebisa mungkin aku tidak ingin mereka terlibat dengan orang-orang dari perusahaan Ija dulu"

"Jadinya kau menjauh dari mereka trus sekarang gatau, gitu?"

"Iya, gak tau mereka berkelana kemana"

Antonpun mulai ke topik intinya. Dia ingin meminta bantuan Adit atau Klan Muto untuk mencari Tayan, Alfian, dan Bintang. Karena permasalahannya dengan perusahaan dagang terkenal yang membuat peradaban baru, sulit menyelematkan mereka sendirian.

"Itu benar-benar hal yang gawat… tapi tidak bisa, Ton"

Aditpun menolak permintaan Anton. Sejak awal, Muto-Shi adalah klan netral. Kalau sampai ketauan melawan 1 pihak apalagi itu perusahaan terkenal berpengaruh, usaha Adit akan ditanyakan para Raja yang menginginkannya.

Seperti kenapa Adit mati-matian menghentikan perang waktu itu tapi sebenarnya bisa jadi pihak yang melawan. Para Raja akan kembali mulai menginginkan Adit dan keabadiannya dengan mengganggu kuil.

"Begitu, ya…" Anton bingung, tapi berusaha memikirkan cara lain untuk menyelamatkan mereka bertiga.

"Iya kalo ketauan, resikonya kayak gitu. Tapi kalo gak ketauan, kagak ngapa"

".....

eh?"

**

"Pergi ke Perusahaan Dagang Iza…?

Maksudmu perusahaan terkenal yang sampai membuat peradaban baru itu!?"

"Yoi, kita butuh informasi dari dalam tentang pergerakan mereka supaya tau keadaan teman-temanku juga"

"Tunggu, kenapa harus aku yang masuk? Aku memang bilang mau membantu, tapi ini…"

"Ah, ayolah Kitsu… Aku dan Anton itu temenan ama yang punya perusahaan. Nanti pihak atas langsung tau kalo kami yang kesana"

"Ija itu baik ke kita dan orang-orang kuat, bawahannya aja yang bangsat kaya si Budi. Kau bisa anggap Ija ada dipihakmu tapi tidak sepenuhnya, karena dia juga memihak perusahaannya"

"Tuh, dengerin Kits"

"Apanya!"

Anton dan Adit berdiskusi dengan Kitsu juga teman-teman Adit yang ada di Muto-Shi, mereka membantu Anton atas kemauan diri sendiri, bukan atas nama klan. Dengan begini seharusnya mereka tidak akan kalah melawan Perusahaan Dagang Iza untuk menyelamatkan Tayan, Alfian, dan Bintang.

"Tunggu, bilang tidak akan kalah rasanya terlalu hebat"

"Kenapa Ton?"

"Perusahaan itu berisi orang-orang pro dibidangnya sedangkan kita hanya kumpulan pemuda naif"

"Tapi yang bikin perusahaan juga pemuda naif kaya kita"

"…Oiya.

okelah, bisa nih ayo!"

"Anton…"

***

Kino sudah siap dan rapih untuk berangkat keluar kota. Ketua memberi alat gambar klan Kurato khusus untuk lulusan. Kino berhasil menyelesaikan ujian Klan dan lulus menjadi seniman resmi Kurato-Shi.

"NAMA SENIMANMU ADALAH SHINJUU, ARTINYA BUNUH DIRI GANDA ATAU KEKASIH SI BUNUH DIRI ITU SENDIRI. AKU TERINSPIRASI KARENA KAU LULUS SETELAH MATI"

"Y-yah… aku sudah protes tadi, tapi sepertinya memang tidak bisa diganti ya. Walau berkesan wibu tapi yasudahlah"

"DARI GAMBARMU SUDAH TERLIHAT KAU TIDAK MENAHAN DIRI LAGI UNTUK MENJADI LEBIH KUAT!

AKU TIDAK AKAN TANYA URUSAN PRIBADI, TAPI JANGAN TAKUT BERUBAH KARENA MEMBAWA NAMA KLAN, KAU HARUS TETAP JADI DIRI SENDIRI. BERUBAHLAH DAN JANGAN BERUBAH!"

"SIAP!" Kinopun pamit.

Ketua melihat Kino dari belakang yang membawa tas besarnya pergi menjauh sampai Kino tidak terlihat lagi dan matahari mulai terbit. Diapun Kembali masuk klan dan mempersiapkan barang-barang untuk kelas pagi.

Di ruangan ketua, dia kedatangan burung dan menerima surat. Surat berisikan arahan perang melawan bagian timur. Dia tidak menduga seniman tua sepertinya masih mendapatkan undangan untuk berperang.

Pemimpinnya yang baru, Hitomi-hime adalah orang yang menyayangi keindahan. Sehingga surat yang memperkerjakan seniman ini dirasa dari sekutunya, yaitu Jendral Arazu.

"Sepertinya perang memang sudah sampai puncaknya sehingga anak-anak muda yang lebih kuat dari kami menjadi tidak sopan. HAHAH! JADI TERINGAT KUKOU-KUN. ANAK KLANNYA YANG DI SPONSORI JENDRAL MUDA ITU MALAH BERKHIANAT MEMBANTU TIMUR.

APA KUKOU JUGA DIPANGGIL YA?? KIRIM SURAT AH!"

Ketua menulis surat untuk temannya yang pernah punya cerita menarik karena sebelumnya kedatangan anggota baru.

Entah apa yang dipikirkan Farras untuk membawa generasi tua ke medan perang yang bahkan bukan petarung juga.

