Song Tianchen awalnya ingin membantu istrinya lebih dulu. Namun Yan Mao mengatakan bahwa dia tidak perlu dibantu. Karena berburu lebih sulit, dia membiarkan anak-anaknya mengikuti Ayahnya.
Yan Mao memetik semua buah paprika yang merah. Keranjangnya sudah penuh. Dia bersemangat. Bos Besar Song mengatakan bahwa tidak peduli seberapa banyak Yan Mao membawakannya pasta paprika atau selai mulberry. Dia akan membeli semuanya.
Yan Mao beristirahat sebentar, pinggangnya sakit karena memetik semua paprika. Dia berbaring sebentar dan melirik ke samping. Matanya melebar. "Ah, lada sichuan."
Yan Mao yang baru saja berbaring, dia kembali berdiri dan berjalan menuju pohon Sichuan. Setelah sampai, dia memetik banyak lada dan memasukkannya ke daun pohon besar. Dia mengambil tanaman menjalar dan mengikatnya.
Dia mengambil banyak lada Sichuan dan memasukkannya ke keranjang bambu.
______
Song Tianchen membawa anak-anaknya pergi berburu. Mereka diam dibalik semak-semak. Kemudian muncul seekor kelinci putih gemuk. Segera Song Tianchen mengarahkan tombak runcing yang dia buat pribadi.
Dia melemparkan tombak runcing dan segera mengenai leher kelinci putih. Kekuatan Song Tianchen sangat besar, kelinci hanya bergerak sebentar dan mati. Dabao dan Erbao langsung bertepuk tangan.
"Ayah, Ayah sangat hebat."
"Ayah luar biasa."
Keduanya penuh semangat, Song Tianchen yang di puji kedua putranya, tidak tahu entah kenapa. Dia merasa ada kebanggaan tersendiri. Song Tianchen selama berada di kemiliteran, dia bahkan banyak menerima pujian, namun tidak ada yang membuatnya senang atau bangga.
Hanya pujian kedua putranya yang membuatnya senang. Song Tianchen tersenyum. "Sama sekali bukan kesulitan."
Dabao menatap dengan mata bersinar. "Ayah, maukah kamu mengajari kami?"
"Berburu?"
"Ya. Ayah melompat juga sangat baik. Ayah ajari kami." Erbao menjawab. Song Tianchen tersenyum. "Besok kalian harus bangun pagi dan ikut Ayah berlari."
Kedua anak itu bersemangat dan menganggukkan kepalanya. Erbao menarik tangan Ayahnya. "Ayah, Ayah, lihat ada burung pegar."
Song Tianchen melihat kearah telunjuk putranya. Dia segera melompat dan mengambil tombak. Dia melompat ke atas pohon. Ketika kedua anak itu memperhatikan Ayahnya. Mereka semakin mengagumi Song Tianchen.
Song Tianchen mengarahkan tombak dan segera dia melempar tombak dan mengenai burung pegar itu. Pada saat kebetulan Shen Yun baru saja lewat. Begitu dia merasakan angin melewati ujung hidungnya.
Dia terkejut. Song Tianchen tidak tahu bahwa ada seseorang yang akan keluar dari batang pohon. Dabao dan Erbao mendengar suara teriakan. Mereka segera berlari. "Ayah, Ayah."
Song Tianchen turun didekat anak-anaknya. Lalu dia melihat kearah Shen Yun. Dia belum pernah melihat orang ini. Dabao segera datang. "Ayah, siapa yang berteriak?"
Song Tianchen menggelengkan kepalanya, "Ayah tidak tahu." Dia mendekat kearah Shen Yun dan bertanya. "Apakah kamu baik-baik saja?"
Suara Ger kecil terdengar manis. "Daddy, kamu baik-baik saja?"
Shen Yun mengusap kepala anaknya. Dia tersenyum, "Daddy tidak apa-apa."
Ketika Shen Yun menatap kearah Song Tianchen. Dia menyadari bahwa orang ini tampak familiar. Lalu kedua anak itu muncul. "Paman Ger Yun..."
Shen Yun mendengarkan seseorang memanggilnya, dia menatap kearah anak-anak. "Anak Ger Mao?"
Song Tianchen tidak mengenal orang ini. "Dabao, kamu mengenal Paman Ger ini?"
Dabao menganggukkan kepalanya. "Ayah, ini adalah Istri Paman Yuan. Paman Ger Yun, ini anaknya Song Xi."
Song Tianchen menatap kearah Shen Yun. Dia menganggukkan kepalanya. "Aku tidak berpikir bertemu dengan adik ipar di sini. Apa yang kalian lakukan di gunung berdua?"
Shen Yun mendekatkan Song Xi ke pelukannya. "Mencari sesuatu untuk di makan, Saudara ipar."
Song Tianchen mengerutkan alisnya. "Gunung sangat bahaya. Bagaimana kalian bisa pergi ke gunung? Dimana Song Yuan? Bagaimana dia bisa membiarkan istrinya pergi ke gunung bersama putranya?"
