Terlihat didepan, sesosok manusia yang mengarahkan pistolnya kedepan mata, karena mengincar seseorang dibelakang diri yang saat ini sedang dilindungi. Melindungi orang di belakang tanpa memiliki pertahanan hanyalah sebuah tameng tembus belaka.
*DOR DOR DOR*
"!!!..." Kino mengambil nafas panjang.
Mimpi yang mengerikan dan terasa seperti nyata. Saat ini mata Kino terbelalak dan dia mengambil nafas dengan terengah karena terbangun dengan kejutan suara pistol dari mimpinya.
Meskipun matanya terbuka, dia tidak dapat melihat apapun, sangat gelap, dia tidak yakin sudah membuka matanya sampai dia kelilipan tanah. Kino sekarang tidak tau sedang ada dimana, tapi dia juga tidak bisa bangun tertutup kayu yang berat kalau didorong karena tertekan tanah.
Mungkin akan ada tanah yang masuk ke telinga atau mulutnya, tapi dia memutuskan untuk memaksakan bangun dan mendorong kayu yang menutupinya itu di tanah.
Dan zruugg! Di permukaan, terlihat tangan muncul dari dalam dan merangkak keluar merauk tanah yang ada untuk menarik tubuhnya. Itu adalah Kino, orang yang tadi terkubur di dalam.
"Kau juga bangun, Kino"
"Farhan!"
Suara yang tidak asing itu membuat Kino langsung menengok dan melihat Farhan yang kotor penuh tanah juga walaupun Kino sendiri setengah tubuhnya belum keluar.
"Apa yang terjadi? Kenapa kita terkubur?" Kino bertanya sambil keluar dari tanah.
"Mungkin kau bisa melihat papan yang ada dibalikmu" Farhan memperlihatkan papan kayu yang di pegangnya dan menunjuk belakang Kino.
Kino melihat belakangnya, dia melihat potongan kayu yang terdapat pahatan bertulis 'mbak kino' disana. Dia juga melihat papan dan tumpukan tanah lain di sampingnya. Di tengah antara lubang milik Farhan dan Kino, ada papan bertuliskan 'Dayat'.
"Ini… kuburan?"
"Kayaknya…" Farhan menjawab sedikit ragu.
"Loh kenapa? Padahal ini aja kita masih hi…dup…"
Terlintas ingatan Kino bersambungan dengan mimpi yang barusan dialaminya. Dia mulai mengingat kejadian waktu itu, Budi yang menembakkan pistolnya, Farhan dan Syahdan yang bersimbah darah, Dayat yang terdiam dan teriakan Bintang.
Kino dan Farhan langsung hening dengan bahasan yang mulai kesana. Jelas saja seharusnya mereka sudah mati saat itu, tapi apa yang terjadi dengan mereka sekarang ini? terlalu banyak pertanyaan.
Di diamnya mereka berdua, tanah tempat Dayat dikubur mulai bergerak. Dan benar, Dayat juga bangkit dari kuburan itu walau Farhan dan Kino tidak tau apakah Dayat benar-benar mati karena mereka tidak melihatnya.
"Kino… Farhan…? Kok… kenapa ini… seharusnya kita sudah mati…"
Dipertanyaan Dayat setelah melihat mereka berdua, Dayat juga melihat sekitar. Kuburannya, dan reruntuhan besar di dekat mereka. Mereka bertiga punya pikiran yang sama kalau itu tempat kematian mereka.
"Yang selamat mungkin mengubur kita setelah berhasil keluar" Farhan mengatakan apa yang dipikirnya.
"Tapi… masa cuma 3, kenapa dia tidak mengubur 2 yang lain?" Kino ragu akan hal itu.
".... kayaknya dipikirkan pun percuma. Kita tidak pernah tau kabar 3 teman
kita yang lain"
Setelah kesimpulan yang Dayat berikan, suasana kembali hening.
Keheningan yang dihancurkan perut lapar Dayat, membuat suasana mereka tidak canggung lagi, kini yang penting adalah hidup dulu supaya dapat memikirkan apa yang terjadi di dunia ini.
**
Ruangan 2
Diruangan ini, Anton kembali membuka matanya. Dia bangun sambil memegang kepalanya. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal karena posisi yang salah saat tidak sadarkan diri.
"Giliran Anton yang bangun!"
"!!..."
Mendengar suara Rifqi, Anton sangat terkejut dengan apa yang dia lihat. Haiza dan Rifqi yang seharusnya sudah mati kini berdiri dihadapannya seolah tidak terjadi apapun.
Apalagi Haiza, Anton sudah yakin telah mebunuhnya setelah mendengar tulang tengkorak yang hancur itu. Makanya dia tidak percaya apa yang dilihatnya.
"Apa ini anjir, berhenti memakai wajah temanku!" Anton menodongkan pisaunya dan menjauh.
"Wuit wuit, tenang ton. Tidak ada yang mengerti situasi ini, mungkin kita bisa tau kalau udah pada bangun berlima" Rifqi mengangkat tangannya sambil mendekati Anton untuk menenangkannya.
"Berlima!?" Anton menyadari kalau Adit tidak ada disini.
Ditambah tidak adanya kekkai, hal ini sudah memberi jawaban pada Anton kalau dia kalah dan sudah mati. Anton menurunkan pisaunya, dia mulai tertawa kecil dan menyadari kalau luka-luka yang ditinggalkan Alfian juga sudah sembuh.
".... kalau semua yang dibangkitkan keadaannya utuh, kenapa kaki dan jari-jari Alfian masih terpisah?" Anton merasa aneh.
