Zhang Hao berjalan ke kereta, dia membuka tirai dan melihat seorang Ger cantik dengan membawa anak yang tertidur dipelukannya. Zhang Hao mengambil putranya yang tertidur. Putranya berusia kurang dari setahun.
Ketika tukang Zhang dan Ger Wen melihat kearah putranya. Dia sudah menikah. Mereka sedikit terkejut dan juga gembira. Mereka tidak berpikir bahwa putranya menikahi Ger cantik ini. Ger itu tersenyum sopan.
"Ayah mertua, Daddy mertua, aku adalah Istri A-Hao, Xin Rou."
Daddy Zhang segera tersenyun. "Oh, menantu perempuanku. Aku tidak berharap memiliki menantu perempuan sekarang." Lalu dia melihat kearah putra dipelukan Zhang Hao. "Ini cucuku, sangat besar."
Tukang Zhang segera memegang bahu istrinya. "Istri, biarkan mereka masuk ke dalam. Mereka pasti lelah dalam perjalanan."
Daddy Zhang segera tersadar. "Kamu benar Suami, A-Hao, A-Rou, ayo masuk, ayo masuk. Kalian harus beristirahat, aku akan memasak untuk kalian."
Tukang Zhang segera bersemangat. "Biarkan aku pergi ke rumah Lao Heng, dia mengatakan akan memotong babi hari ini. Aku ingin membeli daging."
Dia bersemangat, putra dan menantunya datang. Tentu saja dia harus membeli daging. Zhang Hao segera bertanya. "Ayah, apakah kamu punya uang? Aku memiliki uang disini."
Tukang Zhang segera melambaikan tangannya. "Jangan khawatir. Ayahmu memiliki uang dikantongnya. Kalian masuk dan beristirahat."
Zhang Hao menatap kearah Ayahnya yang pergi dengan semangat. Dia hanya bisa menghela napasnya dengan lembut. Dia tersenyum. Ayahnya sangat senang karena dia bisa datang ke rumah.
Ger Wen segera membawa mereka ke kamarnya. "Ayo, A-Hao, istrimu pasti lelah. Jangan biarkan dia berdiri disana."
Xin Rou tidak berpikir bahwa Daddy mertuanya sangat mudah menerimanya. Dia merasa sangat cemas disepanjang jalan. Semakin dekat dengan rumah suaminya, semakin dia cemas. Namun Daddy mertuanya menyambutnya dengan baik. Dia merasa sangat senang.
"Kalian berdua beristirahatlah, aku akan memasak untuk kalian."
Xin Rou segera berdiri. "Daddy mertua, biarkan aku membantumu."
Ger Wen menggelengkan kepalanya. "Apa yang kamu bicarakan? Kamu baru saja datang. Lebih baik beristirahat, kamu pasti lelah."
Xin Rou tersenyum. "Tidak lelah sama sekali Daddy mertua. Aku berada di kereta sepanjang jalan. Biarkan aku membantumu."
Ger Wen tidak punya pilihan, akhirnya dia menganggukkan kepalanya. Kedua Ger itu masuk ke dapur. Ger Wen mengambil beberapa sayuran di samping rumahnya. Xin Rou membantu membersihkan beras dan memasaknya.
Tukang Zhang melewati beberapa orang, mereka semua menyapanya. "Tukang Zhang, aku melihat putramu sudah kembali."
"Ya, putraku kembali membawa menantu perempuan dan putranya." Tukang Zhang tertawa. Beberapa orang segera tersenyun. "Tukang Zhang benar-benar beruntung, tidak hanya putranya kembali. Dia bahkan mendapatkan menantu perempuannya dan cucu kecil."
Segera tukang Zhang tertawa. "Lao Heng, aku ingin membeli daging."
Lao Heng menatap kearah tukang Zhang, dia tersenyum. "Tukang Zhang, berapa banyak yang kamu inginkan?"
"2 kati daging berlemak dan dua kati daging tanpa lemak. Tolong iganya satu kati." Lao Heng tersenyum. "Kamu sangat bersemangat. Selamat untukmu."
Tukang Zhang segera tertawa. Dia membayar daging dan kembali ke rumahnya. Dia pergi ke dapur dan menyerahkan daging kepada istrinya. Ketika dia melihat Istri dan menantunya tertawa bersama.
Mendapatkan daging dari suaminya, Ger Wen segera membersihkannya dan memotongnya. Xin Rou tersenyum. "Daddy mertua, kamu ingin memasak apa?"
Ger Wen tersenyum, "Jangan panggil Daddy mertua, panggil saja Daddy."
Xin Rou tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Daddy, biarkan aku saja yang memasaknya."
______
Keluarga Yan Mao makan siang. Song Tianchen duduk disamping Yan Mao. Disebelahnya ada dua anak-anaknya yang makan dan sambil memandang Ayah mereka. "Ayah, Ayah, aku ingin lauk."
Song Tianchen tersenyum. Dia mengambil daging babi manis dan memasukkan ke mangkuk Dabao. Erbao yang melihat Ayahnya mengambilkan daging untuk saudaranya. Dia juga ingin. "Ayah aku juga mau."
