Hafsah mengayunkan langkah nya, tangan nya membawa 2 kantong plastik yang berisikan 6 cup coffee pesanan Seno. Dirinya kini mulai memasuki gedung besar sebuah perusahaan tempat Ricard bekerja, matanya menangkap seorang wanita yang tersenyum ke arahnya. Akhirnya Hafsah memilih bertanya langsung pada seorang wanita yang merupakan resepsionis perusahaan ini.
"Ruangan pak seno dimana ya mbak?" Tanya Hafsah setelah sampai dimeja resepsionis.
"Ada keperluan apa ya mbak? Apakah Mbak nya sudah membuat janji dengan pak Seno?"
"Tidak. Saya ingin mengantarkan pesanan kopi atas nama pak Seno. Tadi katanya harus diberikan langsung sama pak Seno nya mbak" ujar Hafsah mencoba meyakinkan.
"Oh begitu. Nanti mbak nya naik lift saja ke lantai 15 nah setelah sampai disana mbak nya lurus saja nanti ketemu ruangan besar nah itu dia ruangannya pak Seno, mbak bisa berikan langsung Kepada sekretaris nya." Jelas wanita itu kepada Hafsah yang dibalas anggukan.
"Terimakasih ya mba!"
Hafsah segera berjalan menuju lift yang posisinya ada di ujung lorong perusahaan. Tak menunggu lama lift tersebut akhirnya terbuka menampilkan sosok reina didalamnya.
"Eh ada karyawan kedai kopi! Ada keperluan apa kesini? Mau minta sumbangan?" Cetus nya seraya melangkah keluar dari lift.
Hafsah menghela nafas panjang. Dirinya saat ini sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun, tanpa menjawab, Hafsah segera mengambil langkah masuk kedalam lift kemudian segera menekan tombol angka 15.
"Cih belagu!" Umpat Reina sebelum pintu lift yang membawa Hafsah benar benar tertutup.
Tak menunggu lama kemudian pintu lift kembali terbuka menampilkan beberapa orang yang sedang sibuk di meja komputer nya masing-masing, ada yang berlari kesana kemari dengan beberapa tumpukan kertas ditangan nya, dan ada juga yang sibuk mencari cari pulpen.
"Seandainya aku bisa menjadi bagian dari mereka, pasti mama sangat bahagia." Ujarnya dalam hati.
Hafsah kembali mengayunkan langkah nya menuju ruangan besar yang berada tepat di ujung beberapa meja para karyawan perusahaan ini.
"Silahkan masuk mbak" ujar seorang wanita dengan senyum diwajahnya. Tangan nya telah terlebih dahulu membuka kan pintu untuk Hafsah.
"Ah wanita ini pastilah sekertaris nya." Batin Hafsah.
"Ada yang bisa saya bantu mbak?" Tanya wanita itu setelah mempersilahkan Hafsah duduk disebuah kursi didepan nya.
"Em saya mau mengantarkan pesanan kopi atas nama pak seno." Jelas Hafsah kemudian.
"Letakan saja disini mba. Pak seno seperti nya masih sibuk menandatangani beberapa berkas diruangan nya."
"Oh baiklah kalau begitu mbak, sa...ya.. permisi" Hafsah gelagapan. Ia sendiri benar benar terpukau melihat betapa besar nya ruangan kerja Seno ini.
"Tunggu tunggu!" Seno tiba tiba muncul dari balik pintu ruangan nya.
"Saya mau minta tolong ke kamu!" Ujar Seno, matanya menatap ke arah Hafsah.
"Saya?" Tanya Hafsah benar benar dibuat bingung.
"Iya kamu. Nanti mau turun ke bawah kan? tolong sekalian kamu antarkan 2 kopi ke ruangan nya pak Ricard ya! Ruangan nya ada di lantai 9" jelas Seno yang kemudian segera menutup pintu ruangannya.
"Ricard?Ah tidak tidak pasti orang lain! Toh banyak orang didunia ini yang namanya sama!"cetus Hafsah dalam hati sebelum akhirnya pergi membawa 2 cup coffee ditangan nya.
Hafsah kembali melangkahkan kakinya keluar dari lift. Kini dirinya telah sampai dilantai 9. Hafsah berjalan melewati beberapa orang yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing.
"Permisi" ujar Hafsah kepada salah seorang karyawan laki laki.