"Kita tunggu saja. Rifqi dan Anton, ketika aku melihat kalian, tidak ada luka sama sekali, lalu kalian bangun. Tapi Tayan dan Pian tidak sembuh lukanya, aku ragu mereka akan bangun seperti kita" Haiza menyimpulkan apa yang dia lihat sebagai orang pertama yang bangkit.
Mendengar hal itu, Anton dan Rifqi setuju untuk menunggu. Mereka bertiga diam diruangan yang sebelumnya membuat mereka berpikir untuk saling membunuh itu, dengan canggung.
"Jadi… Adit yang tidak ada disini berarti dia yang bertahan ya?" Rifqi mencoba memecah keheningan.
"Anton, kau mati keberapa?" Rifqi lanjut bertanya.
".... kelima"
"Serius? Mantep survivor GG. Kau dikalahin Adit pake skill apa?"
"Pian… Adit abadi, jadinya bunuh-bunuhan sendiri sama Pian. Terus kita seri beda waktu mati 1 menit"
"Ahh… Anjir Adit milih skillnya ga ngotak. Itu hasil dari bunuh aku itu, hadehh"
Haiza hanya mendengarkan. Saat ini dia sedang memikirkan perasaan temannya. Dia kan tidak pernah berpikir untuk membunuh temannya, dia lebih memilih untuk dibunuh.
Jadi situasi ini membuatnya memikirkan perasaan Rifqi dan Anton yang pernah berpikiran untuk membunuh, sekarang apa yang mereka rasakan melihat kini kita tidak perlu membunuh lagi tapi pikiran dan keinginan itu pernah nyata.
**
Luar Reruntuhan
Farhan, Dayat, dan Kino berhasil menemukan sungai setelah berjalan mengelilingi reruntuhan. Mereka minum sampai kembung karena tidak menemukan makanan dan menghindari monster, Berharap airnya tidak akan membuat sakit perut.
Setelah semua itu dan kembung, mendadak muncul cahaya bentuk persegi seperti layar notifikasi dalam game di depan wajah mereka. Sebuah jawaban yang mereka inginkan sejak awal. Notifikasi itu berjudul 'Keadilan Dunia'.
! Keadilan Dunia !
Kepada kalian yang mendapatkan awal kematian saat memasuki dunia ini. Kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya. Awalnya kami menyarankan manusia di dunia ini untuk menambah sistem dari dunia lain demi keharmonisan dunia ini. Namun mereka menyalahgunakan ilmu yang kami berikan untuk memanfaatkan kalian seperti senjata.
Untungnya ada teman kalian yang mau melepas skill Keabadian sehingga kami bagi tigalah skill itu untuk dimiliki kalian perorang dan mendapatkan kesempatan kedua di dunia ini.
Skill ini sudah dilemahkan sehingga kalian tetap bisa mati, tapi kalian akan hidup lagi setelah mati sampai tua dan mati karena penyakit tubuh.
Dunia ini sudah kacau, karenanya kami tidak mengharapkan apapun, jadi hiduplah sebebas kalian.
! Salam Kami !
Setelah membaca semua itu. Mereka mendapatkan skill karena bangkit dari kematian. Skill yang dapat dipilih bebas berdasarkan referensi karya sastra di dunia asal mereka. Ini skill yang sama yang dapat dimiliki setelah membunuh orang kedua di kekkai.
Farhan, Dayat, dan Kino senang akhirnya mereka punya cara untuk bertahan hidup. Kinopun melihat ke Dayat dan Farhan, dia berpikir untuk memilih kemampuan yang tidak terlalu fokus di kekuatan karena para laki-laki yang menjadi temannya ini mungkin sudah memikirkan hal over power untuk skillmereka.
Karena Kino berpikir untuk membantu mereka dari belakang, dia memutuskan mengambil skill tokoh utama dari manga 'a middle aged man in another world'.
"Mint, aku punya saran sebaiknya kita ga ngasih tau sumber skill kita darimana. Tunjukin gapapa, tapi source nya itu yang ga perlu kasih tau"
"Biar jaga-jaga kalau ada bunuh-bunuhan lagi?"
"Ng-ngga gitu yat" Kino merasa kaget dengan respon Dayat untuk usulannya.
"Tapi gapapa sih, bagus gitu" Farhan setuju.
"Oke, fix ya. Kalau gitu sekarang aku mau quest kecil-kecilan dulu supaya skillku bisa berguna buat kita" Kino melakukan pemanasan. Dayat dan Farhan hanya heran melihatnya.
**
Ruangan 2
"…menurut kalian bagaimana?" Haiza bertanya.
"Ah… aku bingung mau skill apa, jarang lihat sastra"
"Bukan itu, dia bilang skillnya hanya dibagi 3" Haiza mendetailkan pertanyaannya karena jawaban Rifqi yang tidak sesuai.
"Eh…?"
"Seperti yang bangkit dari kematian hanya kita bertiga"
Haiza dan Rifqi diam. Berarti sudah tidak ada yang bisa mereka lakukan. Mereka tidak bisa melihat Tayan dan Alfian lagi.
Saat berpikir begitu, Anton mendekati Tayan, dia memotong jari kelingking Tayan dengan pisaunya, setelah itu menempelkan telapak tangannya ke dahi Tayan.
Terlihat cahaya yang besar muncul dari mata, mulut, telinga, dan hidung Tayan. Tubuhnya bergetar membuat Rifqi dan Haiza kaget melihat hal itu. Kemudian suasana kembali tenang setelah beberapa saat Tayan terdiam.
