9.
"Efal pulang Bu!" teriakan Raefal menggema di rumah mewah keluarganya.
Pria tampan dengan rambut coklat mudanya tersebut memasuki rumah, berjalan menuju ruang keluarga. Tanpa melakukan basa-basi sedikitpun, pria tampan itu langsung duduk di dekat sang ibu, menyandarkan kepalanya di pundak wanita paruh baya tersebut.
"Biasakan kalau pulang tuh salam, bukan teriak-teriak!" ujar Senia, ibu Raefal.
Mau sebesar apapun putranya, di mata Senia Raefal hanya anak laki-lakinya. Si bungsu yang dulu sangat manja dan bergantung padanya.
Saking bergantungnya Raefal pada sang ibu, dia selalu datang saat hidupnya tengah kesulitan. Setiap ada hal kecil yang mengganggu pikirannya, Raefal akan mendatangi ibunya. Dia akan memeluk sang ibu, seolah menumpahkan segala beban berat yang dirinya bawa.
Diusapnya kepala Raefal dengan lembut, berharap dapat mengurangi beban pikiran dari putra bungsunya tersebut.
"Fal, kamu tahu? Ifrey ternyata ada di Bandung juga… pantes ya kita lama gak lihat dia di Jakarta…" ujar Senia, membuka percakapan.
Mendengar nama mantan istri pertamanya, Raefal menghela napas berat. Entahlah, rumah tangganya selama ini tidak ada yang berjalan lancer. Hal itu karena Cyra masih saja berdiam diri di hatinya tanpa pergi kemanapun.
Raefal tahu bahwa Ifrey adalah sahabat Cyra. Keduanya dijodohkan sewaktu itu. Atas dasar berharap dapat menemukan Cyra melalui Ifrey, Raefal akhirnya menerima perjodohan ini. Tetapi, Ifrey benar-benar tidak membantu. Dia tutup mulut dan selalu mengelak saat Raefal bertanya tentang Cyra.
Lama-kelamaan, Raefal dan Ifrey mulai merasa nyaman satu sama lain. Ifrey istri yang baik. Bahkan, Senia sangat menyukainya. Hal itu membuat Raefal mulai sedikit bergantung pada Ifrey.
Hingga akhirnya, Ifrey mulai mencintai Raefal. Perempuan itu mulai menunjukkan ketertarikannya. Awalnya, Raefal tidak masalah dengan hal itu. Bahkan, Raefal mati-matian berusaha membuka hatinya untuk sang istri dan melupakan Cyra.
Sayangnya, Raefal gagal. Hatinya benar-benar terkunci rapat hanya untuk Cyra. Hal itu yang membuatnya merasa bersalah dan berakhir dengan menceraikan Ifrey begitu saja. Dia muak hidup berpura-pura.
"Nanti biar Efal antar Ibu bertemu dengan Rey." Jawab Raefal, membuat Senia sangat girang.
Senia tahu ada yang salah dengan putranya. Dua kali menikah dan berakhir dengan perceraian. Itu adalah sesuatu hal yang tidak bisa di normalisasi. Tetapi sayangnya, Senia tidak tahu apa yang sedang putranya sembunyikan. Apa penyebab dari perceraian mereka.
Selama ini, Senia tidak pernah ikut campur pada rumah tangga putranya. Dia bahkan jarang mengunjunginya, memberi kebebasan lebih pada mereka. Senia juga tidak pernah menuntut untuk memiliki cucu. Bagi Senia, dengan Raefal bahagia saja sudah cukup.
Tetapi hari ini, Senia sepertinya sudah tidak bisa tinggal diam. Raefal lajang, putranya kembali menjadi miliknya seutuhnya. "Fal, Ibu boleh tanya sesuatu sama kamu?"
Mendengar hal tersebut, Raefal segera menegakkan tubuhnya, menatap wanita yang paling berjasa untuk hidupnya. "Tanya apa Bu? Apa tentang alasan Raefal bercerai kali ini?"
Setiap kali putranya memberitahu bahwa dirinya akan bercerai, Senia hanya menurutinya. Dia yakin keputusan yang Raefal buat selalu penuh pertimbangan dan bukan keputusan saat marah.
Senia sangat mengenal putranya dengan baik. Dan putranya itu selalu mempertimbangkan segala hal sematang mungkin sebelum akhirnya membuat keputusan.
"Iya… ada apa denganmu sampai gagal berumah tangga sebanyak dua kali?" tanya Senia.
"Ibu gak habis pikir sama kamu. Perempuan baik-baik seperti Ifrey kamu sia-siakan, lalu perempuan mandiri seperti Qila juga kamu tinggalkan. Mau yang seperti bagaimana sebenarnya?" tanya Senia baik-baik, berusaha agar tidak menyinggung putranya.
Mendengar hal itu, Raefal terdiam sejenak. Bukan tentang yang bagaimana, tetapi tentang siapa.
"Yang jutek, paham agama, cantik, ramah tapi dingin, misterius, dan menyenangkan saat dipandang." Pikiran Raefal kini mengarah pada Cyra, membayangkan bagaimana senyum gadis itu. Bahkan, saking terpesonanya Raefal terhadap pemikirannya sendiri, dia sampai tersenyum seperti orang kesetanan.
"Heh! Ngucap astagfirullah…" sahut Senia, berhasil menyadarkan Raefal lamunannya.
"Astaghfirullah…" balas Raefal sembari mengelus dadanya sendiri.
"Pasti bayangin yang enggak-enggak nih!" tuduh Senia.
Raefal menggeleng cepat, membantah tuduhan tersebut. "Efal cuman bayangin wajah dari perempuan yang sangat sesuai dengan kriteria Raefal." Jawabnya.
Mendengar hal tersebut, Senia tentunya terkejut. Putranya baru saja bercerai, dan sekarang sudah jatuh cinta lagi? "Kamu baru cerai, Raefal ingat! Masa kamu udah jatuh cinta lagi." Kata Senia.
Raefal yang mendengar itu tertawa kecil. Dia menggeleng, kemudian menjelaskan pada ibunya. "Efal jatuh cinta sejak lama sama perempuan yang ini. Lama sekali… dan alasan kenapa rumah tangga Raefal sama kedua mantan istri Raefal gagal… itu karena cinta Efal cuman sama perempuan yang satu ini."
Apa yang Raefal katakan terdengar sangat bersungguh-sungguh, berbeda dari sebelumnya saat pria itu meminta izin untuk menikah. Hal ini tentunya tidak ingin Senia sia-siakan. "Siapa perempuannya? Nanti Ibu bantu buat minta dia dari keluarganya."
Senyum Raefal kini mengembang. Dengan lantang, pria itu pun menjawabnya. "Cyra Grizelle Bu… anak gadis dari Om Chenand dan Tante Civia…"
"… bantu Efal dapetin dia."