Zhang Hao menatap kearah Song Tianchen. "Apakah kamu membawa sesuatu untuk mengangkut barangnya?"
Song Tianchen menggelengkan kepalanya. "Sebenarnya istriku dan aku hanya datang untuk bertanya apakah barangnya sudah selesai. Istriku mungkin tidak tahu bahwa semuanya sudah selesai. Aku akan kembali dan meminta Paman Qian untuk membawa gerobak sapinya dan membantu kami membawa botol-botol ini."
Zhang Hao tertawa. "Apa yang kamu bicarakan? Aku punya kereta. Gunakan saja untuk membawa botol-botol itu ke rumahmu. Jika kamu membutuhkan kereta untuk pergi ke pasar. Gunakan saja milikku."
Song Tianchen tertawa. "Baiklah. Aku tidak akan malu-malu meminjam barangmu."
Zhang Hao tertawa. "Oke, katakan saja jika kamu ingin menggunakanya."
Yan Mao menyerahkan uang sebanyak 500 sen. Song Tianchen meminjam kereta Zhang Hao dan membawa botol-botol kembali ke rumahnya. Beberapa orang melihat kereta hitam lewat. Mereka mengerutkan alisnya.
"Bukankah ini kereta milik keluarga Zhang itu? Kenapa keluarga Song membawanya?"
Salah satu Paman Ger berbicara. "Memangnya apa masalahnya? Bukankah Song Tianchen dan Zhang Hao adalah teman ketika mereka berada dimedan perang. Jika keluarga Zhang meminjamkan dia kereta. Bukankah itu dianggap biasa saja."
Paman Ger menatap kearah kereta dengan tatapan sedikit iri. "Tidak hanya kembali dari perang, dia bahkan membangun rumah bata biru. Benar-benar beruntung, jika aku tahu, aku akan menikahkan Gerku padanya."
Paman Ger yang lain tertawa. "Apakah kamu ingat bagaimana Daddy tirinya mendorong istrinya ke sungai, apakah kamu ingin Germu juga di dorong ke sungai."
Paman Ger yang sebelumnya mencibir. "Istri Song pasti menyesali ini sampai ke ususnya. Sekarang Ger Mao menikmati berkah dimana suaminya kembali dan membuat rumah yang besar. Tidak hanya rumah. Dia bahkan membeli lahan kering sebanyak 10 mu, itu memakan uang 100 tael. Benar-benar uang."
Beberapa penduduk iri. "Tentu saja, dia bahkan mengeluarkan 20 tael perak tanpa berpikir. Istri tukang Xitong mengatakan bahwa gaji yang ditawarkan oleh Song Tianchen sangat besar. Bahkan lebih tinggi dari gaji suaminya bekerja."
"Benar-benar beruntung."
Yan Mao melihat bahwa semua orang bergosib tentang dia dan suaminya. Dia tidak peduli sama sekali. Song Tianchen mengendarai kereta dengan perlahan dan kembali ke rumahnya.
_____
Setelah membawa banyak botol ke rumah, dia membuka pagar dan memasukkan kereta sampai ke bagian dapur. Song Tianchen memasukkan satu persatu botol ke dapur. Beberapa pekerja yang melihat Song Tianchen sibuk.
Mereka datang mendekat dan bertanya. "Saudara Song, apakah kamu ingin kami membantu?"
Song Tianchen tersenyum. "Tidak perlu, aku akan melakukannya. Lagipula kalian harus bekerja. Ayo tidak perlu."
Mereka sangat senang karena Song Tianchen sangat ramah, terutama Yan Mao. Ayah dan Daddy Yan sangat mudah didekati. Jadi mereka sangat senang bekerja di sini. Yan Mao membantu Song Tianchen memasukkan botol satu persatu.
Song Tianchen mengangkut botol, Yan Mao pergi membersihkannya dengan air dan mengeringkannya. Keduanya bekerja sama dan akhirnya mereka menyelesaikan batchnya. Ketika Yan Mao melihat bahwa ada banyak yang tersisa.
Dia akan membawakan Ger Tong dan Ger Mi. sekalian dia melihat berapa lama dia akan menyelesaikan pakaiannya. Nanti malam dia akan membuat selai mulberry. Jadi dia sudah menyelesaikan pekerjaannya hari ini.
Song Tianchen tersenyum. "Apakah masih ada yang perlu di kerjakan?"