Selanjutnya Anton menuju Alfian. Kali ini dia mengumpulkan bagian tubuh Pian lebih dahulu lalu menyambungkan dengan menjahitnya menggunakan benang pakaian milik Alfian sendiri. Tidak ada yang bisa bertanya darimana jarum untuk menjahit milik Anton. Setelah semua itu, Anton melakukan hal yang sama dan sesaat setelah selesai dengan Alfian, Tayan terbangun.
"Taya!!"
"Kau bisa hidup kembali!?"
Rifqi hanya bisa tecengang dan Haiza menanyai kabar Tayan. Luka- luka Tayan masih ada tidak seperti mereka bertiga yang pulih seperti baru. Tapi Tayan hidup lagi setelah mereka dapat informasi kalau hanya tiga orang yang dihidupkan.
Bangunlah Alfian juga setelah sedikit lama. Dia bingung apa yang terjadi, sama seperti Tayan, dia hanya berdiam diri melihat tubuh dan keadaan sekitar.
"Anton, kau…" Haiza mencoba menyimpulkan kekuatan Anton.
"Tidak seperti yang kau pikirkan. Sekarang mereka hanya mayat hidup. atas izinku mereka bebas bergerak dan sadar, tapi kalau mau, aku bisa membuat mereka bergerak sesuai perintahku tanpa izin mereka. Aku tidak melakukan kebaikan"
"Tetap saja itu hal yang hebat, Terima kasih. Sekarang kita tidak perlu kehilangan siapa-siapa lagi" Haiza tersenyum.
Perkataan Anton membuatnya terlihat seperti tsundere, pikir Haiza. Tapi dengan begini sekarang Haiza mulai dapat memikirkan apa yang bisa dia lakukan untuk mereka berempat.
"Yak, semua kumpul. Ayo kita mikir bareng sekarang harus ngapain"
**
Sungai Dekat Reruntuhan
Terlihat Kino, Farhan, dan Dayat sedang melingkari potongan kayu yang kelihatannya berwarna merah kedap kedip. Padahal niatnya mereka ingin membuat api unggun, tapi hasil api buatan mereka tidak begitu besar karena sudah terlalu lelah sehingga terlihat seperti api yang merahnya baru dipadamkan.
Depan api unggun yang gagal dibuat itu, terlihat ayam kentaki sedang dimakan dengan nikmat oleh mereka bertiga.
"Besok pagi, kalian mau coba lawan monster kan?" Kino selesai memakan bagiannya. Dia memberikan sisa 2 potong lagi pada Dayat dan Farhan.
"Iya, siapa tau drop dari monsternya bisa di tukar jadi uang ke Olshop Kino" Farhan dengan lahap memakan potongan paha ayam yang ditawar Kino setelah sebelumnya memakan potongan dada.
"Gila, ada aja skillnya, Kino. Aku udah jarang makan kentaki" Dayat juga mengambil potongan paha kentaki sebagai daging keduanya.
"Maap ya ga ada nasi, uang dari quest rewardnya cuma cukup beli paket 5 potong ayam kecil"
"Gapapa, besok pagi kita berburu monster yang banyak supaya bisa beli nasi"
"Nasinya nasi padang. Uoogghh, Budi! Budi kalau masih hidup, nanti aku sombongin kalau kita bisa makan nasi padang di dunia ini, anjirlah!"
Farhan meluapkan kekesalannya sambil mengunyah gigitan terakhir. Kino dan Dayat pun tertawa, sulit merasa kenyang dengan ayam kecil yang murah. Tapi diperlukan bahagia untuk hidup yang lebih baik di dunia ini.
Inilah skill pilihan Kino dari manga yang dia baca, Online Shop. Kino bisa membeli barang apapun yang seperti dunia asalnya. Tentu dia tidak betransaksi langsung dengan orang dunia asal tersebut.
Sejak awal, mereka sudah putus hubungan dengan dunia asal mereka sehingga barang dan makanan antar Kino adalah item yang baru nyata setelah muncul ditukarkan dengan uang.
Bisa dianggap Kino dapat memunculkan benda apapun selama dia kaya. Makanya malam ini dia memunculkan paket murah hasil poin reward dari daily quest yang bisa dijadikan kupon berbelanja.
***
Di pagi hari ini, Kino melihat keadaan Farhan yang kesakitan. Semalam tidurnya memang rada jauh, jadi Kino tidak tau apa yang terjadi.
"Pagi-pagi bangun denger teriakan Farhan, pas liat ada monster bentuk kaya ular gitu kabur dari deket dia" Dayat menjelaskan.
"Farhan digigit ular!?"
"Kayaknya, beliin penawar racun, Kino!"
"Iya, iya!"
Olshop Kino tidak hanya menjual yang ada di pasaran, tapi semuanya. Seperti alat medis dan senjata. Jadi sekarang penawar racun yang ditemukan Kino di Shop, harganya enam ratus ribu rupiah.
Di bagian skill Olshop itu juga ada AI yang memandu Kino dalam menjalani kehidupan di dunia ini termasuk berbelanja online. Dia memberitau kalau butuh dua botol penawar kalau ingin mengobati pasien yang terkena racun.
Terkejut membutuhkan satu juta lebih, Dayat yang mendengarnya langsung berusaha mencari monster terdekat.
"Ini Kino! Berapa harga monster yang kaya babi ini?" Dayat membawa monster berbentuk babi yang baru dia kalahkan.
Kino langsung menjualnya. Monster itu di hargai 7500 rupiah oleh sistem. Dayat dengan cepat langsung berlari mencari monster selanjutnya. Kino tampak memikirkan sesuatu.
"Kino, kamu ngapain?"
"Aku beli pisau dapur dari daily quest, mau lihat kalau dijual terpisah, babinya masih berharga sama atau tidak"
Di monster ketiga, Dayat yang melihat Kino menyayat monster kedua tetap melanjutkan perburuannya. Tidak banyak pilihan yang bisa dilakukan saat Farhan kesakitan. Semakin lama dia mulai lebih sering berteriak.
