'Ya Allah ... Aku kok malah kefikiran dengan ucapan ku ke dia tadi ya, apa aku berlebihan ... kalau di fikir-fikir sih kasihan juga dia, dia hanya mendapatkan kasih sayang dari sahabat-sahabatnya, orang tua nya gak pernah ada yang di rumah, semua sibuk dengan sendirinya, sebenarnya hampir sama dengan nasib ku, tapi beruntung nya aku masih ada Kakek dan Nenek yang menuntun ku ke jalan Allah, kalau dia gak tau menahu tentang ilmu agama sama sekali kayaknya, itu karena ia terlalu bebas dan gak ada yang menuntun nya ke jalanMu ya Allah, apa ngak ...? Ada baiknya ya kalau aku ajari dia untuk lebih baik lagi, dai kan adzan aja gak bisa, padahal itu sudah tugas orang laki-laki, tapi dia sama sekali gak bisa, apa ini yang di maksud dia kalau ia ingin belajar menjadi lebih baik lagi, makanya ia ingin berteman dengan ku, ia ingin aku mengajarinya, kasihan banget sebenarnya, tapii ... tapi aku takut ... aku takut iman ku akan tergoyahkan nanti, aku takut iman ku yang masih tipis ini malah kalah dengan nafsuku nanti, Astaghfirullah ... ya Allah ampuni aku ... aku terlalu pengecut, bukannya gak mau mengajaknya untuk melakukan kebaikan tapi aku takut akan terbawa oleh nafsuku nantinya' ujar Putri dalam hati.
Setelah hampir 1 jam Putri memikirkan tentang kejadian nya bersama Aditya barusan, akhirnya ia tertidur juga. Namun, baru saja ia tertidur, ia mendengar suara adzan ashar tetapi Putri tetap melanjutkan tidurnya karna kepalanya terasa pusing.
'Uumb ... kok sudah terdengar suara adzan ya, haduh kepala ku masih pusing lagi, sebentar aja lagi ah tidurnya' gumam Putri dalam hati. Putri kemudian melanjutkan tidurnya walau sejenak.
***
Sementara dengan Siska. Dia terlihat mulai sibuk membantu ibunya bersiap-siap untuk jualan, ia merapikan dan membersihkan tempat para pelanggan datang, agar mereka merasa nyaman saat menyantap makanan yang mereka pesan.
Setelah ia selesai melakukan nya, ia pun mandi sekalian melakukan solat ashar, agar dapat menggantikan Ibunya yang masih sibuk dengan pekerjaan nya.
Warung pun mulai berdatangan pelanggan, Siska sibuk melayani para pelanggan, ada satu gerombolan anak-anak muda dan sepertinya memang gak asing menurut Siska.
'Aku kok kayak kenal ya dengan segerombolan cwok yang disana, kayak gak asing deh' ucap Siska dalam hati.
Setelah ia amati dengan jelas ternyata itu geng nya Aditya. ia pun bingung harus bagaimana.
"Haduuh ... aku harus bagaimana ini .. nanti kalau kesana di ledekin lagi, tapi kalau GK kesana siapa nanti yang melayani mereka," gumam Siska sendirian.
"Ibuk masih sibuk masakin pembeli, Ayah juga sibuk sendiri, haduuh masak iya aku yang layanin mereka," lanjut Siska yang mulai kebingungan.
"Mbak ... mbak ... mau pesen makan nih," panggil Deni sambil melambaikan tangan ke arah Siska.
"Haduh ... mereka manggil aku lagi." Siska menggumam sendiri, kemudian ia berjalan menuju ke arah mamanya.
"Buk ..." panggilnya
"Iya ndok ... enek uwong tuku kok ora mbok ladeni to ndok (ada orang mau pesan kok gak kamu ladenin to nak)?" tanya ibu Siska yang mendengar suara Riki saat memanggilnya.
"Nganu Buk, Siska isin, iku konco-konco sak sekolah, aku Wedi di lok-lok no engko, Aku jalok tulong Ng ibuk ya, ibuk wae seng nekoni ( itu buk, Siska malu, itu teman-teman satu sekolah ku, Aku takut jadi bahan ejekan mereka nanti, ibuk aja ya yang ngelayani mereka)," ucap Siska sambil memohon ke ibunya.