Yan Mao menggelengkam kepalanya. "Masih banyak yang tersisa di baskom. Aku akan mengantarkan ini pada Tong Ge'Er dan Ger Mi."
Song Tianchen menatapnya, dia bertanya. "Apakah kamu membutuhkan aku mengantarmu?"
Yan Mao menggelengkan kepalanya. "Aku akan pergi sendiri. Kamu mengawasi para pekerja saja."
Pria itu tertawa kecil. Dia memeluk Yan Mao dari belakang. "Bagaimana aku memperhatikan mereka. Kedua orang tua sudah melakukannya."
Wajah Yan Mao memerah, Song Tianchen bisa merasakan panas melalui kulitnya. Mata Song Tianchen menjadi gelap. "Istri.... aku...."
Bibir Song Tianchen akan bersentuhan dengan bibir Yan Mao. Namun sebuah teriakan muncul. "Song Tianchen, keluar kamu."
Yan Mao terkejut, wajah Song Tianchen gelap. Dia menatap kearah sumber teriakan. Ketika mereka berdua berpandangan, Yan Mao bertanya. "Siapa yang berteriak?"
Song Tianchen menggosok wajah Yan Mao. "Tidak tahu. Tapi orang ini membuatku kesal."
Yan Mao menatap wajah suaminya. Dia memerah, maksud pria ini adalah karena dia gagal berciuman. Yan Mao menatap Song Tianchen dan tersenyum. Dia meninggikkan tubuhnya dan akhirnya mencium Song Tianchen.
Ketika pria itu merasakan dirinya di cium. Dia memegang pipinya. Senyum muncul pada wajahnya yang tampan. Karena pihak lain tidak melihat Song Tianchen keluar. Dia sekali lagi berteriak.
"Song Tianchen keluar kamu. Beraninya kamu menyentuh Istri orang lain."
Song Tianchen, "...." Istri orang lain? Siapa?
Yan Mao, "...." What the hell?
Tiba-tiba Yan Mao merasa bahwa suara itu agak asing. "Ayo keluar, pihak lain hanya akan mencari masalah jika kamu tidak keluar."
"Dia berbicara omong kosong, kapan aku menyetuh Istri orang lain?" Song Tianchen merasa tidak senang. Yan Mao tertawa. "Oke, oke, aku tahu kamu tidak melakukannya. Aku percaya orang lain hanya mencari masalah denganmu."
Song Tianchen dan Yan Mao keluar dari pintu. Ayah dan Daddy Yan melototi Saudara Song Tianchen. Yan Mao melihat bahwa dia membawa beberapa orang. Dia tahu bahwa orang ini cepat atau lambat akan membuat masalah dengan mereka.
Song Tianchen menatap pria yang mencoba mencari masalah dengannya. "Song Yuan, jangan berbicara omong kosong. Kapan aku menyentuh Istri orang lain? Jika kamu berani memfitnahku, aku tidak akan menahan diri untuk memukulimu."
Song Yuan segera tertawa, "Kamu berani mengatakan aku memfitnahku. Istriku pergi ke hutan, kamu yang melakukan bukan? Selama tiga tahun di medan perang, kamu tidak pernah makan daging, berada di desa kamu bahkan berani meniduri Istri orang lain."
"Song Yuan...." Song Tianchen mengepalkan erat tangannya. Dabao dan Erbao segera berbicara. "Kamu berbicara omong kosong. Kapan Ayah kami melakukannya? Ketika itu di hutan, Ayah dan kami tidak sengaja bertemu dengan Paman Ger Yun dan Xiao Xi di gunung. Ayahku mendapatkan burung pegar dan memberikannya pada Paman Ger Yun. Kamu berbicara omong kosong."
Yan Mao menatap anaknya, biasanya orang ini akan berbicara masalah makanan dan bersenang-senang. Hari ini dia berbicara begitu dewasa. dia melihat bahwa Song Yuan ini hanya datang membuat masalah.
Yan Mao segera tersenyum. "Song Yuan, daripada berbicara tentang suamiku yang berselingkuh. Bagaimana denganmu? Apakah kamu tidak menemukan beberapa pelacur kecil di kota?"
Ketika Yan Mao selesai berbicara, wajah Song Yuan segera memerah dan dia berkata dengan marah. "Kamu berbicara omong kosong."
"Aku berbicara omong kosong? Aku jelas melihatmu ke pasar kemarin, dan kamu mengandeng seorang Ger yang genit dan kalian tertawa bersama. Kamu bahkan melewatiku tanpa menyadariku."