Hardian memasuki gerbang sekolah nya. Matanya sesekali menatap arloji di tangan kirinya, jam telah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Pelajaran akan dimulai 15 menit lagi, merasa memiliki cukup waktu hardian membelokan langkahnya ke arah kantin, perutnya sudah terasa lapar ingin segera di isi. Sesampainya dikantin tanpa berfikir panjang hardian langsung memesan satu piring nasi goreng, dan tak menunggu lama akhirnya 1 piring nasi goreng telah berada tepat didepannya. Tangan hardian sudah siap menyantap makanan pembuka nya pagi ini.
Brukkkkk!!!
Tiba tiba seorang wanita terjatuh tepat mengenai meja tempat nasi goreng hardian dihidangkan. Seketika jatulah nasi goreng tersebut dan berserakan dilantai, hardian menghela nafas kesal. Matanya memanas, ia berjalan mendekati wanita itu. Seorang wanita dengan rambut sebahu,berkulit putih dengan mata yang sipit menambah kuat pesona dalam dirinya.
"Wanita ini benar benar cantik dan sangat asing, seperti nya wanita ini siswa baru disekolah ini, ah andai saja aku dan dia tidak bertemu pada situasi seperti ini" hardian berkata dalam hati.
"Maaf.. aku tidak sengaja.. dia.. dia yang mendorong ku!" Ujar wanita itu gelagapan. Kedua manik matanya sudah berderai air mata.
Hardian yang merasa kasihan segera mengulurkan tangannya kepada wanita yang telah menghilangkan nafsu makan nya. Tanpa ragu wanita itu menerima uluran tangan hardian. Setelah melihat wanita itu berdiri, mata hardian kini beralih kepada segerombolan wanita yang tak lain adalah geng Rosita. Iya, rosita adalah ketua dari geng tersebut, sudah menjadi kebiasaan nya menganggu semua siswa disekolah ini. Rosita merupakan anak kedua dari kepala sekolah. Ia merasa mempunyai kekuasaan setara sehingga selalu membully dan terus memeras anak anak disekolah ini.
"Hai Hardian selamat pagi sayang!!"cicit rosita jemari nya sudah bergelayut manja di lengan hardian. Namun ia harus kembali berdecak kesal karena Hardian segera menepiskan kasar tangan nya .
"Harus berapa kali aku katakan! Jangan panggil aku dengan panggilan yang menjijikkan seperti itu!! Dan Sekarang apa? Kau menghilangkan nafsu makan ku rosita! Kau benar benar membuat ku muakkk!!!" Hardian menatap tajam ke arah wanita didepannya.
"Bukan aku yang salah sayang! Wanita itu yang menjatuhkan sarapan pagi mu, kau ingin aku menghukum nya? Baiklah aku akan memberinya pelajaran!" Ujar Rosita menyeringai tajam,tangannya sudah menarik kasar pergelangan tangan wanita dibelakang hardian.
"Lepaskan aku!! lepaskan aku!! Tolong.. tolong!" Isak tangis wanita itu mulai terdengar. Jemarinya menggenggam kuat ujung baju hardian.
"Diam!!! Lepaskan dia rosita!!" Teriak hardian. Kini wajah tampan nya telah berganti menjadi merah padam. Membuat rosita lekas melepaskan tangan wanita itu, rosita memundurkan langkahnya perlahan sebelum akhirnya berlarian meninggalkan hardian dan wanita itu.
"Teriiimaaakaa...siiihh!" Ujar wanita itu gelagapan, posisinya masih dibelakang hardian.
Tanpa menjawab hardian langsung meninggalkan wanita itu. Ia tak perduli kepada semua orang yang berkerumunan menatap kearahnya. Ia merasa sangat terbakar dengan emosi nya. Dengan langkah cepat hardian segera menuju kelasnya. Karena jam pelajaran pasti telah dimulai dan kini ia harus memulai hari dengan perut kosong dan emosi yang akan menganggu fokus nya.
******
Hafsah duduk dibangku paling belakang sebuah bis yang akan menghantarkan nya ke sebuah kedai kopi tempatnya bekerja. Merasa bosan, hafsah mengeluarkan earphone didalam ransel hitam miliknya, tangan nya mulai memasukkan earphone berwarna hijau itu ditelinga nya. Hafsah memposisikan diri nya bersandar pada kaca bis yang terus melaju, bibirnya terus melantunkan irama shalawat nabi dari dalam earphone miliknya.
15 menit telah berlalu, Hafsah menekan tombol merah bis yang menjadi pertanda bahwa ia akan turun di tepi jalan raya ini. Hafsah melepaskan earphone yang memenuhi kedua telinganya. Kakinya kini terus berjalan menghampiri kedai kopi yang memadukan warna cokelat,cream dan hitam sebagai warna khas kedai kopi pada umumnya.