**

"Selamat atas kelulusanmu, Kino"

"Hugyaa, ketua eh bukan, Ai-chan!?"

"Iya aku bukan ketua"

Guide AI Kino yang selalu membantunya memberitahu apapun, bisa dibilang seperti buku panduan Shop, muncul dihadapan Kino. Bentuknya bulat dan terbang, tapi tidak bisa disentuh seperti hologram dan hanya Kino yang bisa melihatnya.

"Kenapa kau disini? Skill Shop-ku kan diambil Budi"

"Aku adalah fitur yang membantumu mendapatkan panduan di dunia ini, kebetulan saja Shop adalah skill yang tidak pernah ada sehingga aku sering memandu di bagian Shop dan terlihat sepaket dengan skill itu"

"O-ohh… padahal mah ngga, gitu?"

"Iya, makanya aku tidak ikut terambil"

"He…Terima kasih untuk tetap disini Ai-chan, tapi sebaiknya kau ke tempat Budi"

"Apa…? Kau tidak membutuhkanku?"

"Jelas aku terbantu banget sampai sekarang. Cuman, dengan panduanmu aku bisa menggunakan Shop secara baik dan benar. Aku rasa Budi butuh hal seperti itu juga"

"…Baiklah, aku ingin bilang apa kau tidak terlalu memperhatikannya. Tapi sepertinya kau tidak akan berubah pikiran.

Jadi, apa butuh panduan terakhir sebelum aku beralih ke Budi?"

"Hehe… terimakashi"

***

Kino sampai di sebuah kota. Penduduk di kota itu terlihat membutuhkan energi sihir. Untuk orang yang punya energi sihir tak terbatas, Kino percaya diri untuk mencoba membantu.

Penduduk memberitau Kino, jika ingin menyumbangkan energi sihir bisa pergi ke klinik Asabi. Disana Kino bertemu dengan seorang anak laki-laki sekitar 12 tahun bernama Nobumori.

"Guruku dan teman-temannya membutuhkan energi sihir untuk pemulihan, kalau tidak mereka tidak akan bisa mengobati orang-orang"

"Tapi dimana mereka?" Kino tidak melihat siapapun selain dia di klinik.

"Tolong berikan tangan anda saja, saya akan mengambil energi sihir dengan jarum ini dan menyimpannya di guci"

"....." Kino menggaruk kepalanya.

Dia ingin bilang energi sihirnya tak terbatas sehingga bisa diambil sebanyak yang dimau, tapi tidak ada siapa-siapa di klinik sehingga terasa mencurigakan. Memberitahu kelebihan tanpa perlindungan sama saja bunuh diri.

"Terimakasih atas bantuan anda"

"Um… Dokter"

"Dokter!? Aku-Saya… saya belum bisa dibilang dokter" Nobumori jadi malu-malu.

"Ya…yasudah-.-)" Kino baca dari surat Syahdan, yang bilang kalau Bintang mulai bertualang dengan Tayan dan Alfian mengobati orang-orang dengan regenerasinya, jadi dia ingin memastikan sesuatu. Waktu Budi cerita itu, Kino pura-pura tidak tau supaya dia tidak kecewa saja.

"Apa dokter yang mengajari anda bernama Rekku?"

"Eh, Iya"

"Ternyata benar, aku temannya. Kalau dia memang kesulitan, aku bisa bantu. Tolong bawa aku ketempatnya"

"…maaf, kak. Dokter Rekku sudah terkenal namanya, mengaku jadi teman dengan nama saja tidak bisa mempertemukan kakak dengannya"

Kino tidak memikirkan hal itu, diapun diam. Kata-katanya benar, memaksapun akan membuatnya semakin sulit dan memberi efek terbalik. Kino menyerah untuk sekarang, dia Kembali ke penginapan.

"Ahhh sial… memangnya kenapa sih sulit ketemu? Sok penting!"

Dengan kesal.

"Haa… pas ketemu Ija yang terkenal bikin peradaban baru pake skill ku aja ngga begini" Kino memeluk bantalnya.

Dia mulai berpikir-pikir, semua yang dikenalnya sudah menjadi orang hebat di dunia ini. Wajar orang biasa sulit menemuinya karena mengantri. Selama ini Kino tidak menyadarinya karena sering didekati duluan. Saat dia bermain aman, semua memiliki pencapaiannya masing-masing.

Tapi sekarang Kino tidak punya skill yang membuatnya perlu didekati. Kini kalau ingin menyusul teman-temannya, dia harus berjuang lebih keras mengejar ketertinggalan. Kinopun menyusun rencana untuk besok, sambil memeluk bantalnya.

**

Kino memerhatikan Nobumori yang pergi pada saat matahari terbenam ke gang-gang sempit sambil membawa sumbangan energi sihir dari orang-orang. Inilah rencana Kino untuk bertemu Bintang, menguntit.

Murid Bintang, pergi cukup jauh dari klinik bahkan sampai matahari sudah tidak terlihat lagi tapi dia masih berjalan. Kino tidak masalah karena energi fisik tak terbatasnya, tapi dia kagum dengan Nobumori yang manusia biasa.

"Bintang sepertinya sangat bangga, eh?"

Kino melihat bayangan hitam didepannya. Sosok itu juga mengikuti Nobumori. Gerakannya aneh, dia mendekati Nobumori dengan perlahan dan

*Psyuu!*

"Eh!?" Nobumori kaget tiba-tiba ada orang jatuh dari belakangnya. Dia menengok kebelakang.