Kino tidak punya cukup waktu untuk menguliti semua monster, jadi kalau sudah lebih dari 5, maka langsung dia jual. Dan benar kalau dijual terpisah, harganya lebih mahal karena dilihat dari kualitas juga.
Sayangnya usaha mereka belum bisa mencapai 500.000, tapi Farhan sudah sangat kesakitan sampai menghembuskan nafas terakhir. Dayat dan Kino yang melihat hal itu hanya bisa terdiam.
"Fa…Farhan bakal hidup lagi kan ya? Kita kan punya skill itu dari atas"
"...kita tunggu aja, Kino"
Mereka berdua hanya diam. Tidak bergerak menunggu Farhan.
Mereka berusaha memercayai perkataan notifikasi waktu itu dan terus menunggu Farhan bangun seperti bangun tidur seolah tidak terjadi apa- apa.
Satu jam, dua jam, tiga jam, Farhan tidak bangun juga. Mereka mulai khawatir. Entah sudah berapa lama sekarang mereka menunggunya, dan sekarang Farhan terbangun juga akhirnya.
"FARHANN!!!"
Farhan terkejut namanya diteriaki 2 orang. Dia baru saja bangun dari kematian dan kejutan adalah hal pertama yang dia dapatkan.
"Sial… kalau tau begini, aku pilih skill penyembuh" Dayat mengusap air matanya.
"Ah, aku punya skill penyembuh"
"Eh?" Dayat dan Kino secara bersamaan…
"Ta-tapi tadi itu sakit banget, sampe ga kuat buat ngeluarin skill, makanya kagak bisa pake skill penyembuh!"
"Oh…" Dayat dan Kino lagi secara bersamaan.
"Kirain sengaja, Han. Kalau iya, aku akan membuatmu mati lagi" kata Dayat tersenyum.
"Jangan weh, sakit banget anjir!" Farhan hanya bisa panik.
**
Luar Reruntuhan
"Apaan nih?" Rifqi melihat 3 lubang yang besar dan mengambil kayu didekat lubang.
"Kuburanmu!" Alfian mendorongnya sampai Rifqi benar-benar masuk ke lubang.
"Uasuu!" Rifqi yang lengah hanya bisa mengumpat.
Yang lainpun menertawakan Rifqi. Setelah itu mereka melihat sekeliling. Rifqi yang keluar dari lubang hanya bisa kesal dan menggerutu.
"Sekarang kalian benar-benar mau perpisahan?" Haiza bertanya.
Semuanya menganggukkan kepala. Tidak ada yang berniat untuk bertualang bersama. Anton pergi dengan Tayan dan Alfian mencari penyihir pengawetan mayat, karena tubuh mereka berdua bisa membusuk kalau tidak dirawat. Rifqi ingin mengembara sendiri mencari Adit, dia ingin membunuhnya. Sedangkan Haiza belum memikirkannya, dia berniat mengkoordinir perkumpulan kalau ada apa-apa, tapi ternyata semua memutuskan jalan masing-masing.
Di hari itu Haiza melihat Anton dengan Tayan dan Alfian menuju sisi kiri dari hadapan reruntuhan, dan melihat Rifqi menuju sisi kanan. Setelah itu dia mencoba keliling reruntuhan, berharap menemukan sesuatu.
Dia kembali ketempat mereka dekat-dekat pintu keluar. Mengingat-ngingat banyak hal yang terjadi, dia pikir dia sudah mati, tapi disini dia sekarang, di luar tempat yang menjadi kuburan dia seharusnya.
Haiza iseng melihat kayu yang diambil Rifqi sebelumnya, yang ada di sekitar tanah tidak rata dengan 3 lubangnya itu. Betapa terkejutnya dia melihat nama Farhan terpahat disana walau sedikit berantakan.
Diapun melihat 2 kayu yang lain, Dayat dan Kino. Semuanya tertulis nama orang yang dia kenal di komunitas yang dia masuki. Melihat hal ini, segeralah Haiza berlari kembali ke tempat perpisahan mereka. Tapi mereka berempat sudah jauh tak terlihat mata.
Padahal Haiza ingin mengabari, kalau mungkin teman mereka yang ada di dunia ini tidak hanya Adit saja. Haizapun menyerah dengan itu dan mulai berkeliling reruntuhan lagi dan berharap menemukan hal lain. Kali ini dia melihat tupai terjebak tibanan batu reruntuhan.
Haiza yang melihat tupai itu tidak bisa lepas, mencoba menyingkirkan batu itu. Diluar dugaan, batunya sangat berat. Dia mulai mencari cara membuat tuas pengungkit.
Haiza mulai berkeliling lagi mencari kayu panjang dan batu yang cukup. Terkadang dia bertemu dengan monster babi, tapi dia berhasil menggunakan kayu sebagai senjatanya. Setelah berhasil menemukan alat yang pas untuk menyelamatkan tupai itu, dia kembali bertepatan dengan matahari terbenam.
Di sore hari sebelum matahari terbenam itu, dengan sedikit luka dari para monster babi, Haiza mengangkat batu yang menahan tupai kecil itu sampai membalikkan batunya.
"Berhasil!" Haiza senang akan hasil usahanya.
Haiza melihat tupai itu berkeliling memutarinya sambil melompat-lompat. Haiza mengangkat dia dan mengelus-elusnya. Lalu Haiza terlihat lubang yang sebelumnya tertutup batu itu, ada tupai lagi yang keluar dari lubang tersebut. 1 tupai, 2 tupai, Haiza hanya tertawa kecil, rupanya banyak teman dari tupai terjebak yang berhasil dia selamatkan.
