Tanggal 25 Desember, hari ini benar benar dingin, terutama bagi Haru yang baru pertama kali menghadapi musim dingin dalam hidupnya. Yang bisa ia lakukan hanyalah duduk di bawah kotatsu yang hangat. Berbeda dengan Akiyama yang malah mengasihani Haru, dia malah melakukan pekerjaan rumahan yang seharusnya itu adalah tugas asistennya. Namun karena Akiyama adalah seorang pria yang memiliki rasa simpati pada seseorang yang telah bersamanya selama 3 bulan ini, Akhirnya ia memutuskan untuk menggantikan Haru dalam tugas Hariannya.
"Mungkin sup deh, kasian juga liat Haru beku gitu." Dia melirik singkat Haru sebelum akhirnya ia kembali pada pekerjaannya. "Master.." Panggil Haru dengan nada lirih. Orang yang merasa terpanggil pun kini berbalik dan menyahutinya. "Mster.. apakah natal itu menyenangkan..?" Ia mencoba berjalan mendekati tuannya yang sedang memotong sayuran untuk sarapan mereka hari ini. Akiyama menjelaskan kalau Hari natal benar benar menyenangkan, akan ada orang ang memberi mereka hadiah. Mendengar kata hadiah, sontak wajah Haru berubah menjadi senang dan tak sabar menunggu malam hari ini datang.
Sepertinya rasa dingin yang menghantuinya kini sudah sirna, entah bagaimana. Mungkin karena Haru terlalu senang, rasa senangnya itu membuat dirinya merasa hangat. Dengan begini, Akiyama tak perlu takut lagi Haru akan kedinginan, namun meski begitu, Akiyama tau, kalau sebenarnya Haru hanya berpura pura, ia berpura pura tidak merasa dingin karena ia tak mau merepotkan tuannya itu. Akiyama bisa tau kalau Haru masih kedinginan karena ia melihat tubuh kecil gadisnya yang sedikit menggigil dan bibirnya yang agak pucat menandakan kalau ia kedinginan. "Jika kamu masih merasa dingin, kembalilah kedalam Kotatsu dan hangatkan dirimu, kalau saja kamu rusak karena kedinginan, itu sama sekali tidak lucu." Ujar Akiyama sambil kembali melanjutkan acara memotong sayurannya yang sempat tertunda karena Haru yang malah bertanya padanya.
Haru berjalan mendekati Kotatsu yang belum lama ini menjadi tempatnya bersembunyi dari udara dingin yang menusuk tulang. Dalam hati buatannya ia berkata, 'Entah mengapa.. rasanya master seperti sedang kesal, apakah Haru membuat kesalahan..?'. Ia berkata demikian karena ketika ia mendekati Akiyama dan menatap matanya, Tatapan Akiyama sedikit beda dari biasanya. Biasanya Akiyama akan menunjukan tatapan lembutnya, namun kali ini, Rasanya tatapan Akiyama sedikit tajam padanya.
Namun, ketika ia memikirkan tentang tatapan Akiyama itu, tiba tiba sebuah tangan menyentuh pucuk kepalanya dengan tangan kanan itu menyimpan secangkir cokelat panas di atas kotatsu itu. "Hehe, minum ini dulu biar gak dingin, oke?" tatapan lembut yang ingin Haru lihat akhirnya kembali terlihat. Dengan senang karena bisa melihat tatapannya yang lembut itu, Haru tersenyum sambil mengambil cangkir berisi Cokelat panas tadi. "Supnya sebentar lagi matang, tunggu sebentar, oke?"
***
Di lain tempat, tepatnya di Jakarta pusat, Indonesia. Seorang perempuan muda berdiri diatas gedung sambil tersenyum, namun senyuman itu tak bisa diartikan, senyumannya lembut, namun mengerikan. "Seorang Aira seperti diriku takkan bisa melakukan hal seperti itu." Ujarnya dalam senyuman yang tak bisa diartikan itu. Terlarut dalam pikirannya yang benar benar kacau itu, namun tak lama kemudian seorang pria menghampirinya dan memanggil namanya yang membuat gadis bernama Aira itu menoleh. "Nona Aira, saatnya pertemuan." Ujarnya. Seketika itu Aira menghapus senyumannya seraya berkata, "Membosankan sekali, pertemuan, pertemuan, pertemuan dan pertemuan, aku ingin menghancurkannya!" Udara dingin tiba tiba keluar dari tubuhnya. Benar sekali, Aira adalah manusia buatan yang mampu mengendalikan es atau hawa dingin yang memiliki julukan 'Glacies' atau dalam terjemahan 'Es.'