"Kau tidak apa-apa!?" Kino baru saja menembakkan pistol lasernya karena orang berpakaian ninja tersebut hampir menyerang murid Bintang.

"Kau… kakak tato lancip yang kemarin??"

"Huwah =v=)" Mendengar Nobumori yang mengingat tatonya, Kino merasa sudah jadi anak nakal.

"Kakak, Belakang!!" Nobumori berteriak karena melihat sosok yang mirip dengan yang ditembak Kino di belakangnya.

Jtraang!!

"Awawa… masih sempat… makashi Nob!" Katana Kino beradu dengan Wakizashi orang itu. Untung masih sempat Kino keluarkan. Merekapun beradu sampai Kino melihat Nobumori.

"Ngapain masih disini…? Jangan telat kirim energi sihirnya, ada yang butuh kan…?"

"!!... Ya!" Nobumori lari meninggalkan mereka.

"…Yah, rencanaku ketemu mereka bertiga gagal deh" Traang!

Kino sedikit kecewa karena sudah mengikutinya sampai sini, tapi keselematan yang terpenting. Sekarang dia memikirkan cara untuk menghentikan orang-orang ini menyerang.

"Kau juga mengincar trio Shinigami!?"

"Shinigami?? Itu panggilan mereka bertiga? Hehe, keren tuh. Tapi yah, kalau ngomong 'juga' berarti itu tujuan kalian kan? Aku sih beda"

Pertarungan pedang ini terasa imbang. Tapi lawan Kino terus merasa kebingungan dengan arah katana yang tidak biasa walau masih bisa diadu. Tapi dengan terus penasaran itu, diapun memerhatikan pergerakan Kino lebih fokus lagi.

"Kau…! Pakai tangan kiri!?"

"…? Iya… kamu ga nyadar dari tadi? Apa karena kadang aku pegang pake dua tangan?"

"Ck, samurai terkutuk!" kawan ninja itu mulai semakin kuat menyerang Kino.

"He-heii… tapi aku seniman"

Kino jadi kesulitan, sepertinya memegang dengan tangan kiri membuatnya marah. Bagi seniman, itu adalah hal normal karena kalau tangan kanan untuk berkarya, tangan kiri untuk melindungi diri. Tapi dengan amukan seperti itu, bisa-bisa Kino kalah.

Terlihat sesuatu pada kawan ninja itu yang masuk ke bahu kanannya dan keluar dari pinggang kiri. Awalnya Kino tidak tau apa itu karena terlalu cepat. Tapi setelah semua berhenti, terlihatlah kawan ninja itu baru saja terbelah miring oleh sabit besar yang dibawa seseorang.

"Repotin"

"Eh, um… terimakashi" Kino melihat mayat yang masih segar itu, sangat berbeda dengan yang ada diruang mayat, tapi tidak ada waktu untuk merasa syok.

"Untunglah kakak tidak apa-apa" Nobumori juga ada menghampiri.

Dia baru saja Kembali dan sepertinya dia juga yang meminta bantuan orang itu. Orang itu mengalahkan 2 orang mencurigakan dengan cepat meskipun memiliki sabit yang besar.

"…kau siapa?" sambil membenarkan sabitnya, dia bertanya.

"Eh… maaf. Biasanya mengenalkan diri dulu sebelum tanya identitas orang lain. Kalau kau pakai cara yang tidak biasa, apa boleh aku ketemu Dokter Rekku dulu supaya bisa pengenalan disana pakai caraku juga?"

"Dih apaan sih, tidak tau terimakasih padahal sudah di tolong"

"Begitukah? maafkan aku, deh. Nah Nobumori. Apa aku boleh bertemu Dokter Rekku? Kalau dia butuh energi sihir, aku yakin bisa membantu banyak.

Dan kau juga lihat kekuatanku kan, kalau aku bertingkah, dia bisa mengehentikanku dengan sabitnya, jadi aku tidak berbahaya"

"Tapi… kakak butuh ijin Arubin-sama dibanding aku" Nobumori melihat ke pria yang disebut Arubin itu.

Kino melihatnya tapi tidak bisa memikirkan siapa dia, kalau dari nama panggilan, mungkin dia Alfian, Arubin-Alfian, Kino memang tidak pernah melihat wajah Alfian. Tapi Kino tetap diam, pura-pura tidak tau sampai dia akan mengatakannya sendiri.

Arubin itu menyuruh Kino memberikan banyak energi sihir kepadanya, tentu itu tidak masalah untuk Kino. Arubin menggunakan jarum seperti yang dilakukan Nobumori dan mengambil banyak untuk membuat Kino berhenti bertingkah.

Tapi diri Kino yang tidak kelelahan setelah banyak diambil energi sihir membuatnya bingung. Malah dia yang sudah sampai batasnya, tidak bisa mengambil lebih lagi.

"Apa kau sudah baikan?"

"....." Arubin tidak menjawab.

"… (Tubuhnya masih bau busuk, berarti kasusnya berbeda walau sudah diberi energi sihir)"

Meski tidak ingin mengakuinya, tapi Arubin merasa akan membutuhkan Kino. Mereka bertigapun pergi ke tempat Rekku. Dengan energi yang lebih dari cukup, semua mungkin bisa mendapatkan tenaga untuk bergerak. Hal itu membuat Arubin sedikit curiga dengan kehebatannya.

"Apa kau tau nama lain Dokter Rekku ?"

"…Entah ya, kalau kau ingin menebak identitasku dengan hal itu, kenapa tidak mengenalkan dirimu dulu saja?"