Tapi kemudian dia merasa aneh dengan banyaknya tupai yang tidak berhenti keluar dari lubang itu. Belum sempat berpikir, jarinya sudah terputus dimakan tupai yang dia pegangi. Jari putus membuatnya melempar tupai itu tanpa sadar karena kesakitan.
Dengan banyaknya tupai yang terus keluar dari lubang, Haiza terjebak kawanan tupai dan terjatuh. Dia mulai di gerogoti dari kulitnya ke dagingnya.
Haiza berteriak kesakitan. Ada beberapa bagian tubuhnya yang terputus karena di gerogoti. Tidak ada yang bisa dia lakukan di situasi itu, dia tidak punya skill untuk menyelamatkan dirinya.
Padahal yang Haiza inginkan hanya berbuat baik, tapi ini hasil perbuatannya yang membuat dia terus berteriak sampai tenggorokannya tidak bisa membuatnya berteriak lagi, bola matanya pecah, dan selesailah Haiza karena mati kesakitan.
Satu jam kemudian di sisi lain reruntuhan, terdapat Kino dan Dayat.
Mereka sudah membeli korek api untuk memudahkan membakar daging. Tidak ada yang tau kalau tupai-tupai yang dikeluarkan Haiza sedang menuju kearah mereka.
Dan… voila! Nasib yang terjadi pada Haiza telah menimpa Kino. Dayat bisa bertahan lebih lama, ketahannya sangat kuat tapi dia tidak tau apa yang harus dia lakukan sampai Kino menjadi makan malam tupai itu. Farhan juga belum kembali mencari bahan.
Keraguan Dayat membuatnya terlambat sedikit mengambil tindakan.
Walau dia berhasil menghancurkan sebagian besar kawanan monster mengerikan itu dengan tenaganya, sebelum benar-benar berakhir. Dayat tetap mati
***
Farhan terbangun. Dia samar-samar seperti melihat orang yang dikenalnya. Dan setelah sadar, dia sangat terkejut dan tidak menduganya. Dia melihat Adit dari bawah.
"Kau tidur di pohon, han?" Adit bertanya.
Farhan kebingungan, dia tidak mengerti maksud Adit. Tapi saat dia mencoba bangun, dia menyadari sedang tersangkut di ranting pohon. Dia bergerak mencoba untuk bangun dan mencari cara turun. Tapi tangannya terpeleset sehingga dia terjatuh meniban Adit yang daritadi melihatnya.
"Apaan sih, han. Kalo gabisa turunnya ngapain tidur diatas!" Adit kesal ketiban Farhan.
"Kagak anjir! Tadi…" Farhan melihat keatas, lebih atas dari pohon.
Dia terkejut melihat tempat yang asing. Ada gunung tapi kelihatannya dia tidak jatuh sejauh itu juga. Padahal sebelumnya dia mencari material tambahan untuk membeli Uwutan. (padahal dia digigitnya ular, tapi malah beli obat pencegah gigitan nyamuk. Entah apa yang dipikirkannya) Farhanpun bingung apa yang terjadi.
"Wahahaha mukanya kocak banget!" Adit menertawakannya.
Farhan memeriksa keadaan tubuhnya. Ada beberapa luka, berarti dia benar terjatuh tapi tidak sampai mati. Membuatnya menyimpulkan kalau seharusnya dia tidak jatuh dari tempat yang berbahaya.
"Tenang-tenang, kau tidak mati kok. Sebenarnya aku membawamu lari dari reruntuhan" Adit memegang bahu Farhan sambil mengusap air mata tawa.
"…!!!"
"Semalam teman klanku bilang kalau dia merasakan energi kegelapan yang sangat besar"
"Energi kegelapan?... disini?"
"Hm! padahal jaraknya sekitar 30 kilometer, tapi saking gelapnya ampe kerasa gitu katanya. Makanya langsung gas kesini, udah mikir mungkin bakal ada temen, dan ternyata bener"
"Yang lain gimana? Kau tidak lihat teman yang lain?" Farhan ingin memastikan keadaan Dayat dan Kino.
".... kalau aku bilang tidak ada, gimana?"
"Dit, aku bareng Dayat dan Kino! Seharusnya mereka ada!"
"..... datangnya terlambat"
"…!? Apaan…?"
"Dayat sama Kino itu… aku lihat sendiri mereka di gerogoti monster kegelapan gara-gara aku telat. Monster itu mengerikan, mereka memakan mangsa sampai ke tulang- tulang. Jadi tidak bisa di selamatin"
".... !!!" Farhan tidak bisa berkata-kata.
"Setidaknya sisa monster itu berhasil kubersihkan. Sebagian besar sudah dibantai Dayat soalnya. Dayat keren banget sampai akhir"
Banyak hal yang membuatnya terkejut. Tapi dia lebih kaget mendengar perkataan Adit yang membuatnya tau kalau Adit tidak mengetahui skill milik mereka.
Skill ini didapat karena pengatur dunia ini merasa tidak adil pada mereka yang mati di awal. Berarti Adit tidak mati di awal atau dia tidak mengalami kejadian seperti mereka.
Banyak yang ada dipikiran Farhan. Tapi saat ini, dia ingin mengabari Dayat dan Kino jika sudah bangkit lagi, tapi tanpa diketahui Adit. Sampai tau kebenaran tentang Adit, bangkit setelah kematian ini sebaiknya dirahasiakan dulu.
"Han, ada tempat tinggal tidak?"
"Apaan?"
"Kalau tidak, ke klan yang kutinggali saja"
"Klan…?"