Shen Yun tidak berbicara, dia hanya menundukkan kepalanya. Song Tianchen melihat ayam pegar. Dia mengambil tombak kayu dan membawa ayam pegar itu ke Shen Yun. "Ini ambillah. Sangat bahaya jika kalian masuk terlalu dalam ke gunung."
Shen Yun terkejut bahwa Saudara iparnya akan memberikan buruannya. "Saudara ipar, aku tidak bisa mengambilnya."
Song Tianchen mengerutkan alisnya. "Akan bahaya bagi kalian. Pergilah dan bawa ayam ini. Kami memiliki makanan di rumah."
Shen Yun dengan tulus berterima kasih. "Terima kasih Saudara ipar."
Song Tianchen melambaikan tangannya. Dia melihat Dabao dan Erbao yang menatapnya. Dan dia tersenyum. "Ada apa? Kalian mengenal Paman Ger Yun?"
"Ya, Ayah. Sebenarnya Paman Yuan menikah sesudah Ayah pergi ke medan perang." Song Tianchen menganggukkan kepalanya. "Tidak heran jika Ayah tidak mengenalnya." Sepertinya dia tidak terlalu baik. Lihat beberapa luka di leher dan pergelangan tangannya. Jelas bahwa dia memiliki beberapa perlakuan buruk.
"Ayah, ayo kembali. Daddy pasti menunggu kita." Erbao menyentuh baju Ayahnya. Song Tianchen tersenyum. "Ayo kembali."
Song Tianchen pergi mengambil kelinci yang dia tangkap. Dia turun dan menemukan bahwa Yan Mao sedang duduk di bawah pohon. Yan Mao melihat kearah mereka. Dia tersenyum. "Apa yang kalian dapatkan?"
Dabao meloncat dan memperlihatkan kelinci putih yang gemuk. Yan Mao kagum. "Kelinci yang sangat gemuk. Daddy akan memasaknya nanti."
Erbao tertawa. "Daddy, aku ingin daging kelinci goreng."
Song Tianchen menyentuh kepala Erbao, "Daging kelinci ini sangat enak jika di goreng." Yan Mao tersenyum. "Baiklah, aku akan menggorengnya nanti."
Dabao tertawa. "Daddy, Ayah sangat hebat. Dia bahkan bisa mendapatkan burung pegar. Burung pegar itu sangat liar dan tidak mudah didapat. Tapi Ayah bisa mendapatkannya."
Yan Mao mengerutkan alisnya. "Lalu dimana burung pegarnya?"
Erbao menjawab. "Tadi kami bertemu dengan Paman Ger Yun. Dia pergi bersama dengan Xiao Xi. Dia bilang mencari makanan di gunung."
Yan Mao mengerutkan bibirnya. "Ger Yun bahkan tidak bisa berburu. Apa yang dia lakukan di gunung. Bahkan jika dia ingin mencari sayuran liar, seharusnya di kaki gunung dia bisa mendapatkannya."
Song Tianchen menatapnya. "Sepertinya dia memiliki beberapa luka di tubuhnya."
Yan Mao menatap kearah suaminya. "Kamu menemukannya?"
Pria itu menatap istrinya dan menganggukkan kepalanya. "Sepertinya itu masih baru."
Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Ger Yun benar-benar tidak beruntung. Setelah banyak pelamar dia akhirnya terpaksa menikah dengan adik tirimu."
Song Tianchen mengerutkan alisnya. "Aku tidak tahu bahwa dia adalah adik iparku. Kamu mengatakan bahwa dia terpaksa menikahi adikku?"
"Song Yuan memperkosanya, pilihan apa yang Ger Yun lakukan. Dia hanya bisa menikah dengan Song Yuan. Dia tahu bahwa Song Yuan adalah seorang bajingan. Namun dia sudah dirusak olehnya." Yan Mao mau tidak mau mengepalkan tangannya.
Song Tianchen menyipitkan matanya. "Bajingan itu mengikuti sifat ibunya."
Yan Mao menganggukkan kepalanya tanpa sadar. "Baiklah, bantu aku memetik buah ini."
Song Tianchen melihat itu, dia mengerutkam alisnya. "Mengapa kamu ingin mengambil buah ini?"
Ger itu tertawa. "Tentu saja menghasilkan uang dan menjadi kaya."
Dabao tertawa. "Ya, Ayah, Daddy bisa menghasilkan banyak uang dan kita akan kaya."
Song Tianchen, "...."
Erbao juga bersemangat. "Daddy akan menghasilkan banyak uang. Kita akan menjadi kaya."
Song Tianchen, "...."
Yan Mao segera tertawa. "Ini baru putra-putraku." Kedua anak-anak itu segera tertawa.
Song Tianchen, "..." Tiba-tiba aku menemukan Istri dan anak-anakku menjadi pecinta uang.