"Assalamualaikum selamat pagi semuanya!" Ujar hafsah setelah memasuki kedai kopi tempatnya bekerja.
"Wa'alaikumussalam, kamu terlambat sa" ujar ririn salah satu rekan kerja hafsah.
"Seperti biasanya!" Kali ini bos nya hafsah yang membuka suara.
"Selamat pagi pak bos" hafsah mengembangkan senyumannya, menyadari bos nya yang kini berdiri tepat disampingnya.
"Pagi hafsah, Ayo kembali bekerja!" Ujar bos nya sebelum akhirnya kembali menaiki anak tangga menuju ruangannya.
"Bos tampan kita memang baik sekali padamu sa, kau benar benar beruntung" celoteh ririn seraya menepuk halus pundak hafsah yang tertawa hingga menunjukkan gigi depannya.
"Hahaha keberuntungan memang selalu berpihak padaku rin" hafsah berjalan memasuki ruang ganti. Ia segera mengganti pakaian nya dengan seragam kerja.
"Mba pesan kopi biasa ya!" Ujar seorang pria yang memang sudah menjadi pelanggan tetap dikedai kopi tempat hafsah bekerja.
"Siap laksanakan!" Jawab Hafsah di iringi senyum dibibir nya. Tangan nya segera menyiapkan pesanan dari pelanggan nya.
"Oh kamu disini!" Suara seorang pria dari depan pintu kedainya.
Hafsah menghentikan langkahnya menyaksikan sosok pria tampan didepannya.
"Ya Allah sempurna sekali pria ini" ujar hafsah dalam hati, sebelum akhirnya beristighfar karena menatap intens pria asing didepannya.
"Eh bos, nyusul kesini juga! Ayok bos kemari! Kebetulan saya lagi nunggu martin bos, katanya sih dalam perjalanan!" Jawab pria yang telah duduk disalah satu kursi pelanggan.
"Ini kopi nya!" Hafsah mengantarkan kopi pesanan pria itu, kepalanya terus menunduk, takut jika beradu pandangan dengan pria tampan yang kini berjarak begitu dekat dengan nya.
Baru saja akan melangkah pergi pria tampan itu kembali memanggil nya.
"Mba saya mau 1 americano!"
Hafsah menoleh kearah pria tampan itu, benar saja, pandangan keduanya bertemu.
"Astaghfirullah hafsah sadarlah!" Bisik hafsah kembali memperingati diri nya sendiri.
Hafsah mengangguk dan pergi meninggalkan dua laki laki yang kembali melanjutkan perbincangan mereka.
"Kenapa sa" ujar ririn yang merasa heran melihat hafsah terus menerus mengatur nafas.
"Rin pelanggan disana! Kau saja yang layani!" Hafsah kembali menarik nafas dalam dalam, merasakan jantungnya yang terus berdetak kencang seolah ingin meloncat keluar.
"Kenapa tak kau saja? Kan dia memesan padamu sa" ririn kembali menatap hafsah penuh selidik.
"Rin jantungku rin huft.. rasanya ingin copot rin huft"
"Kenapa sa? Kau ada penyakit jantung?"
"Aish bukan rin! Pria disana sangat tampan! Aku tak sanggup menatap nya rin! Jantungku sudah dibuat mabuk kepayang hanya karena mendengar suaranya, melihat matanya" hafsah mengembangkan senyum nya.
"Rin rin!!" Hafsah melirik kesamping nya, ia tak mendapati ririn lagi
"Halu terus!"seketika ririn muncul membawa 1 americano pesanan pria tampan itu.
"Aish dasar teman laknat!" Hafsah mengumpat kesal menyaksikan sahabat nya yang lebih memilih pergi daripada mendengarkan hingga selesai isi hati seorang hafsah.
Ririn kembali menghampiri Hafsah yang masih berdiri disamping tembok pembatas antara ruangan karyawan dan kursi para pelanggan.
"Eh dicariin tuh ! Katanya mana pelayan satunya tadi!" Ujar ririn seraya mencibir ke arah Hafsah.
Pipi hafsah merona, bibirnya sudah mengembangkan senyum sejak mendengar ucapan ririn.
"oh tuhan cepat sekali do'aku ini dijabah! Ah apakah pria itu terpesona dengan ku?" Ujar hafsah dalam hati. Ia sendiri sudah jingkrak kegirangan selayaknya bocah yang mendapatkan sebuah permen lollipop.
Jam menunjukkan pukul 21.00 WIB. Hafsah sudah kembali mengenakan pakaiannya yang ia kenakan tadi pagi.
"Rin pulang bareng nggak?" Tanya hafsah sambil memerhatikan ririn yang masih sibuk dengan handphone ditangan nya.