"Grrhh…"

Mereka sampai di rumah kosong yang gelap. Disana terdapat 1 orang yang menunggu mereka di balik pintu.

"Oh! Jadi yang dibilang Nobu itu Kino rupanya!"

"Em… kau…"

"Ataya"

"Oh! Tayan!"

"Jadi kau Kino" Arubin menaruh sabitnya.

"Lalu kau siapa?"

"Sudah jelas bukan aku siapa kalau itu Tayan dan Lekman ada diatas"

"Apa sih, kenapa?" Tayan bingung mendengar nada mereka yang tidak ramah satu sama lain.

"Ah tidak… Sepertinya aku sedang hari sensitif, tapi Pian juga menyebalkan, jadi kita berantem nanya nama sebelum sampai sini"

"Hah...? sudah hampir setahun sejak kita di dunia ini, seharusnya kau lebih baik padanya, Kino. Ayo, aku tunjukkan tempat Bintang"

"....." Arubin atau Alfian yang mendengarnya, hanya bisa bersabar "…dasar cewek"

Bintang atau Lekman, orang-orang disini mengeja Namanya menjadi Rekku. Sosok yang sering memunculkan wajahnya di media sosial sebelum ke dunia ini, sekarang terlihat sangat berbeda karena dirinya yang terbaring pucat di kasur.

Alfian menusukkan jarum pada tangan Kino dan Bintang untuk pemberian energi seperti sebelumnya, mengalirkan energi Kino pada Bintang. Sambil menunggu pemulihan Bintang, Kino meminta cerita hal yang terjadi pada mereka. Tayan dan Alfianpun menceritakannya.

Kejadiannya sejak dua bulan lalu, aliran energi sihir dari Anton terputus. 4 hari kemudian, energi itu habis dan tubuh mereka berdua tidak bisa digerakkan walau sudah diregenerasi oleh Bintang.

Akhirnya Bintang juga mulai memberikan energi sihirnya sambil meregenerasi tubuh mereka. Tapi Bintang bukan tipe penyihir. Sihir Bintang hanya perlu mengambil sedikit energi sihir. Sehingga sejak awal kapasitas energi sihirnya itu sedikit.

Setelah 3 minggu, Bintang mulai kesulitan dan kehabisan membagi energi sihirnya. Alfian dan tayan tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka juga masih kekurangan energi.

Bintangpun membeli ramuan penambah energi sihir, Alfian dan Tayan tidak bisa memakainya langsung, jadi lewat Bintang, dia meminum ramuan itu saat energinya habis dan kembali mengisi energi mereka berdua.

Tapi 2 minggu selanjutnya, Bintang mulai kesakitan dan efek ramuan tidak semanjur sebelumnya. Diapun menjadi orang ketiga yang membutuhkan tambahan energi sihir.

"Itu…! Ramuan itu obat. Kelamaan diminum bisa bikin ketergantungan… kalian dipanggil dokter tapi…" Kino menghentikan mulutnya, mungkin saja mereka tau tapi tidak ada acara lain makanya terpaksa begitu. Kino mulai berpikir seandainya dia datang lebih cepat "Maaf"

"…sepertinya energi sihir Bintang sudah cukup" Alfian mencabut jarum dari mereka berdua. Tapi kondisi Bintang tidak terlihat baikan.

"Apa dia makan dengan benar?"

"Biasanya Nobumori yang mengurus hal itu" Tayan menunjuk Nobumori yang menunggu di depan pintu.

"A-aku sudah memberi Dokter sarapan dan makan siang kentang nasi. Ini sup untuk makan malam, ada untuk kakak Kino juga"

"Ah, terimakashi!"

Mereka bertiga keluar kamar sambil membawa makanannya untuk memberi ruang pada Nobumori mengurus dokter pelatihnya. Kondisi Bintang yang terus meminum obat membuat regenerasi sudah menganggap kandungan ramuan adalah bagian dari tubuhnya sehingga saat ramuan meracuninya, tidak ada pergerakan untuk regenerasi.

Jadi setelah lepas dari ramuan, masih perlu menunggu sampai kondisi Bintang pulih sendiri. Waktunya Kino memikirkan hal lain.

"Kalian jahat juga memperkerjakan anak dibawah umur"

"Kino! Itu dia yang mau sendiri"

"Dia sudah diusir tetap saja datang, malah langsung ketemu Bintang. Ketauan kan Bintang orangnya gimana" Alfian menjelaskan dengan kesal.

"Ahaha… dia pasti senang sekali punya murid, apalagi masih perhatian begitu walau Nobumori melihat dia saat sedang lemah"

"Wkwk, tinggal liat gengsinya Bintang aja nanti gimana kalo udah sembuh"

"Sekarang bisa kan kita membahas orang-orang yang tadi menyerang Nobumori?" Alfianpun memulai bahasan pentingnya.

Alasan mereka tidak di klinik karena adanya orang-orang itu. Sejak sebelum energi sihir dengan Anton terputus, mereka selalu mengincar 3 orang disini dan menyingkirkan Nobumori. Tiap selesai satu, mereka terus bertambah.

"Sepertinya mereka orang-orang dari perusahaan Ija"

"Apa?" Tayan tidak menduganya.

"Anton datang ke Ija buat beli bahan pengawet, lalu Ija minta tolong bawahannya buat nyari kalian biar barengan aja gitu kalian di perusahaan. Tapi kayaknya mereka jadi fokus menangkap kalian dan murid itu yang tidak termasuk di pencarian jadi tidak masalah dibunuh gitu"

"Kino, kau tau sesuatu?"