"Uuumb ... iya wes Iki openono masakane Ibuk, wes di tunggu pembeli juga kae (uumb .. ya sudah ini kamu urus masakan Ibuk, sudah di tunggu pembeli juga itu)," jawab ibu Siska.
Siska mengganti kan ibunya memasak tumis kangkung untuk teman makan ayam bakar pesanan pelanggan setia di warungnya itu dan ibunya lalu pergi ke tempat Aditya dan teman-temannya.
"Mau pesan apa Mas?" tanya Ibu Siska.
"Uuumb ... mau pesan yang spesial di warung ini aja Tante," sahut Riki.
"Oke ... semua mau yang spesial atau beda-beda," tanyanya kembali
"Elu mau pesen apa Dit?" tanya Riki ke Aditya yang dari tadi hanya fokus melihat handphone nya.
"AA ... Aku ngikut kalian aja deh," jawab Aditya dengan ekspresi terkejut dan bingung.
"Hufh ... dasar Elu Dit cuma Putrii mulu yang ada di otak lu sekarang," cetus Kiki sambil memukul punggung Aditya, namun ia hanya tersenyum.
"Memang menu nya apa aja sih Tante," tanya Deni.
"Ya ... sesuai yang di tulis di depan," jawab tanten sambil menunjuk tulisan yang ada di baleho yang di pasang pada bagian depan warung.
"Ya udah yang sepesial semua aja Tante, ini baru pertama kali kita mencoba makan di sini, jadi masih ingin mencoba," ujar Riki.
"Oke," jawab ibu Siska.
Kemudian Ibu sari (ibunya Siska) menuju dapur untuk menyiapkan pesanan mereka sambil berkata dalam hati 'Putrii ... mereka menyebut nama Putri, sejak kapan putri punya temen laki-laki, biyasanya cuma Siska teman deketnya, apa mereka pacar Putri' ibu Siska sedikit penasaran dengan ucapan mereka namun ia langsung di fokuskan dengan pelanggan yang lain yang sudah menunggu ayam bakar dan ikan bakarnya.
sedangkan Aditya dan teman-teman nya meneruskan obrolan mereka.
"Ternyata adem juga ya nongkrong di tempat sederhana kayak gini," ucap Aditya.
"Eemb ... dasar loe anak sultan, tahu nya cuma nongkrong di cafe mulu, padahal paling enak nongkrong itu di tempat terbuka seperti ini," ujar Riki dengan ekspresi menghirup udara.
"Iya sih elo Dit ngajaknya selalu nongkrong di cafe ... sekarang tahu sendiri kan nikmatnya nongkrong di warung pinggir jalan seperti apa lagj lesehan begini, rasanya lebih santai, lebih rileks." sahut Deni sambil memasukkan tahu pentol ke mulutnya.
"Uumb ... Iya iya, percaya deh gue sama pilihan kalian kali ini memang tepat," ucapnya
"Ha ha ha ... pasrah banget Dit," ujar Riki
Namun Aditya tidak menjawabnya, ia terdiam sambil main game di handphone nya dengan serius.
***
"Sis ... Iki pesenan ne uwes mari, terno Rono ndang (ini masakan pesanan nya sudah selesai, kamu antar ke sana ya.!" perintah Ibu Siska kepadanya.
"Loh ... Siska buk yang antar,?" tanya Siska.
"Iyo ... wes to Ra usah isin (iya ... udah gak usah malu)." ucap nya.
"Huumb ... iya udah," jawab Siska dengan sedikit terpaksa. Namun karena merasa kasihan kepada ibunya, dia memutuskan membantu.
Kemudian Siska mengantarkan makanan nya ke mereka karna ibunya masih sangat sibuk di karenakan rame nya pembeli saat ini, Siska tidak peduli lagi nanti mau di katakan apapun sama mereka, yang penting ia membantu ibunya bekerja dengan halal.
"Permisi," ucap Siska, sambil meletak kan hidangan yang mereka pesan.
"Okee," jawab Deni
"Elo Siska kan?" tanya Riki memastikan sambil memandang Siska.
"Umb .. iya," jawab Siska dengan santai.
"Siska ..?" tanya Aditya yang dari tadi fokus dengan game nya. "Siska teman putri itu?" sambung Aditya dengan menatap Siska.