"Kenapa?" Tanya nya yang masih sibuk dengan beberapa kertas di atas meja kerja miliknya.
"Ruangan pak Ricard dimana ya?"
"Lurus saja nanti belok kanan!" Jawab laki laki itu tanpa menatap ke arah Hafsah.
"Terimakasih"
Hafsah mengikuti instruksi dari laki laki yang ditanyai nya tadi. Akhirnya ia sampai di sebuah ruangan yang besar nya 2 kali lipat dari ruangan Seno tadi. Diatas pintu ruangan itu terdapat sebuah tulisan yang bertuliskan, "Ruangan direktur utama"
Hafsah mengangguk pelan. Ia mengerti bahwa ruangan didepannya saat ini merupakan ruangan pimpinan perusahaan besar ini.
"Permisi" Hafsah mengetuk pelan pintu dengan ruang kaca didepannya.
Terlihat seorang wanita yang tidak asing berjalan membukakan pintu untuk nya.
"Aish wanita ini!!" Hafsah berdecak kesal menyaksikan Reina yang menyeringai mendekat ke arahnya.
"Ada keperluan apa kau disini! Cari sumbangan kah!" Ujar Reina yang melangkah bersamaan dengan hafsah dibelakangnya.
"Aku hanya mengantarkan ini!" Hafsah meletakkan plastik berisi 2 cup cofee di meja kerja Reina.
"Kau ingin menjadi OB diperusahaan ini atau ingin menjadi pembantu di rumahku? Kalau di lihat lihat dirimu cukup memenuhi syarat menjadi seorang pembantu paling unggul dalam hal bersih bersih kan ya!" Bisik Reina.
Hafsah mencoba tetap tenang. Meskipun tangan nya sudah menggepal. Ia benar benar geram untuk menampar mulut wanita didepannya ini.
"Saya permisi!"ujar Hafsah segera membalikkan badannya. Namun seketika ia menghentikan langkahnya menatap sosok pria yang duduk di sebuah kursi dalam ruangan besar didepannya. Iya, ruangan Ricard dan sekertaris nya hanya dibatasi kaca pembatas yang berarti bisa saling melihat aktivitas masing-masing.
"Dia direktur utama perusahaan ini, keluarganya adalah pemilik perusahaan ini! Aku harap kau bisa berkaca! Dan berhenti menjadi penggoda! Dasar murahan!" Umpat Reina dari belakang Hafsah yang masih mematung.
Dengan keberanian tersisa Hafsah memilih untuk menerobos masuk ruangan Ricard.
"Ricard!" Teriak hafsah.
Ricard tak bergeming, Matanya masih terus fokus pada beberapa berkas didepannya.
"Apa kau mau dipecat! Kau lupa aku siapa ha! Berani beraninya kau memanggil lantang namaku dan masuk ke ruangan ku tanpa permisi! Kau fikir kau siaaaa...." Ricard menghentikan ucapannya ketika pandangan keduanya bertemu.
"Haffff...saaahhh" Ricard gelagapan. Ia segera menghampiri Hafsah yang menatap tajam kearah nya.
"Ini ini tidak seperti yang kau lihat!! Sa aku sebenarnya.. begini sa.. maksud aku...e.."
"Aku mengerti. Mungkin beginilah tugas seorang OB yang kau maksud kan!" Ujar Hafsah. Bibir nya kembali mengembangkan senyum.
Ricard mencoba meraih tangan Hafsah, namun Hafsah dengan cepat menghindar.
Entah apa yang ada di fikiran Ricard, ia benar benar frustrasi melihat mimik wajah Hafsah yang terlihat kecewa.
"Maaf pak! Saya akan membawa perempuan ini keluar." Reina menarik pergelangan tangan Hafsah.
"Lepaskan dia Reina! Tinggalkan kami sendiri!!" Teriak Ricard.
Reina memundurkan langkahnya. Ini pertama kalinya ia melihat Ricard semarah itu padanya.
"Hafsahhh.. maafkan aku! Aku tidak bermaksud berbohong padamu! Aku... Aku.. hanyaaa..."
Hafsah memundurkan langkahnya. Rasa takut mengambil alih dirinya saat ini.
"Apa kepercayaan yang ku beri terlihat seperti lelucon bagimu? Oke aku mengerti! Kamu mungkin takut jika aku memoroti semua uang mu sehingga kamu mencoba menutupi identitas mu yang sebenarnya!" Ungkap Hafsah sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruangan Ricard.
