Mereka berempat selesai memanen buah mulberry. Keempat orang itu segera turun dari gunung. Yan Mao membawa buah paprika, sedangkan Song Tianchen membawa mulberry. Mereka berempat turun dengan bercanda bersama.
Entah kenapa Song Tianchen berpikir bahwa istrinya kali ini lebih berani dari sebelumnya. Mereka dulu bahkan tidak berani berpegangan tangan di jalan raya. Sekarang Yan Mao memegang tangannya dan ketika seseorang menegurnya. Dia hanya tersenyum dan tidak mengatakan apapun.
Namun dia sangat menyukai sifat yang pemberani ini. Semakin dia melihat Yan Mao sekarang, semakin Song Tianchen merasa bahwa dia semakin lucu.
Ketika mereka berada di depan pintu rumah. Daddy Yan dan Ayah Yan sedang menanggalkan bulir jagung kering. Mereka berdua bercanda bersama. Terlihat bahwa keduanya adalah orang yang penuh kasih.
Daddy Yan yang melihat keempat orang yang datang. Dia tersenyum. "Kalian kembali. Ini belum tengah hari."
Yan Mao meletakan paprikanya di depan rumah. Karena kedua orang Tua Yan melihat bahwa putranya menghasilkan uang dari buah Paprika. Mereka tidak lagi bertanya.
Yan Mao membawa kelinci putih ke dalam rumah. Dia pergi ke dapur, Song Tianchen mengikuti istrinya pergi ke dapur. "Istri, biarkan aku membantumu memasak."
Yan Mao mengerutkan alisnya. "Kamu bisa memasak?"
Song Tianchen tertawa bodoh. "Aku tidak bisa memasak."
"Lalu bagaimana kamu membantuku?"
Song Tianchen tersenyun, "Aku akan membantumu membersihkan daging dan mencincang sesuatu."
Yan Mao melihat wajah tampannya, ujung bibirnya tertarik ke atas. Dia belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Namun melihat bagaimana Song Tianchen perhatian padanya. Dia tidak bisa menahan diri untuk tersenyum senang.
"Baiklah. Bantu aku membersihkan kelinci ini."
Song Tianchen melihat istrinya tersenyum. Dia juga tanpa sadar tersenyum dan mengusap wajah Yan Mao. Ketika dia merasa tidak ada siapapun. Dia mencium dahi Yan Mao.
Wajah Yan Mao memerah, dia segera berbalik dan mencari-cari sesuatu. Song Tianchen terkekeh kecil. Dia mengambil pisau dan mulai menguliti kulit kelinci.
Yan Mao menenangkan perasaannya, dia mengutuk pria didepannya. Bagaimana dia begitu menggodanya. Sungguh.
Sebenarnya Song Tianchen ingin sekali melakukan hubungan intim dengan istrinya, namun dia berpikir itu tidak mungkin. Anak-anaknya tidur bersama mereka. Bagaimana mereka akan melakukan hal seperti itu.
Song Tianchen hanya bisa menahan diri sampai rumah baru dibangun. Yan Mao sibuk dengan pekerjaannya. Dia memasak daging babi yang dia beli di pasar. Dia melihat ada rebung yang tersisa. Dia mencincang perut babi dan memasaknya dengan rebung.
____
Setelah tanah di olah, Song Tianchen membawa surat pembebasan pajak. Ketika pengurus Yamen melihat bahwa Song Tianchen berasal dari tentara. Dia menganggukkan kepalanya dan memberikan rasa hormatnya.
Setelah mengurus semuanya, Song Tianchen akhirnya kembali ke rumahnya. Keesokan harinya, para pekerja berkumpul. Song Tianchen menjelaskan beberapa peraturan bahwa gaji mereka akan di bayar perhari setelah kerja.
Mereka juga mendapatkan sarapan dan makan siang gratis. para pekerja menjadi bersemangat. Yan Mao memberikan sarapan untuk mereka. Ini adalah bubur dengan irisan daging halus didalamnya.
Mereka makan dengan cepat dan mulai bekerja. Song Tianchen dan Yan Mao berada di dapur. Mereka berdua sibuk dengan mencincang paprika. Ayah Yan dan Daddy Yan juga membantu mereka.
Mereka harus mencincang sekeranjang paprika. Karena bantuan Song Tianchen, pekerjaan ini jauh lebih ringan. Setelah selesai mencincangnya. Yan Mao memasukkan minyak. Dia mencincang bawang merah dan bawang putih sampai halus.
