Dae Pov
"Apa sesuatu mengganggu pikiranmu? "
"sangat terlihat ya"
Untuk beberapa hal Akira memang misterius
"Kau bisa banyak bergurau denganku meski matamu penuh teka teki"
Ia menghela nafasnya malas.
"Sebenarnya aku tak ingin terlalu memikirkannya, tapi perasaanku mengatakan seolah aku mengenal pria itu"
"maksudmu, pria,?siapa? "
"Pria malang yang menyelamatkanmu"
"Apa kau pernah bertemu dengannya sebelum ini"
"Aku merasa demikian, tapi aku tak mengingat dimana aku pernah melihatnya"
"Apa mungkin dia teman lamamu atau hanya orang yang mirip"
"Mungkin saja, tapi perasaanku seperti terhubung dengannya"
"Aku tak mengerti'
"Dae... Kau ingat paman Akio"
"Engg... Pamanmu yang hilang itu"
"Emm... Pria itu memiliki kemiripan dengan paman Akio"
"Tapi, pria yang menolongku adalah seorang pria muda"
"Ya... Aku berpikir mungkinkah dia putra dari pamanku"
"Apa kau sudah mendapat informasi tentangnya"
"Belum sama sekali"
"Kita bisa mencari tahu melalui asuransinya di rumah sakit bukan? "
"Ahh... Wakatta, aku tak memikirkan itu"
"Tunggu apalagi, mari kita pastikan"
Kami menuju rumah sakit dengan segera, mencari informasi mengenai pria malang itu dan tidak butuh waktu lama untuk kami mendapatkan data dari asuransinya.
"Akimoto Kuroba.. " Lirih Akira
"Itu marga keluargamu bukan"
"Perasaanku tak mungkin salah terka kami memang punya ikatan"
"Bukankah pamanmu bernama Akio"
"Ya,kurasa Akimoto adalah putranya,dia cucu kakek yang tak pernah di ketahui, meski marga Kuroba ada banyak di negeri ini tapi kemiripannya dengan pamanku memperjelas siapa dia sebenarnya"
Akira menunduk lemas, ada perasaan sesak yang dia tahan sendirian.
"Aku harus bicara dengannya saat dia siuman"
Antara sedih dan senang, itu yang tampak dari ekspresinya.
"Apa yang terjadi bagaimana dia ada di tempat kejadian dan melindungiku"
"itu juga pertanyaan yang akan kuajukan padanya saat ini kondisinya masih kritis"
Akira mengusap wajahnya kasar
"Apa kau sudah memberitahu anggota keluarga yang lain"
"Belum, itu bukan ide yang bagus? , kita bisa mendapat masalah lebih rumit jika kakekku tahu hal semacam ini"
Kami saling berdiam dengan hiruk pikuk pikiran kami masing masing,Akira yang kalut tentang Akimoto dan aku yang masih penuh tanda tanya mengenai Darren Chesna.
Sebuah panggilan masuk di ponselku mengusik keheningan kami. Setelah sambungan telpon ku terputus, aku mencoba membuka pembicaraan lagi dengan Akira
"Apa kau mau ikut denganku"
Tawar ku pada Akira yang sudah menjadi pendiam sejak tadi.
"Apa tadi itu kekasihmu"
"Ya, Aku akan menemuinya ke penginapan miliknya"
"Penginapan ya....terdengar bagus,Bisakah aku menumpang tidur sejenak saja di sana"
"Tentu"
Akira setuju untuk ikut denganku,setelah pembicaraanku dengan Hazel aku berpikir mungkin memang akan lebih baik jika aku mencari jawaban tentang keingintahuan ku padanya secara langsung, dan apakah dia berpikir sama denganku atau tidak.
Akira Pov
Banyak pertanyaan berdesakan di kepalaku, dia bernama Akimoto, bermarga sama denganku parasnya juga mirip dengan pamanku yang sudah lama menghilang.
Sejak kepergian paman Akio dahulu seluruh anggota keluarga terutama kakek menganggap bahwa paman sudah tiada, meski naluri ku mengatakan bahwa paman masih hidup, sejak aku remaja aku bersumpah untuk menemukan paman suatu hari nanti meski harus menemukan nisannya saja aku akan tetap menemuinya, meski mungkin kakek membencinya tapi bagiku, paman Akio pengganti ayah yang menyayangiku dengan caranya sendiri.