"Iya, lagian aku belum cerita tentang diriku udah ke topik penting aja. Kuharap kau mau lebih perhatian padaku"

"Grrhh…"

Sepertinya Kino dan Alfian tidak berniat untuk akrab. Setelah makan, Kino menceritakan kisah tentangnya. Rupanya selain Anton dan perpisahan di reruntuhan, mereka bertiga belum pernah bertemu dengan teman-teman dari dunia sebelumnya. Hanya pernah ketemu bawahan dari Zakki.

Itu membuat informasi mereka sedikit meskipun mereka mengetahui jendral-jendral teman kita dan Ija dengan perusahaannya. Kinopun mencoba memberitau selengkap mungkin informasi yang dia miliki tentang teman-teman yang lain untuk kedua temannya ini yang fokus menyembuhkan orang-orang berpenyakit.

Kino juga menceritakan alasan dia bisa sampai disini dari Budi yang mengambil skillnya sampai Guide AI yang memberitau lokasi mereka sebelum akhirnya dapat bertemu.

"Kekuatan Ija hanya berlaku saat sedang berbicara dengannya. Aku saja sempat berpikir untuk berhenti walau sudah bekerja sama. Makanya kita tidak bisa menyalahkan Ija sepenuhnya tentang cara kerja bawahannya"

"Jadi orang-orang itu cuma brengsek aja kaya Budi walau Ija cuman pengen ketemu kita?"

"Tapi tetap saja Ija perlu tanggung jawab sebagai pemimpin kan" Kata Tayan sambil memberikan mangkuk pada Nobumori yang sudah keluar dari kamar.

"Iya… tapi itu urusannya. karena sekarang kalian sudah tau sumber masalah, kita bisa mulai memikirkan cara bertarung untuk kedepan. Dan setelah Bintang sembuh, sebenarnya aku juga ingin meminta tolong pada kalian"

"Minta tolong?"

"Kau ada maunya juga rupanya" Kata Alfian.

"Hehe…" Kino membutuhkan teman-temannya untuk menjalankan rencana dari dirinya yang ingin berubah.

***

Tanah Lapang

Di belakang prajurit yang memiliki iblis di atas tubuh mereka, terdapat Arif yang melihat dengan beban, sosok Sena yang sedang terbang diatas prajuritnya dan prajurit Sena sendiri. Sena sedang menetralisir sihir iblis milik Arif yang muncul di punggung seluruh prajurit baik pihak Sena maupun pihak Arif.

Meskipun iblis dari skill Arif muncul di kedua pihak, tiap iblis hanya menyerang pihak Sena, membuat Nakura tidak diuntungkan. Makanya Sena menetralisir iblis tersebut dengan bantuan roh rekannya.

"SENA! WALAU DIILANGIN, IBLISNYA BISA AKU MUNCULIN LAGI! JADI PERCUMA SAJA!" Arif berteriak untuk membuat Sena jera.

Cahaya perubahan wujud roh dari Sena bersinar, dia berubah bentuk kini menjadi kulit hijau dan memegang tombak besar. Tombak itupun dilemparkan kearah Arif.

Arif mengarahkan iblis yang ada untuk kearah tombak agar menahan dengan tubuh mereka, senjata yang terus membesar itu, Arif membuat perisai lapis dengan tubuh iblis. Hal itu membuat banyak iblis lenyap tapi tetap mendorong Arif mental jauh kebelakang. Bahkan sampai keluar area perang.

Arif tergeletak di tanah sambil memegang bahunya yang berlumuran darah tertancap tombak Sena. Terdapat pedang di sampingnya, itu karena Arif berusaha menghindar tapi tidak sempat dan langsung menahannya dengan katana meski percuma. Tombak itu lenyap setelah Sena menghampirinya dan berganti wujud membuat Sena memiliki zirah yang terlihat keren.

"Ck, ini sebelnya bertarung lawan Sena, ribet parah. Kau memisahkanku dengan yang lain supaya tidak ada iblis yang bisa kugunakan" Arif kesal.

Sena tidak memiliki skill. Sebagai gantinya, ia disukai banyak roh. Membuatnya bisa bekerja sama dengan banyak roh sekaligus disaat semua orang hanya bisa bekerja sama dengan satu. Itu yang membuat Sena bisa berubah-ubah wujud dan meminjam berbagai skill milik roh.

"Uhuk!"

Sena mulai batuk karena dia sudah meminjam kekuatan roh cukup lama untuk mengurus iblis buatan Arif. Itu memang rencana Arif sejak dia melihat Sena. Arif bangun sambil berubah ke wujud rohnya. Roh darah dengan kekuatan regenerasi dan kekebalan yang tinggi membuat Arif sedikit baikan.

Sena dan Arif beradu pedang. Pedang Arif patah. Dia sangat terkejut dengan hal itu dan berusaha menghindari katana Sena. Arif sampai hampir kayang menghindari serangannya, tapi telinga kanannya masih kena. Dia tidak menduga roh di Sena yang pernah dia lawan sudah semakin kuat sampai kini bisa mematahkan pedangnya.

Arif langsung melompat mundur menjauhi Sena, tapi Sena langsung mendekatinya saat Arif masih melompat. Terpaksa Arif berlindung dengan tangannya.

Sena berganti wujud roh lagi saat Arif berlindung. Menjadi berkulit biru memegang odachi(pedang lebih Panjang dari katana). Sena menyerang kaki Arif saat itu juga lalu dia tertancap panah di bahu dekat lehernya.