"Bener-bener belom tau dunia ini ya. Yauda ayo ikut!"
"Ah, Sebentar!"
***
*gasp* Dayat terbangun dengan jantung yang kaget. Tubuhnya gemetaran, seolah gerogotan mereka masih nyata. Dia memegang dadanya kencang- kencang, menarik bajunya untuk memastikan kalau itu masih berdetak.
"Dayat sudah bangun"
"AAHHH!!!!!" Dayatpun semakin kaget.
"Kenapa Farhan berubah jadi Ija, apa yang terjadi, Kino!?" Dayat merasa setiap bangun dari kematian, mereka akan selalu dikejutkan sampai mati lagi.
"Bukan begitu, yat. Aku orang yang berbeda. Farhan udah pergi sama Adit"
"Hah, Adit!? Adit ada disini juga? Kok Ija tau? Ngga, sebelumnya kok Ija bisa disini…" Dayat tidak tau harus mulai darimana.
"Nih minum dulu. Abis itu baca surat ini dari Farhan" "Ma…makasih Kino…"
Setelah minum di gelas kertas yang dibeli dari Olshop. Dayat membaca isi kertas yang sebelumnya dibeli dari Olshop dan dibagi rata untuk disimpan mereka bertiga.
'kino dayat
aku ikut adit
kalian bertualang sendiri aja soalnya adit kira udah pada mati
-farhan'
"…pesan singkat yang tidak jelas" Dayat tidak mengerti.
"Ih, Dayat. Ini tuh ditulis singkat berarti Farhan lagi buru-buru. Adit kira kita udah mati, jadi ngapain Farhan nulis pesan ke orang meninggal.
Trus bagian 'bertualang sendiri aja' berarti Farhan mutusin buat kita pisah disini. Soalnya dia juga ga ngasih tau pergi ama Aditnya kemana" Kino menjelaskan edisi sok tau nya.
"Njir sedih!" Dayat menganggap serius Kino.
"Tapi kok ada Adit disini? Dia ikut ke summon juga apa gimana?" Dayat bertanya bagian yang tidak dia mengerti lagi.
"Kalau itu mungkin sekarang giliranku yang cerita. Biar kalian ngerti, dan bikin aku juga ngerti, kenapa kalian yang mati cuma 3, tiga orang lainnya kemana" Haiza mengangkat tangannya.
Haizapun menceritakan kejadian yang dialaminya, 5 orang selain dia, dan menceritakan kembali apa yang dia dengar dari yang lain karena dia mati pertama. Lalu soal Adit, yang tidak ada diantara mereka saat kebangkitan.
Kino juga menceritakan bagiannya, tentang dia mati pertama bareng Farhan karena menjadi tameng gagalnya, Dayat yang mati terakhir diantara mereka bertiga tapi tidak paham situasi sampai dibunuh Syahdan, dan 3 kuburan yang sepertinya bukan Budi yang melakukannya.
"Sepertinya lebih rumit kalian ya, dan lebih damai juga"
"Seruan tempatmu, ja" Dayat menambahkan.
"Wkwk, mungkin Syahdan yang menang, dia tidak suka Bintang, dan Budi sudah membunuh kalian. Jadi mereka tidak dikubur" Haiza membuat analisis.
"Tapi kurasa Dayat yang pertama nyerang Syahdan juga tidak akan dikubur kalau begitu" Kino kontra pada analisis Haiza.
"Berarti Bintang? Dia tau Syahdan gak suka sama dia makanya Budi dan Syahdan gak dikubur" Haiza membuat analisis baru.
"Kalau itu mungkin… aku bisa percaya aja kalau dia mau ngubur sisanya, yaitu kita bertiga. Tapi untuk jadi pemenang, aku tidak yakin Bintang orangnya"
"Yaampun, jahat banget Kino" Dayat tidak menduga pikiran Kino.
"Wkwk, penilaian berdasarkan perasaan pribadi gak diterima ya, Kino" Haiza tertawa kecil.
"Mungkin memang Bintang yang terakhir bertahan dan mayat Budi, Syahdan masih ada di dalam" Dayat ikut mendukung Haiza.
"Iya, karena yang dibangkitkan hanya 3. Jadi mau coba masuk kedalam?"
"Bentar, ja. Lihat dulu sekarang jam berapa" Dayat menahan Haiza demi keamanan waktu malam.
"Sekarang jam 2, kemarin matahari terbenam jam 7. Masih cukup kalau waktunya sama, ayo kita periksa!" Kino melihat jam tangan mainannya yang dibeli di Olshop.
"..... canggih banget anjir skill Kino" Haiza hanya bisa komentar begitu.
Karena perburuan gagal yang dilakukan untuk menyelamatkan Farhan waktu itu, mereka jadi punya cukup uang untuk membeli macam-macam walau di totalkan belum mencapai lima ratus ribu.
***
Kota Ramai
Anton, Tayan, dan Alfian melihat sekeliling. Banyak orang berjualan dan menawarkan dagangan mereka. Terlihat seperti kota yang bagus dan hidup.
"Ayo para petualang, kalian bisa lihat tomat-tomat segar ini. Sangat murah 100 Halma saja untuk yang baru datang ke kota!"
"Hee… Halma itu apa ya pak?" Alfian membalas tawaran pedagang.
"Halma itu mata uang disini, kalau tidak punya bisa tukar pakai barang-barang para petualang sekalian"
"Oh gitu… Tapi maaf, pak. Kita cuma punya baju sama senjata-senjata ini. Bawanya aja ini takut ditangkep karena tidak ada tutupnya haha"
"Hahaha tenang saja. Kalian memang tidak biasa, tapi kalau yang seperti kalian ke Asabi-Shi, mungkin bisa diterima. Makanya kami menyambut kalian"
"Asabi-Shi ya…" Alfian melihat Tayan dan Anton.