Aku mengikuti langkah kaki Dae memasuki pelataran luas dari sebuah penginapan bergaya tradisional,ada 2 pohon ume di sudut sudutnya, tentu saja beberapa pohon sakura pun ada disana, suasananya agak lengang, membuatku merasa semakin ingin terlelap sebentar saja.
Aku mengenal Hazel dengan cukup baik tapi tidak demikian dengan gadis chubby di sisinya, saat kami datang aku bahkan tak punya semangat untuk banyak berbincang setelah aku terjaga sepanjang malam rasa pening menghantam kepalaku dengan kuat, aku berusaha tetap menyapa mereka dengan baik, meski jika ku turuti hasrat ku maka aku akan tumbang di depan mereka,itu akan sangat buruk,aku mencoba menahan denyutan di kepalaku,seperti biasa, Dae dan Hazel bertingkah layaknya sepasang kekasih, aku sungguh merasa ingin segera meninggalkan mereka, menuju futon hangat yang sudah kubayangkan sejak tadi dan tak ingin tahu tentang pembicaraan mereka, namun gadis chubby di depanku menatapku dengan binaran mata yang aneh. Aku benar benar tak peduli kali ini, aku butuh tidur, aku mencoba memesan sebuah kamar pada Hazel tapi justru Hazel menyuruhku untuk mengatakannya pada si chubby bernama Maeda itu,Aku memang sedikit berbasa basi dengannya termasuk mengabulkannya keinginannya untuk berfoto denganku,aku sudah menerkanya sejak awal kedatangan kami, ada obsesi yang tinggi di matanya saat menatapku, ya...itu wajar bagi para penggemar saat bertemu idolanya. aku memilih berendam di onsen sebelum tidur,onsen disini berada dalam ruangan jadi tak masalah meski cuaca di luar sedang dingin, tubuhku terasa lengket meski cuaca tak membuat tubuhku banyak berkeringat, mungkin karena sudah berhari hari aku tak mandi.
Rasa hangat yang menyelubungi seluruh tubuhku membuatku ingin terpejam.
Akira Pov end
"Darren mengantarmu pagi ini"
"Bagaimana kau tahu, apa mata mata yang kau kirim melihatnya"
"Bisa disebut begitu"
"Apa kau cemburu? "
"Jika aku menuruti egoku, tentu saja aku cemburu, tapi pikir, yang kau rasakan saat ini lebih rumit di bandingkan dengan kecemburuan yang masih bisa ku tahan"
"Gomenasai"
"Untuk apa? "
ia tampak berusaha menyusun kalimat sebelum mengutarakan sesuatu yang mengusik pikirannya.
"Karena keputusanku dulu membuat semua menjadi rumit, andai aku bisa mengulang waktu, akan ku pastikan untuk tidak menerima perjodohan itu, tapi yang terjadi aku justru membuat diriku sendiri tampak serakah dengan menjalin hubungan bersama 2 pria secara bersamaan"
Kekacauan yang terjadi di hatinya tak bisa lagi ia tahan, Hazel menunduk dalam di sisiku, mungkin sebuah pelukan adalah yang paling ia butuhkan saat ini, ia tak menolak saat aku merengkuhnya, bahkan isakan nya sudah terdengar, kami tak lagi saling melempar kata kata, ada kegundahan teramat rumit di benaknya, wajahnya di benamkan semakin dalam, ada sesak yang benar benar harus ia keluarkan, aku memeluknya lebih erat, meredam suara tangisnya agar tak begitu terdengar, tangannya meremat punggung mantel yang ku kenakan,
"Menangis lah jika itu membuatmu merasa lebih baik"
ujar ku yang kemudian mengecup pucuk kepalanya.
Hazel yang tampak berani dan mandiri selama ini tak lebih dari gadis rapuh yang berusaha melawan kerasnya hidup seorang diri, mungkin ini alasannya dulu ia membatasi diri untuk cinta, ia tak cukup kuat untuk terluka, kenyataan semacam ini membuatku tak ingin melepaskannya.
Aku dan Akira terjebak diantara kegundahan yang sama, Akira yang menahan pertanyaan untuk Akimoto tentang identitasnya, sedangkan aku menahan banyak pertanyaan untuk Hazel tentang Kehadiran Darren.