Namun mau bagaimana pun, ia tak bisa berbuat seenaknya sehingga mau tak mau dia harus mengikuti pertemuan atau rapat yang benar benar membosankan itu. "Aku bisa berjalan sendiri." Aira mendorong pria yang menjadi pengawalnya itu. Tentu saja maksudnya bukanlah untuk membunuhnya, namun ia selalu merasa kesal jika ada pria yang tak disukai olehnya mendekat dan mencoba menggodanya, meski sebenarnya pengawalnya tadi tak memiliki niat untuk menggodanya sedikitpun.
Tempat pertemuan.
Di sebuah gedung menjulang tinggi dimana tempat itu adalah sebuah lab yang disalah gunakan sehingga pemerintah negara tersebut pun tak mengetahui kejahatan yang diperbuat para pekerja yang bekerja di sana. Mereka mengaku kalau tempat ini adalah lab penelitian yang legal dan sudah diakui oleh pemerintah, namun diam diam mereka membuat eksperiment manusia yang mana gen manusia tersebut dimodifikasi sehingga mereka akan terlahir dengan kekuatan alam yang diluar nalar. Mereka adalah A.A Organization. Mengatasnamakan keadilan dan keamanan. Namun sebenarnya yang mereka inginkan bukanlah kehancuran para AI, namun mereka bersembunyi dibalik alasan itu dan bertujuan untuk menghancurkan peradaban manusia. Setelah peradaban manusia benar benar mencapai 0%, mereka yakin kalau manusia baru akan terlahir sehingga bisa disimpulkan kalau keinginan asli mereka adalah Kiamat.
Semua anggota A.A Organization yang berada di negara itu telah berkumpul di ruangan yang sama. Ketika semuanya sedang berbicara mengenai hal pribadi mereka, tiba tiba seorang pria dengan tampang menyeramkan berdiri dan menyuruh semuanya untuk menyimpan pembicaraan mereka dengan nada keras. Pria itu adalah Arya, dia adalah pria yang memimpin organisasi ini dan mengatur semuanya. "Baik, langsung ke intinya saja, Kali ini kita akan bergerak menuju jepang, tepatnya di Distrik Shibuya. Disana terdapat seorang AI yang bisa belajar dari pengalaman, meski tampangnya terlihat seperti gadis biasa, namun jangan lengah, dia adalah AI yang berbahaya, kita harus memastikannya mati secepatnya, Untuk misi kali ini, aku akan menunjuk Aira, kau yang akan membunuh AI itu dengan kekuatanmu, hancurkan dan buktikan kalau manusia tak membutuhkan AI!" Tegasnya.
"Hehe, Ini yang kuinginkan, akan kupastikan dia mati dalam derita, derita yang akan diberikan oleh Es itu sangat menyakitkan loh.." Dia menciptakan sebuah bunga dari Es dan melemparkannya asal sehingga mengenai seorang pria yang mana dia adalah pengawal dari Aira. Tak main, tangkai bunga mawar yang terbuat dari Es itu menancap di kepala pria tadi sampai membuat kepalanya membeku dan menyebar ke tubuhnya sehingga dia mati menjadi patung es. "ups, HAHAHA!!" Ketika Aira tertawa keras, semuanya hanya mendengus kesal melihat sikap gadis berusia 16 tahun itu benar benar gila. "Kau akan berangkat besok, usahakan jangan melukai orang lain selain orang yang bersangkutan dengan AI itu, mengerti?"
"T-E-N-T-U!! HAHA!!" Entah apa yang membuatnya sangat senang, namun semuanya tau kalau umurnya takkan lama lagi, pasukan yang akan dihadapinya bukanlah pasukan biasa, melainkan pengguna senjata legendaris seperti Katana Petir yang digunakan oleh salah satu anggota Pelindung AI. "Baik, rapatnya sampai disini dulu, bubar."
BERSAMBUNG