Chereads / Calon Menantu Kesayangan / Chapter 25 - Dia Mengatakan Pulang Bersama

Chapter 25 - Dia Mengatakan Pulang Bersama

Seharian ini Li Beichen tak ada minat bekerja. Pikirannya dipenuhi oleh hal sepele yang mengganggu ini. 

Gigi Ye Qingge yang jenaka, kecerobohannya, pesona dan kenakalannya, semua yang ada pada gadis itu ….

Oleh karena itulah, Li Beichen memutuskan untuk membawa Ye Qingge, paling baik dua puluh empat jam.

"Kau anggap aku apa? Aku butuh uang, tapi aku tak menjual diri."

Kedua bahu Ye Qingge gemetar tak terkendali. Ia memikirkan maksud kata-kata Li Beichen.

Lagipula, di matanya, Ye Qingge melihat keinginan yang tak terselubung.

"Terserah kau saja jika kau tidak menjualnya."

Li Beichen tahu bahwa Ye Qingge telah salah paham terhadap perkataannya. Dia membawanya ke sisinya untuk menjadi asistennya.

Li Beichen membawa mantel yang di gantungnya, lalu menarik Ye Qingge pergi.

"Direktur Li, lepaskan aku .… "

Mengapa bisa ada pria sombong seperti itu? Namun, tak peduli seberapa keras dia berjuang, Ye Qingge tak bisa melepaskan diri.

Sepanjang perjalanan, Li Beichen selalu berbicara di telepon. Sedangkan Ye Qingge duduk dengan tenang.

Satu keluarga ini begitu mendominasi dan berkuasa, entah generasi tua atau anak-anaknya. Mereka semua benar-benar …. 

Mereka tiba di rumah keluarga Li, Li Beichen dan Ye Qingge pulang bersama.

Mata Li Ximing berkilat-kilat. Selama bertahun-tahun dia sudah punya banyak pengalaman, sehingga dia tak mungkin salah.

Orang-orang di dunia luar mengatakan bahwa putra bungsunya tidak dekat dengan wanita.

Li Ximing benar-benar khawatir jika Li Beichen menjadi seorang homoseksual, terutama setelah insiden itu.

Namun, dengan membiarkan Ye Qingge duduk di mobilnya dan pulang bersama, itu sudah cukup membuktikan sesuatu.

Hanya saja, dia masih perlu berusaha lagi.

Li Nancheng sedang berbaring di sofa sambil menonton televisi. Dia menyaksikan Ye Qingge kembali bersama pamannya.

Mau tak mau, matanya menatap mereka berdua lebar-lebar dan seketika itu juga dia merasa dalam bahaya.

"Ye Qingge, kenapa kau kembali bersama pamanku?"

Nada bicaranya seperti seorang suami yang menginterogasi istrinya.

"Li Lao."

Ye Qingge tidak menanggapi Li Nancheng, melainkan menyapa Li Ximing.

"Jangan panggil dengan nama panggilan aneh begitu, panggil saja kakek!"

Li Ximing memerintahkan dengan wajah tegas.

"Halo, Kakek!"

Pria seusia Li Ximing memang harus dipanggil Kakek.

Li Beichen melirik ayahnya dan membalikkan tubuhnya, lalu naik ke atas.

"Apa kau bisa memasak?"

Li Ximing memandang punggung putranya dan tersenyum tipis.

"Bisa, Kakek."

Keterampilan memasak Ye Qingge sangat bagus. Keahlian ini diturunkan dari ibunya.

"Kalau begitu, buatlah makan malam. Semua pelayan keluarga kami mengambil cuti!"

Ada sekitar dua puluhan pelayan di keluarga Li dan semuanya mengambil cuti bersamaan?

Li Nancheng menatap kakeknya dengan pandangan kosong. Wajah kakeknya sama sekali tak merona saat berbohong.

Apakah benar kalau Kakek yang memberi mereka cuti?

"Baik, Kakek."

Ye Qingge tersenyum tipis. Dia tidak peduli dengan kebohongan Li Ximing yang jelas-jelas dilihatnya.

Sebenarnya, memasak dianggap sebagai biaya akomodasi.

Ye Qingge sekarang benar-benar tak punya uang dan mengontrak rumah.

Dan dia harus mengurus Li Nancheng, serta melakukan hal-hal yang dia janjikan.

Meskipun Dong Wenqing adalah orang yang kurang baik karakternya, tapi Ye Qingge setuju dengan hal-hal mengenai keluarga Li.

Kalau begitu, jangan katakan apa-apa lagi. Ye Qingge selalu melakukan banyak hal dari awal hingga akhir.

"Aku suka iga asam manis. Aku juga suka makan .… "

Li Nancheng mengatakan begitu banyak makanan yang paling disukainya.

"Jangan masak masakan pedas! Pamanmu tidak suka makan pedas!"

Li Ximing memberikan nasihat untuk Ye Qingge.

"Baik."

Ye Qingge langsung meletakkan barang-barangnya dan berjalan menuju ke dapur.

"Ye Qingge, apa kau menganggapku transparan?"

Li Nancheng merasa selalu diabaikan gadis itu dan meneriaki punggung Ye Qingge.

"Berisik!"

Li Ximing mengangkat kruknya dan memukul kaki Li Nancheng yang masih dibalut perban.

"Aku sedang bicara dengan istriku! Berisik apanya?"