"Kayak nya nggak deh sa malam ini. Soalnya aku udah dijemput rico!" Jawab nya dengan senyum penuh kemenangan.
"Oke. Aku duluan!"
Hafsah berjalan seraya menghentak hentakan kedua kakinya. Ia sedikit kesal dengan keputusan ririn yang lebih memilih pulang bersama pacarnya, rico dibandingkan dirinya.
Hafsah kini duduk disebuah bangku kecil dipinggir jalan, matanya terus menatap ponsel yang berada ditangan kanannya.
"Hei!!!! Berhenti disana!!" Teriak seorang lelaki yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat hafsah duduk sekarang.
"Aishhh!!! Sial!!" Laki laki itu kembali berteriak membuat hafsah bergidik ngeri melihat nya.
Laki laki itu mengenakan masker dengan kacamata hitam yang menutup sempurna identitas nya. Pakaian nya cukup rapi persis seperti seseorang yang berkerja disebuah perusahaan besar.
Hafsah menelan ludahnya. Manakala menyadari laki laki itu berjalan ke arah nya.
"Aduh mati aku! Ya Allah tolonglah aku! Aku belum menikah! aku belum sukses! Jangan matikan aku dulu ya Allah! Semoga saja laki laki ini tidak melihat ku!" Hafsah terus berdo'a dalam hati. Ia sangat takut jika laki laki ini seorang penjahat.
"Saya minta airnya, Saya haus!" Ujar laki laki itu seraya meneguk sebotol air milik Hafsah yang ia letakkan di kursi samping nya. Hafsah hanya bisa diam, bingung ingin berkata apalagi. Dirinya sendiri sudah takut bukan main sekarang.
"Terimakasih" ujar laki laki itu, tangannya mengembalikan sebotol air milik hafsah.
Dengan sedikit keberanian tersisa akhirnya tangan hafsah mengambil sebotol air mineral miliknya.
"Tunggu.. tunggu!! Kamu perempuan yang bekerja di kedai kopi kan!" Laki laki itu kembali mengeluarkan suara, sontak membuat hafsah kembali menerka nerka siapa sebenarnya laki laki yang berada di depan nya saat ini.
"Jangan jangan dia sudah lama mengintai aku!" Jantung hafsah kembali berdegup kencang, keringat dingin sudah membasahi sekujur tubuhnya.
"Ini aku, mungkin kamu mengingat aku!" Laki laki itu melepaskan masker dan kacamata yang dikenakan nya.
Hafsah tersentak kaget. Ia tidak menyangka akan bertemu pria tampan yang terus menganggu fikiran nya hari ini. Iya, pria ini adalah pelanggan kedai kopi tempatnya bekerja, pria yang hampir membuat jantung nya meloncat keluar hanya karena menatap wajah nya.
"Benarkan? Em.. siapa namamu?" Laki laki itu akhirnya mengambil posisi duduk disamping hafsah. Ia tersenyum menyaksikan ekspresi hafsah yang terus menatap nya tanpa berkedip.
"Ehem.."
"Eh iya he anu maaf, iya iya saya Hafsah yang bekerja di kedai kopi" ujar hafsah gelagapan. Ia mengutuk dirinya sendiri yang terlalu menunjukkan kekagumannya terhadap pria tampan yang kini duduk disampingnya.
"Oh jadi namanya hafsah. Saya ricard, lengkapnya Ricard refaldo"
"Namanya kek barat gitu hehe" hafsah mengembangkan senyum nya.
"Ayah saya orang Amerika"
"Oh pantes!" Hafsah kembali menganggukkan kepalanya.
"Kamu mau pulang?"
"Em.. iya lagi nunggu taksi" hafsah melirik laki laki tampan yang kini duduk disampingnya.
"Sudah malam. Bagaimana kalo saya antar! Saya bawa mobil hanya saja tadi handphone saya dirampok." Ujar ricard seraya menundukkan kepalanya.
"Dirampok? Kok bisa?"
"Panjang ceritanya, sudah lah mungkin dia tidak mampu membeli Handphone. Jadi hitung hitung saya menyumbang kan handphone saya padanya, hmm aku antar pulang? Mau?" Ricard menatap perempuan disampingnya. Mencoba membaca ekspresi wajah hafsah.
"Jika tidak merepotkan saya mau." Ujar hafsah akhirnya.
Keduanya saling melemparkan senyum sebelum akhirnya pergi dengan mobil pajero hitam milik ricard.
"Tuhan semoga engkau memperlambat detak waktu sehingga bisa kuhabiskan lebih lama bersama pria yang semoga saja memang lah jodohku!" Batin hafsah penuh harap. ia kini telah duduk didalam mobil milik ricard.