"Arip!"

Setelah Sena mundur dengan banyaknya panah yang mengincar, Kuuhaku keluar mendekati Arif. Arif dan Sena sama-sama berhenti menggunakan kekuatan roh. Bedanya Sena batuk darah, dan Arif kakinya terpotong.

"Bala bantuan sudah tiba. Benar kau sudah berusaha keras!"

Kuuhaku berubah ke wujud rohnya. Sekarang sosoknya seperti botol kaca yang menyimpan penuh air dalam tubuhnya. Dia langsung melakukan heal pada paha Arif yang sudah terpotong.

"Sena, sebaiknya kau mundur sekarang. Prajuritmu sudah terdesak, benar tiga sekutu timur sudah bersatu mendesak Nakura!" Kuuhaku berusaha membuat Sena pergi, karena sekarang prioritas lebih ke Arif dan sulit melawan Sena sekarang walau dia juga sudah lelah.

"Jangan dengerin dia, Sena!" Ada suara datang dari langit.

Bersamaan dengan jatuhnya sesuatu yang terlihat berat. Sulit diketahui dengan jelas karena sosok itu membelakangi matahari. Kuuhaku langsung membuat perisai bulat untuk melindungi mereka.

BOOMM!!

Perisai itu langsung hancur terkena pukulannya. Tangan yang begitu keras sampai bisa menghancurkan sekali serang, padahal Kuuhaku tidak selemah itu.

"Kenapa? Karena aku sudah tiba!!"

Sosok itu langsung meneriaki keberadaannya di depan Kuuhaku yang tidak bisa pergi karena masih meng-heal Arif. Sosok itu adalah Rifqi, orang rekrutan Farras yang mendapat kepercayaan Raja Saeki dengan cepat karena kekuatannya.

"…!? Uwaahh Arif kakinya buntung!" Rifqi terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Tiba-tiba Rifqi menekuk tangannya menghalangi wajah, Serangan Kuuhaku mengenai tangan tersebut, tapi tidak terlalu berarti. Kuuhakupun menembakkan hujan kaca. Banyak kaca berbentuk jarum tebal di langit. Meskipun terlihat asal, tapi serangan hujan dari kaca-kaca itu tidak mengenai Kuuhaku dan Arif.

Sena berubah lagi dan menggunakan sihir bertahan sedangkan Rifqi menahannya dengan satu tangan. Rifqi memang tertusuk jarum dan terluka, tapi dia mencopotnya seolah itu bukan apa-apa. Dia sambil memegangi Kuuhaku soalnya karena tepat berada di depannya, jadi nyampe untuk ditangkap.

"Eh… Kuuhaku, Arip mana?"

Rifqi kaget setelah berlindung dari hujan kaca, dia tidak melihat Arif. Tidak terpikir Arif bisa pergi sendiri dengan keadaannya yang seperti itu saat dia memegangi Kuuhaku.

"Itu ilusi!"

Setelah Sena memberitaunya, Rifqi tersadar kalau di sekitar dirinya dan Sena mulai muncul kabut. Lalu Kuuhaku yang dipegangnya lenyap dalam kabut. Kuuhaku bekerja sama dengan roh kaca, dan dia memiliki skill ilusi dan sihir air, walau tadi dia tidak menggunakan air.

"Uwahh mereka pergi karena takut padaku!"

"Payah. Uhuk uhuk!" Sena kesal pada Rifqi yang tidak bisa menangkap mereka, tapi tidak jadi karena sakit.

"Sena!"

Rifqi memberikan pil obat yang ada di inventory-nya. Sena menolaknya, dia juga punya pil sendiri. Beberapa saat kemudian, kabut disekitar mereka mulai menghilang lagi. Tanda Kuuhaku sudah pergi jauh.

"Saeki udah nyampe?"

"Iya… saat aku dan Farras datang, teman dombamu yang penjaga surgawi bilang melihat kau ke arah sini. Farras dan dia sudah mengambil alih komando di area perang"

Mereka berduapun pergi menuju Farras. Setidaknya bagian sini berhasil dibuat kabur kepalanya. Sekarang mereka harus segera menyiapkan pasukan yang membantu bagian sebelah.

**

Bagian Sebelah

Pemegang tombak, perempuan penjaga surgawi selain Sena, Rihoko. Dia tidak bertarung imbang dengan Dayat. Meskipun sama-sama memakai wujud roh, serangan Dayat selalu lebih kuat dan sulit mendapat celah ketika Rihoko fokus bertahan.

Pertempuran itu jadi imbang dengan bantuan Farhan dibelakangnya. Setiap Rihoko ingin diserang, Farhan mendorong gaya ke Dayat dan membuat pedangnya terpental dan gagal menyerang.

Karena Rihoko tidak menggunakan sihirnya, ini benar-benar menjadi pertarungan fisik 2 lawan 1. Meskipun pasukan Dayat sudah mundur semua, pasukan Farhan tidak bisa maju memasuki pertempuran seunik ini.

"(Dayat gila! padahal sebelumnya udah bertarung, tapi baru kelelahan sekarang barengan sama Rihoko)"

"(mereka berdua kayanya udah pada capek. Baguslah, aku juga udah di batasnya)" Dayat melompat mundur. Dia diam menjauh dari mereka "padahal niatnya simpen tenaga buat nyelametin Yuuna, tapi yaudah deh"

Dayat mengangkat pedangnya, kedua tangannya pun mulai berwarna hitam merambat sampai bahu di wujud roh naganya. Rihoko langsung lari maju menyerang, berusaha menghentikan Dayat sebelum selesai merapal karena terlihat berbahaya.