Mereka berhasil mendapatkan informasi dari sekitar. Kota ini adalah kota yang baru saja terbebas dari ancaman klan yang dibuang perang oleh tuan tanah. Ada orang berpakaian seperti mereka yang masuk ke Asabi-Shi (Klan Asabi) itu dan lambat laun kekuasaan klan berkurang kekejamannya.
Rupanya petualang itu mengambil alih klan dengan membunuh ketuanya kemudian menjadikan klan tersebut sebagai penjaga keamanan kota ini. Orang yang berani melawannya dibunuh sehingga kebanyakan anggota klan baru merupakan penduduk biasa kota ini dan orang lamanya yang mau mengikuti atau takut pada pemimpin baru.
Mereka bertiga berpikir mungkin petualang itu adalah Adit karena kisah yang terdemgar overpower nya. Jadi mereka berusaha sembunyi dari Asabi-Shi dan malam itu tidur di kolong jembatan kota.
Di pagi hari, Anton dan 2 zombienya berburu monster ke sekitar kota. Mereka melakukan perjanjian dengan pemilik toko ramen untuk bekerja karena tidak punya Halma. Anton berniat untuk segera pergi dari sini setelah mengumpulkan cukup uang.
Di hari selanjutnya, Anton dkk di pecat dari toko ramen. Pemilik tidak suka dengan Tayan dan Alfian yang mulai mengeluarkan bau busuk. Padahal uang mereka masih belum cukup.
Alfian tidak terima. Dia memaksa pak pemilik dengan bersihkeras kalau ada bahan pengawet, dia bisa bekerja dengan benar tanpa bau busuk. Tapi hal itu malah membalikkan efek, pak pemilik jadi kesal dengan Alfian dan mengusir mereka. Tapi Alfian tidak mau sehingga Tayan ikut Alfian untuk memaksa pak pemilik.
Antonpun bingung harus bagaimana. Dia tidak berpikir kalau pemilik toko mie punya bahan pengawet mayat. Kegaduhan ini membuat penjaga datang dan menanyai keadaan.
Tentu saja mereka yang ditangkap setelah semua itu. Mereka dibawa penjaga, ada satu yang menutup hidungnya karena bau busuk yang keluar. Ini mengesalkan untuk Alfian dan Tayan.
Anton tiba-tiba teringat, penjaga disini semuanya adalah Asabi-Shi. Diapun lari dengan skillnya. Ikatan tali biasa seperti itu tidak akan bisa menghentikan orang-orang berkemampuan. Alfian dan Tayan juga ikut kabur mengikuti Anton.
Sampai malam hari itu, mereka tidak bisa tidur karena menjadi buronan kota. Jalan kabur keluar kota juga dijaga oleh Asabi-Shi.
"Judul aksi kita kali ini, 'menjadi buronan karena gaduh di toko ramen'. Hadeeh" Kata Alfian.
"Ini gara-gara siapa coba"
"Eh, kan kau juga ikutan ya, diakhir itu, Tay"
"Ya mau gimana lagi. Yang bau kan bukan hanya kau"
"....." Mereka berdua terdiam.
"Disana! Terdium bau busuk darisana!" Penjaga berteriak memanggil kawannya.
"E goblok!" Kata Tayan. Dia dan Alfian langsung berdiri sambil panik.
"Anton, ayo!" Alfian memanggil untuk segera kabur.
"..... kalian kabur lalu muter ke pintu kota. Serahkan penjaga yang
berkurang padaku" Anton menyusun rencana.
Antonpun bersembunyi dari penjaga yang mengejar Tayan Alfian, dia pergi menuju gerbang kota dan menyerang salah satu penjaga disana. Ternyata serangan kejutannya bisa ditangkis. Diapun melompat mundur.
Tadinya dia ingin menyerang 1 diserangan kejutan supaya dia bertempur secara langsung dengan 4 orang saja.
3 orang langsung menghampirinya. Anton dengan cepat menghindari mereka tapi terkena serangan tombak diakhir sampai terpental menabrak dinding rumah. Sulit menghindar ketika dikepung 3 orang.
Sayangnya karena mereka mendekati Anton, Anton berhasil melancarkan serangan khususnya sambil menghindar tadi. 3 penjaga menjatuhkan senjata mereka, jari-jarinya terpotong dan mereka kesakitan.
Di tanah tempat mereka berdiri, terlihat lingkaran bercahaya. Merekapun perlahan mulai merasa baikan.
Anton melihat 2 penjaga lainnya. Yang 1 mengulurkan tongkatnya ke arah 3 penjaga itu dan satu lagi mengarahkan tongkatnya ke Anton. Tiba-tiba muncul 3 bola air membentuk runcing dan mengarah cepat ke Anton.
Anton melompat ke atap, berhasil menghindarinya. Ketahuan 2 penjaga dibelakang adalah penyembuh dan penyihir. Tapi dia tidak bisa melemparkan pisaunya ke healer mereka karena hanya itu senjatanya.
Anton dengan cepat, menabrak penjaga yang sedang di heal dengan melompat dari atap lalu dia mengambil katana milik salah satu penjaga.
Healer itu berhenti melakukan heal karena Anton berada di area healnya. Penyihir yang lain tidak bisa mengincar Anton karena dia berlindung dibalik temannya.
Penjaga yang Anton jadikan tameng mencoba menyikut Anton. Tapi karena dia masih kesakitan, gerakannya lambat lambat dan Anton dapat menghindarinya. Anton mundur menghindari penjaga sambil mengayunkan serangan menggunakan katana lawan ke matanya.
