Senna teringat ketika moment seseorang yang baru bertemu langsung bisa menyatakan perasaan.
"Rasain noh! Mampus kan tadi kaget, lagian siapa suruh jadi dosen belagu banget!" Gerutu Naya di sepanjang koridor.
"Masih untung tuh dosen cuman malu, kesel banget sumpah!" Gumamnya kesal.
"Ngedumel mulu" ucap seseorang membuat Naya menghentikan langkahnya dan menatap ke sampingnya. Mendapati seorang cowok tampan dengan wajah datar.
"Lo bukannya cowok tembok yang duduk di sebelah kanan gue tadi?" Tanya Naya dan membuat cowok itu menatapnya datar.
"Kenapa lo liatin gue gitu? Ada yang salah? Atau gue salah ngomong? Eh lo juga ngapain disini? Kenapa keluar dari kelas?" Tanya Naya beruntun.
Verrel Geabil Ardana, cowok dingin, cuek, dan irit bicara. Memiliki wajah yang tampan. Merupakan teman sekelas Naya. Ralat! Teman barunya.
"Ngeselin banget sih mukanya! Gue timpuk baru tau rasa nih cowok!" Gumam Naya dan masih di dengar oleh Verrel.
"Mau ngapain?"
"Lo mau kemana?" Tanya Verrel balik. Entah kenapa Verrel jadi banyak bicara dengan gadis dihadapannya ini.
"Orang nanya tuh dijawab! Bukan malah balik nanya!" Kesal Naya. Namun Verrel hanya diam menatap Naya datar.
"Masa bodo!" Ketus Naya dan pergi meninggalkan Verrel. Tanpa disadari Verrel tersenyum tipis menatap kepergian Naya. Verrel kembali menuju kelasnya karena tadi dia ijin ke toilet padahal itu bukan niatnya. You know lah apa niatnya si Verrel.
Naya terus melangkahkan kakinya entah kemana dia juga tidak tau banyak tempat di kampus daddy-nya ini. Di tengah perjalanannya, tangan Naya ditarik oleh seseorang yang tidak dikenali Naya.
"Lepasin! Apasih lo!" Ucap Naya memberontak. Ternyata cowok itu tidak satu tetapi ada dua temannya yang lain. Mereka membawa Naya ke lapangan kampus.
"Mau apa lo?! Gatau apa tangan gue sakit di seret-seret" ujar Naya kesal.
"Lo mahasiswi baru kan?" Tanya cowok yang tadi menarik Naya.
"Iya kenapa?" Tanya Naya sambil melopat kedua tangannya di depan dada.
"Cantik"
"Gue tau, gue emang cantik. Kenapa? Terpana lo ngeliat gue ha?" Ucap Naya percaya diri.
"Iya, gue mau lo jadi pacar gue" ucap cowok itu membuat Naya membelalakkan matanya. Apakah cowok dihadapannya ini gila? Segampang itu dia ngomong?
"Si bos gercep kalo sama yang bening" ucap teman cowok tadi.
"Udah biasa, kayak gatau bos lu" jawab temannya yang lain. Bahkan tanpa disadari di pinggir lapangan sudah banyak mahasiswa dan mahasiswi yang berkerumun mengelilingi mereka berempat.
"Gimana? Lo harus mau dan gue ga suka di tolak!" Ucap cowok tadi. Naya memijat pilipisnya, kenapa di kampus elit seperti ini ada mahasiswa yang otaknya kurang waras.
"Lo kenapa? Sakit?" Tanya cowok itu hendak menyentuh Naya namun dengan cepat Naya menepisnya.
"Lo yang sakit! Lo yang gila! Gue aja ga kenal sama lo dan lo malah seenaknya ngajak gue pacaran. Sarap lo?!" Ujar Naya menatap cowok dihadapannya ini.
"Oh cuman gara-gara lo ga kenal sama gue, yaudah kenalin gue Andrean Reskiansyah wijaya, anak donatur terbesar di kampus ini. Gimana udah kenal kan? Jadi lo harus jadi pacar gue, gue juga udah tau nama lo, Arnaya Leona Azeera nama yang sangat cantik sama seperti wajah lo" ujar cowok yang bernama Andre itu panjang lebar.
"Gak, dan gue gak peduli!" Ketus Naya dan melenggang pergi, namun baru dua langkah tangannya dicekal oleh Andre dan ditarik hingga Naya menubruk dada bidang Andre jika dilihat dari samping mereka tampak sedang berpelukan.