"Hafsah tunggu hafsah!!" Ricard mencoba menghentikan Hafsah yang terlebih dahulu masuk kedalam lift, untung saja pintu lift segera tertutup sehingga Ricard tidak berhasil mengejar Hafsah.
******
Hafsah duduk mematung di ujung ruangan khusus para karyawan. Fikirannya kembali mengingat semua kejanggalan yang selama ini tidak terlalu menjadi bahan pertimbangan nya.
"Eh bos, nyusul kesini juga! Ayok bos kemari! Kebetulan saya lagi nunggu martin bos, katanya sih dalam perjalanan!"
"Panjang ceritanya, sudah lah mungkin dia tidak mampu membeli Handphone. Jadi hitung hitung saya menyumbang kan handphone saya padanya, hmm aku antar pulang? Mau?"
"Apa? Pemotong rumput? Neng dia ini adalah dii... Aduhhh"
"Hafsah coba kau fikir kan baik baik. Tidak mungkin laki laki dengan kulit putih bersih dan berwajah tampan seperti dia bekerja sebagai seorang OB hafsah!"
"Selamat pagi pak ricard"
"Saya fikir bapak berada diruangan tadi."
"Aku...eee... Aku spesial! Iya ee..jadi aku bisa pulang lebih awal sesuai keinginan ku."
"Dia direktur utama perusahaan ini, keluarganya adalah pemilik perusahaan ini!"
Semua suara suara itu seolah menggema di telinga hafsah. Ia mengutuk dirinya sendiri yang begitu mudahnya dibodohi oleh Ricard.
"Apa ada seorang OB yang memiliki mobil mewah? Seorang OB yang memiliki kulit begitu putih bersih terawat? Seorang OB yang punya jam kerja sesuka hati? Dan seorang OB dengan penampilan rapi juga mengenakan jas mahal? Hafsah kau bodoh hafsah!!! Kenapa kau harus jatuh cinta dengan pria tukang bohong seperti Ricard? Bahkan ia masih berusaha mencari alasan setelah tertangkap basah menipumu!" Batin hafsah, tangannya terus memukul mukul kepala nya.
"Hafsah?" Panggil ririn yang tiba tiba muncul dibelakang hafsah.
"Tinggalkan aku sendiri rin!"
"Tapi hafsah!" Ririn mencoba membujuk sahabatnya.
"Pergilah rin! Aku mohon!" Pinta hafsah, wajahnya sudah kembali tertunduk.
"Ricard datang! Dia mencarimu rin!"
"Aku ingin sendiri rin! Suruh dia pergi!" Teriak Hafsah, ririn bergegas keluar dari ruang khusus karyawan.
"Hafsah mana?" Tanya Ricard setelah melihat Ririn keluar dari dalam ruangan.
"Dia tidak ingin bertemu siapa pun!"
Mendengar penuturan Ririn, akhirnya Ricard berusaha menerobos masuk dan menemui hafsah namun tiba-tiba seorang laki laki turun dari tangga yang letaknya disamping ruang khusus karyawan.
"Saya harap anda membaca tulisan yang tertera di pintu ruangan ini" ujar laki laki yang tak lain adalah pemilik kedai kopi tempat hafsah bekerja. Ia kemudian menunjukkan kertas yang menempel di pintu ruangan. Tulisan itu bertuliskan KHUSUS KARYAWAN.
Ricard tak menggubris perkataan laki laki itu. Dengan langkah cepat ia mencoba memasuki ruangan didepannya. Namun pemilik kedai kopi itu langsung mengambil posisi didepan pintu ruangan.
"Minggir!" Ujar Ricard
"Kau yang seharusnya minggir! Kedai kopi ini milikku! Jika ingin berkuasa kembali lah ke perusahaan besar mu itu!"
Tangan Ricard mengepal, ia sudah siap melayangkan pukulan ke permukaan kulit wajah laki laki didepannya. Tiba tiba Hafsah keluar dari ruangan tersebut.
"Pergi dari sini!" Usir Hafsah. Matanya menatap tajam ke arah Ricard.
"Tapi Hafsah.." rengek Ricard.
"Pergi!!"
Ricard akhirnya keluar dari kedai kopi tempat Hafsah bekerja. Matanya masih terus memandang Hafsah yang kini sudah kembali masuk kedalam ruangan tersebut.