Penjaga itu terjatuh, dan ketika itu langsung Anton lemparkan katana untuk healer di belakang dia.
*Jtraangg!* salah satu dari penjaga yang jarinya terputus, menangkis katana yang meluncur itu dengan katananya yang dia gigit.
Dia tidak terlihat sudah mundur ke jarak tengah ketika Anton menyerang penjaga yang lain. Gerakannya yang cepat atau Anton yang kurang pengalaman? Sekarang Anton melihat ke sekitar, penjaga yang sudah jatuh didepannya, penjaga di kanan kirinya yang menjaga jarak sambil mengigit katana mereka, dan 2 penjaga tipe penyihir sedikit jauh membelakangi gerbang kota.
".... ribet" Anton tidak menyangka kalau orang di dunia ini tenyata tidak mudah dikalahkan. Membuatnya malas tapi ada sedikit rasa senang untuknya.
Kemudian Anton menusuk punggung penjaga yang tergeletak di depannya. Memutar arah pisaunya kesamping lalu menariknya dengan cepat. Robeklah daging penjaga itu. Penjaga lain yang melihatnya langsung menghampiri Anton dengan marah.
Selesailah mereka, Anton dapat menghindari serangan katana mulut mereka. Dia langsung menyayat bibir dan gusi lalu membelah daging pipi mereka dari sudut bibir.
Disaat itu Anton langsung terkena bola air yang membuatnya mental mundur sampai berguling sangat jauh kebelakang. Anton terbatuk-batuk tenggorokannya seret, hidung dan telinganya sakit kemasukan air, kepalanya pun pusing.
Tapi dia berhasil membunuh 3 penjaga itu. Anton langsung lari menuju mereka sambil menghindari serangan bola air selanjutnya yang ditembakkan penyihir penjaga. Healer mencoba men-heal sampai dia sadar kawannya sudah mati.
Antonpun berhasil mendekat dan menyentuh mereka. Dengan cepat, tubuh mereka bersinar dan mereka bangkit dari kematian tanpa kesadaran. Kini Anton punya 3 tenaga tambahan.
"Sekarang empat lawan dua" Anton tersenyum sambil menempelkan pisau di pipinya.
"…!! Biadab! Beraninya kau melakukan itu pada teman kami!!" penyihir penjaga itu kesal.
"Ya maap, soalnya aku juga ngelakuin ini pada temanku"
3 mayat itupun menyerang 2 sisa penjaga yang ada. Mereka berdua tidak tau harus berbuat apa karena itu teman mereka.
Inilah skill Anton, mengendalikan mayat. Untuk Tayan dan Alfian, kasusnya lebih rumit lagi sehingga durasi bangkitnya lebih lama dibandingkan 3 penjaga yang langsung bangkit setelah Anton menyentuhnya.
Antonpun berhasil menang mengalahkan penjaga-penjaga yang ada. Dia melepas skillnya pada 3 penjaga itu yang membuat mereka jatuh seperti boneka terputus benang, Kini waktunya menunggu Tayan, Alfian, sambil mengetuk-ngetuk kepala berharap air ditelinganya keluar.
Beberapa saat kemudian, Tayan dan Alfian datang. Mereka berhasil mengecoh penjaga dengan bau busuk yang lain. Sekarang mereka bertiga langsung berlari menuju keluar gerbang.
Anton yang berlari di depan, melihat Tayan melompat dan menatapnya. Tapi setelah dilihat lagi, Anton sangat terkejut, hanya kepalanya Tayan yang melompat melewatinya. Anton langsung melihat kebelakang.
*Traang!* Alfian menangkis serangan dari orang misterius itu yang sudah menebas kepala Tayan. Pakaiannya seperti ninja.
Anton langsung menyerangnya saat dia beradu senjata dengan Alfian, tapi orang itu berhasil menghindar dan menjauh dari mereka. Tiba- tiba orang itu langsung tertusuk dadanya dari belakang oleh tubuh Tayan yang terpisah kepalanya.
"Jangan remehin mayat ya! Kaget anjir, tau-tau kok aku tambah tinggi" kepala Tayan berteriak kesal.
"Kirain tambah tinggi, tau-taunya buntung hehe" Alfian tertawa.
"Iya asu, 'lah itu tubuhku' kaget liatnya!"
"Tayan langsung jadi dullahan, haha" Anton ikut menambahkan.
Orang misterius itu merunduk kesakitan karena tusukan Tayan.
Darahnya mengalir keluar tapi secara cepat juga, darahnya sudah berhenti keluar pendarahan. Dan dia berdiri lagi.
Mereka bertiga terkejut melihatnya. Semua langsung mengerti itu skill regenerasi. Berarti sekarang mereka sedang melawan orang yang sulit mati atau Adit, yaitu bos di klan dan kota ini.
"Bentar, bentar! Kirain tadi Budi!" Orang itu langsung melepas topengnya.
Betapa terkejutnya mereka melihat wajah yang sering mereka lihat di sosial media karena keonarannya.
"Bintang!" Anton berteriak kaget.
Pertemuan ini tidak dipikirkan sebelumnya. Mereka tidak menduga ada orang lain selain mereka berenam di dunia ini. Begitu pula dengan Bintang. Dia pikir teman di dunia ini hanya hanya ada 2.
Disaat semua diam, Bintang melihat keadaan 3 temannya itu. Dia bersimpulan kalau Anton adalah pemenang di tragedi dan setelah menang barulah dia menghidupkan Tayan dan Alfian.
Banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakan oleh kedua belah pihak, tapi tidak ada yang tau harus memulainya darimana.
~