Naya langsung mendorong dada Andre dan membuatnya mundur beberapa langkah, Naya yang dari tadi menahan emosi langsung memberi sebuah pukulan tepat di rahang Andre dan membuat beberapa mahasiswa dan mahasiswi memekik.
bugh...
"Itu buat lo yang udah berani nyentuh gue!" Ucap Naya tajam dan pergi meninggalkan lapangan.
"LO AKAN JADI MILIK GUE GIMANAPUN CARANYA!" Teriak Andre.
Ketika sampai di kantin, naya teringat dengan abangnya. "Eh iya kok gue gak ngeliat abang sih!" Ucap Naya bermonolog.
"Pesen Machaciato latte satu" ucap Naya dan diangguki oleh penjaga kantin. Ingat kantin disini seperti cafe.
"Mahasiswa baru ya?"
"Iya"
"Pantes baru ngeliat wajahnya, ini pesanannya" ujar penjaga kantin dan memberikan pesanan Naya.
"Boleh gabung?" Tanya seorang pria dihadapan Naya. Naya mendongak dan menatap tiga pria dihadapannya, Naya rasa wajah mereka tidak asing.
"Duduk aja" jawab Naya dan ketiga pria itu duduk di hadapan Naya.
"Lo masih inget kita kan?" Tanya salah satu cowok tadi.
"Inget tapi lupa"
"Lah gimana ceritanya ingat tapi lupa?" Bingung cowok yang bertanya tadi.
"Eh iya kita belom kenalan" ujar cowok yang duduk di hadapan Naya.
Zaki Vindronal Galee, cowok tampan dan manis namun pentakilan, minus akhlak, malu-maluin, badboy.
Alega Gibran Aldeno, cowok tampan dan tinggi, badboy, humoris, playboy dan memiliki sifat receh dan pentakilan. Ya sebelas duabelas lah sama Zaki.
Eh bentar, kok kayaknya ada nama yang gak asing di pendengaran Naya. Verrel, sepertinya dia mengenalnya.
"Woy! Kenapa lo ngelamun!" Gertak Gibran membuat Naya tersentak dari lamunannya.
"E-eh? Lo Verrel yang tadi ketemu gue di koridor kan?" Tanya Naya memastikan.
"Ngomong kaga bayar juga, susah amat!" Gerutu Naya membuat Gibran dan Zaki terbahak.
"Lo udah kenal sama Verrel?" Tanya Gibran dan mendapat anggukan dari Naya.
"Eh Nay, lo keren banget sih tadi bisa nonjok tuh mukanya si Andre" puji Zaki membuat Naya mengerutkan dahinya.
"Andre?"
"Iya cowok yang tadi di lapangan sama lo" ujar Gibran dan diangguki oleh Naya.
"Lo kenapa bisa berurusan sama tuh orang?" Celetuk Verrel yang dari tadi menyimak.
"What? Apa Rel? Berapa kata lo tadi ngomong? Ga salah denger kan kuping gue?" Tanya Gibran tidak percaya. Pasalnya Verrel sangat irit bicara.
"Oh cowok belagu itu, gaada sih. Tadi dia minta gue jadi pacarnya" ujar Naya menjelaskan.
"Bener-bener tuh anak! Setiap ada cewek bening juga pasti di gebet! Dasar playboy!" Ucap Gibran.
"Heh nyet! Lo gak ngaca? Lo juga playboy ogeb!" Kesal Zaki menoyor kepala Gibran sedangkan Gibran hanya cengengesan.
"Ya kan gue playboy yang beda, gue playboy berkelas!" ucap Gibran membela diri.
"Lo seriusan mau temenan sama cowok nakal kayak kita?" Tanya Zaki memastikan.
"Kalian badboy disini?" Bukannya menjawab Naya malah balik bertanya.
"Kalo orang nanya tuh di jawab! Bukan malah balik nanya!" Sindir Verrel mengingat ucapan Naya tadi ketika mereka bertemu di koridor. Naya yang mendengar hanya meringis dan dia peka bahwa Verrel sedang menyindirnya.
"Apa salahnya gue berteman sama kalian? Mau kalian badboy, sadboy, playboy gue gak peduli. Yang penting gue dapet temen cowok" ujar Naya.