Song Tianchen menatapnya, dia tidak tahu bahwa bawang putih bisa menambah rasa pada masakan. Ketika dia makan di rumah, dia sangat menyukainya karena masakan Yan Mao sangat enak.
"Istri, aku akan menjaga apinya."
Yan Mao menatapnya. "Apakah kamu akan baik-baik saja. Ini pedas dan kamu akan bersin."
Song Tianchen tersenyum. "Jangan khawatir. Aku tidak akan bersin."
Yan Mao, "..." Apakah kamu berpikir kamu adalah dewa?
Yan Mao merasakan minyak sudah panas di wajan. Dia memasukkan cincangan bawang merah dan bawang putih. Setelah semuanya matang, dia memasukkan seperempat cincangan paprika.
Paprika menyentuh minyak panas, suara mendesis terdengar dan juga aroma tajam mengelitik hidung tercium. Begitu Song Tianchen menciumnya, dia tidak bisa menahan diri untuk bersin.
Yan Mao yang mendengarkan suaranya bersin, dia tertawa mengejeknya. "Bagaimana? Masih mengatakan tidak akan bersin."
"Istri, jangan mengolok-olokku."
Yan Mao tertawa kecil. Dia mengaduk semua paprika sampai semuanya berubah menjadi lengket. Dia memasukkan lada Sichuan ke dalam kuali. Menambahkan garam dan juga beberapa bumbu lainnya.
Tidak lupa Yan Mao memasukkan air ajaib ke dalam pasta paprika. Tanpa sepengetahuan Song Tianchen, dia menuangkannya. Setelah melihat semuanya sudah matang. Yan mengambil baskom dan menempatkan semua pasta paprika ke dalam baskom.
Membersihkan panci dan mengulang hal yang sama sampai semua paprika dimasak. Mereka berdua berada di dapur selama lebih dari 2 jam. Setelah memasak semuanya. Yan Mao kembali memasak makanan untuk para pekerja.
Dia memasak daging dan sayuran liar. Daddy Yan dan Ayah Yan pergi ke sekitar gunung, mereka menemukan rebung dan juga sayuran liar. Yan Mao ingat bahwa rebung asamnya masih banyak tersisa.
Dia memasak daging yang dicincang dengan rebung asam. Dia menghabiskan satu botol besar rebung asam. Setelah itu dia membuat sup tulang rebung segar. Di tambah beberapa paprika segar. Tidak hanya itu, dia juga memasukkan jagung muda dan lobak.
Rasanya segar dan aroma tulang tercium sangat lezat. Song Tianchen dan Yan Mao menyelesaikan memasak. Meskipun Song Tianchen hanya memotong beberapa sayuran dan menjaga api.
Dia senang karena dia merasa bahwa Yan Mao lebih dekat padanya sekarang. Keduanya membawa makanan ke tempat para pekerja. Mereka semua dipanggil untuk makan bersama. Beberapa pekerja yang mencium aroma masakan.
Mereka datang mendekat dengan semangat. Song Tianchen membeli banyak mangkuk dan piring. Dia membagikan masing-masing ke pekerja. Setelah makan siang, Song Tianchen dan Yan Mao pergi ke tempat tukang Zhang.
Anak tukang Zhang adalah teman Song Tianchen ketika mereka di medan perang. Begitu Zhang Hao melihat Song Tianchen dan istrinya datang. Dia tersenyum. "Tianchen, apa yang membuatmu datang ke sini?"
"Istriku mengatakan bahwa dia memesan botol, aku ingin tahu apakah botol-botolnya sudah selesai?"
Tukang Zhang hanya butuh sehari untuk mengerjakan pesanan Yan Mao. Tentu saja dia sudah menyiapkan semuanya. Yan Mao meminta 100 botol untuk selai, dan 100 botol untuk pasta paprika.
"Semuanya ada disini." Tukang Zhang muncul dari Gudang dia bekerja. Yan Mao melihat tukang Zhang, dia tersenyum. "Aku tidak berpikir Paman Zhang melakukan pekerajaan yang cepat."
Tukang Zhang tersenyum. "Karena tidak ada pesanan dari orang lain. Aku mengutamakan pesananmu. Dan juga terima kasih untuk terakhir kali Ger Mao. Kamu sudah menyelamatkan istriku."
Yan Mao segera menggoyangkan tangannya. "Paman Zhang bercanda, aku sama sekali tidak melakukan apapun."
Zhang Hao tersenyum. "Ger Mao, terima kasih atas bantuannya."
Yan Mao tersenyum, dan menganggukkan kepalanya.