"JANGAN!! SEMUANYA MUNDUR!!"

BLEDAAMM

Daya hancur yang besar, membelah tanah sedalam 5 meter dan memporak porandakan pasukan Farhan. Mereka terlambat bergerak walau Farhan sudah teriak. Farhan langsung mencari keberadaan Rihoko saat ada sosok yang sangat mencolok di hadapannya.

"Jangan meleng mata dari musuh"

"!!!"

Dayat langsung ada di depan Farhan. Dia bergerak sangat cepat dengan jarak yang lumayan sampai jarak wajah mereka hanya satu jengkal. Tubuh belum sempat bereaksi tapi tangan kanan Farhan sudah melayang. Terputus berpisah dari tubuhnya. Belum tangan Farhan jatuh ke tanah, Dayat menerobos cepat melewati Farhan. Sejak awal tujuannya adalah penjara tempat Yuuna di tahan.

Dayat mengambil langkah yang besar. Dia melompat lurus kedepan dengan satu kaki secara bergantian. Terus berlari lompat sampai menabrak sesuatu yang tak terlihat. Dia bingung apa yang terjadi.

Meski tak terlihat, Dayatpun menebasnya dengan kekuatan luar biasa itu lagi. Sepertinya itu perangkap, tapi masih bisa di hajar Dayat. Dia lanjut berlari sampai terjatuh karena waktu penggunaan kekuatannya habis.

"…??"

"hah… hah… kaget ya…" Farhan berusaha menghampiri Dayat dengan wujud rohnya yang bertato putih sambil memegang bahu kanannya yang sudah kehilangan tangan.

Dayat mencoba bangun meskipun seluruh otonya sakit semua "tadi apaan, Han?"

"Itu jebakan skill roh milikku. Mempercepat waktu target yang mengenainya"

Roh yang bekerja sama dengan Farhan adalah roh waktu. Jebakan tadi adalah buatan skill roh tersebut. Membuat Dayat yang memakai skill pamungkasnya hanya dua menit, langsung jadi cepat 20 detik saja. Tapi tubuh terasa sudah melakukannya selama 2 menit.

Hal ini membuat buntu kedua belah pihak. Mereka berdua sudah sampai batasnya.

"Aku… masih bisa gerakin tangan kiri" Farhan mengambil katananya "aku nggak kidal sih, tapi ada beberapa tempat yang ngajarin berpedang pake tangan kiri. Seenggaknya masih bisa aku ayunin ke palamu"

"…Bohong kamu, Han" Dayat yang hanya duduk dan tidak bisa bangun, dia mengadahkan kepalanya kelangit dan berusaha mengatur nafas. Dayat mulai mengatakan hal yang mengherankan "waktu kamu menang lawan Yuuna pas perang, kamu gak bunuh dia dan berusaha biar Nakura gak bunuh dia, makanya Yuuna cuma di tangkep kan"

"....."

"Waktu masih bertiga ama Kino, kita kan udah janjian bakal lindungin dan dukung temen-temen disini. Seneng banget aku denger Yuuna cuma ketangkep doang, artinya kamu masih pegang janji kita"

"…sok tau, Yat"

Dayat hanya tersenyum sambil tertawa kecil. Farhan mengangkat katananya dan membuat Dayat berteriak kencang kesakitan karena tubuhnya yang sudah melemah, kini mendapatkan tancapan katana di paha kanan sehingga dia akan sulit untuk berlari.

"Hehe… bener kan"

"Diem, Yat. Aku mau liat Rihoko" Farhan berusaha kembali ke tempat semula

"Dia cuman pingsan, tadi refleknya bagus, dia bisa menghindar sebelum kena serangan telak. 'Heavenly Guardian' kuat-kuat ya"

Mendengarnya, membuat Farhan duduk sambil bernafas lega. Dia sudah dibatas sampai kakinya kelelahan dan mulai melepas wujud roh.

"Mau ngobrol?"

Farhan melihat ke arah Dayat "Ngobrol apa?" dia memutar badannya menghadap Dayat.

"Katananya sakit banget T-T)"

"Iyalah, anjing. Mampus sana!"

"Siapa yang mampus?" Datang orang di belakang Farhan. Dia menempelkan wakizashi ke leher Farhan.

"Kau…?" Karena Farhan memang tidak bisa bertarung lagi, dia meresponnya dengan pelan.

"Itu Syahdan"

"Ah…"

Mendengar jawaban Dayat, Farhan tau kalau bala bantuan dari Touroku, tempatnya Kuuhaku, sudah tiba. Syahdan berterima kasih pada Dayat yang sudah menghancurkan jebakan ke penjara meski membuatnya kena percepatan waktu.

"Sekarang biar aku yang ambil alih. Si kembar punya pengalaman di penjara waktu menyelamatkanku, jadi serahkan saja Yuuna pada kami"

"Kau tidak ingin ngobrol dulu denganku?" Farhan mengajaknya bicara.

"…Tidak, aku belum sekarat seperti kalian"

"Apa…? Padahal kau masih disini saat dua kucing itu pergi"

Farhan melihat Syahdan yang mencopot katana miliknya dan meng-heal Dayat. Syahdan tetap bersama mereka berdua untuk menyembuhkan Dayat. Mungkin Dayat tetap tidak bisa bergerak, tapi penyembuhan luka dan pengurangan rasa sakit tetap di perlukan.