Song Tianchen mengambilkan daging dan membiarkan mereka memakannya. Keduanya melihat Ayah yang akan memanjakan mereka. Kedua menjadi lebih bahagia. Yan Mao menatap kearah putranya dengan iri.
Dia juga mau, tapi dia tidak berani mengatakan apapun. Song Tianchen melihat bahwa istrinya juga ingin. Dia akhirnya mengambilkan daging untuknya. Yan Mao tidak berharap suaminya juga melakukan itu padanya.
"Terima kasih."
Song Tianchen tersenyum. "Istri, kamu semakin kurus. Makanlah yang banyak."
Yan Mao menganggukkan kepalanya. Tentu saja tubuh ini kurus. Dia bahkan hampir tidak bisa makan daging. Namun Yan Mao tidak mengatakan apapun. Mereka berlima makan dengan puas.
Setelah makan Song Tianchen mengatakan bahwa dia ingin membangun kembali rumah, Daddy Yan dan Ayah Yan ingin pergi, namun Song Tianchen mengatakan bahwa lebih baik mereka tinggal bersama.
_____
Di gubuk seseorang, di dekat pergunungan.
Seorang pria dengan langkah tegak berjalan menuju gubuk tua itu. Dia tersenyum menatapnya. Mereka sudah berjanji sebelumnya, dan ketika dia bertanya kepada Ayah dan Daddynya. Kekasihnya masih belum menikah.
Suara pintu di ketuk. Seseorang segera merasa aneh, siapa yang datang pada saat jam seperti ini. "Siapa?"
Suara itu jelas hati-hati, apel adam seseorang bergetar, dia berbicara. "Xiao Mi, ini aku. Xiang Wu."
Terdengar suara membuka pintu dengan buru-buru. Ger kurus dan putih keluar dari dalam gubuk kecil. "A-Wu?"
Ger kurus itu segera berlari goyang dan memeluknya. "A-Wu, kamu kembali.... kamu kembali."
Xiang Wu tersenyum dan matanya memerah. "Ya, aku kembali."
Dia memeluk Ger kurus lebih erat. Sebelum dia pergi ke medan perang, dia berjanji untuk melamar Jing Mi sebagai istrinya. Pada saat itu, Jing Mi juga berjanji menunggunya. Ketika beritanya di rilis.
Jing Mi tidak percaya, dia masih menunggu kedatangan Xiang Wu. Kali ini kekasih kecilnya sudah kembali. Bagaimana dia tidak bahagia. Wajahnya memerah dan matanya basah. Xiang Wu merasa bahunya basah.
"Xiao Mi, bagaimana kabarmu selama ini?" Xiang Wu melepaskan pelukannya, dia melihat wajah Jing Mi yang basah. Dia mengusap wajahnya dan mencium dahinya. "Jangan menangis, aku sudah kembali. Kita akan menikah secepatnya."
Usia Jing Mi sudah 16 tahun, tentu saja ini dianggap sangat tua di desa. Tapi Xiang Wu tidak peduli, selama ini adalah kekasihnya, bahkan jika dia menikahi pada usia 20 tahun, dia tidak akan memikirkan usianya.
Xiang Wu membawa Jing Mi ke tempat duduk bambu, Jing Mi bersandar pada pelukannya. "A-Wu, bagaimana kabarmu selama ini?"
Xiang Wu tersenyum. "Itu bisa buruk dan baik. Tahun pertama memang terasa menyakitkan perang berkepanjangan, kami akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari pengepungan kerajaan lain. Setelah beristirahat sebentar, kami kembali dan memenangkan pertarungan. Sungguh itu benar-benar bukan tempat yang baik."
Jing Mi menatapnya dengan marah. "Jika perang selesai, mengapa kalian semua tidak kembali?"
Xiang Wu menggelengkan kepalanya. "Kami ingin. Tapi Kaisar memberikan surat kepada siapapun yang bertahan selama 3 tahun di medan perang, mereka akan mendapatkan pembebasan pajak dan perang, tidak hanya itu. Selama di medan perang, kami juga mendapatkan gaji masing-masing. Meskipun tidak banyak setidaknya bisa untuk menghidupi keluarga kita."
Jing Mi tersenyum, "Kamu menjadi pembicara yang manis..."
Xiang Wu mengangkat bahunya. "Siapa yang tidak bisa menahan diri, ketika dia tidak bertemu dengan kekasihnya selama 3 tahun. A-Mi, aku akan membangun sebuah rumah sebelum kita menikah. Membeli beberapa tanah untuk menghasilkan uang. Aku akan menghidupimu."
Jing Mi tersenyum dan bersandar di bahu Xiang Wu. "Ya, aku percaya kamu."
Keduanya saling memandang kearah hutan. Karena tempat tinggal Jing Mi adalah kaki gunung, dia jarang keluar rumah, kadang-kadang orang tidak pernah berpikir bahwa dia ada.