"Dayat…"

"Hm? Eh, aduh duh duh! Pelan-pelan healnya, ada apa??"

"Kau sudah tau kabar Kino?"

"Oh iya, Kino!"

"Apa? Kino kenapa?" Farhan penasaran.

"Tenang dulu, Dan. Aku kasih tau pelan-pelan, kamu percaya sama aku" Dayat memegang bahu Syahdan sembari tangan yang lain memegang dadanya sendiri.

"…" Syahdan melihat dengan serius.

"Ini rahasia kita aja yang bangkit dari kematian. Jadi kita ini bisa bangkit dari kematian berkali-kali. Makanya Kino bakal bangkit lagi"

"Oh, Kino mati? Tidak apa-apa, Dan. Nanti dia bisa hidup lagi kok. Kenapa btw?"

"Entah, aku dapat surat terusan dari ketua klannya"

"Gara-gara Budi anjing pastinya" Syahdan tersenyum "Dia gagal mengambil skillku makanya lari ngambil skill yang lain sambil bunuh-bunuhan"

Setelah bekerja dengan Kuuhaku, kini Syahdan ketika marah mengubah cemberutnya menjadi senyuman. Hal itu membuat Dayat dan Farhan yang melihatnya menjadi ngeri.

"Udah, Dan. Yang sabar, belum tentu Budi pelakunya… lagian juga paling sekarang Kino juga ga kenapa-napa" Kata Farhan

"Jadi kalian berdua juga bisa bangkit lagi kalau dibunuh?"

"...Yah, seperti yang kubilang" Dayat merasa Syahdan masih kesal, jadi berusaha untuk tidak bilang macam-macam.

"....." Setelah selesai mengheal Dayat, Syahdan melihat Farhan yang mencoba menenangkannya "Abis nyelametin Yuuna, tangkep Farhan yuk" sambil senyum jahat.

"Oh boleh juga"

"Jangan woi! Masih ingin Nakura menang nih!" Sekarang Farhan marasa terancam.

***

Istana Kerajaan Shima

"Terimakasih, kalian boleh tinggalkan kami berdua ya"

"Ta-tapi Zakki-sama…"

"Tidak apa-apa, dia temanku. Karena hal itu dan macam-macam lagi, aku yakin dia tidak akan melawan. Tapi kalau kalian tetap bersih keras… kurasa akan kulakukan dengan paksa ya"

Prajurit penjaga yang mendengarnya jadi ketakutan. Merekapun pergi sesuai perintah meninggalkan seorang jendral berdua saja dengan tahanan. Jendral itupun memasuki ruangan penjara.

"Sore ya"

"....." tahanan itu tidak menjawab.

"Kau tau kalau sore ini ada perang? Mereka butuh bantuanku tapi aku izin terlambat karena kau lebih penting"

"...."

"Gimana, kau senang tidak di prioritaskan?" Jendral itu menunggu jawaban tapi tidak ada .

Tahanan itu duduk di bangku, tangannya tertarik kebelakang karena gravitasi borgol besi yang berat dan khusus. Kakinya juga di borgol.

"Hei jawab dong…

Budi"

"…Bacot, setan"

"Setan, hehe… aku sudah memberimu tempat duduk ya.

Jadi kau akan merasa nyaman walau skillmu di blok borgol"

Budi kesal dengan kata-katanya. Dia berusaha melepas borgol yang mengunci skillnya tapi tidak bisa. Membuat dia menjadi orang biasa.

"Kau tau ya, Budi. Aku dan 5 jendral itu sudah 2 tahun lebih di dunia ini, tapi kalian ber12 baru setahunan.

Dengan sombong atau bodohnya kau masuk ke istana raja dan mengincarku, hadehh…

Aku tidak tau kau dapat info skillku darimana ya. Tapi kekuatanmu tidak cukup untuk memenggal kepalaku"

"Kh…" Budi menatapnya. Melihat mata temannya, Zakki yang juga berasal dari komunitas, di dunia ini dia jadi bermata hitam.

"Aku yakin tujuanmu kesini bukan ini, tapi karena sudah ada disini, kau harus bertanggung jawab atas kebodohanmu ya" Zakki melihat pintu keluar.

Terlihat sosok pria menggunakan yukata tapi memegang tongkat. Membuat Budi teringat dengan penyihir yang ada diluar kekkai sewaktu pertama kali tiba di reruntuhan. Hanya saja pakaian penyihir ini terlihat lebih kuat dan berwibawa.

"Aku sudah membantumu bersembunyi dari Arip, sekarang aku memberimu orang dari dunia lain. Aku benar-benar berharap padamu ya, Matsuyoshi"

"Tenang saja Zakki-sama, karena dia orang yang kubawa dengan sihirku dan Tadahide, aku yakin ini akan berguna untuk proyek kita"

Budi bingung dengan pembicaraan mereka berdua. Orang bernama Matsuyoshi inipun mendekati Budi dan menyentuhnya perlahan dari tangan ke leher sambil tersenyum dan menjulurkan lidahnya seolah siap makan. Budi jadi ngeri, tapi Zakki pergi meninggalkan mereka berdua.

"Bentar, Zakki! Woy!" Teriakan Budi tidak dihiraukan Zakki.

"Ni orang, homo apa nggak!? ZAKKI, WOY!!" Zakki menutup pintu. Meninggalkan mereka berdua di dalam penjara yang menjadi ruangan khusus itu.

"TOLOONGGG!!!!" Sekarang Budi merasa terancam.

~