Hari itu, Czyarine berdandan dengan sangat cantik. Seperti pengantin wanita pada umumnya, ia mengenakan gaun pengantin putih yang berbelahan dada rendah karya tangan desainer ternama dari kota Milan, Italia. Kulit putih mulusnya terekspos dengan jelas dan memudahkan siapa saja menatapnya.
"Tuan Vyacheslav Veselovsky Romanov, apakah Anda bersedia menjadi Suami bagi Nona Cyzarine dan setia seumur hidup bersamanya?"
Kala itu, Cyzarine mendengar suara pendeta yang menikahkan dirinya dengan Vyacheslav. Ia pun berdiri dengan segenap kekuatan di altar dan disaksikan oleh kedua keluarga, yaitu keluarga Romanov dan keluarga Kovrova juga banyaknya tamu undangan yang hadir di sana, tentu saja membuat hati wanita itu sangat bahagia.
Aku pernah mendengar para orang tua berkata bahwa semakin banyak tamu undangan yang menghadiri acara pernikahanmu dan mendoakannya, maka pernikahanmu akan semakin berkah, batin Cyzarine sambil menatap Vyacheslav.
"Ya, saya bersedia."
Mempelai pria yang berdiri di hadapan Czyarine menjawab pertanyaan pendeta dengan jelas dan yakin. Kini, sang pendeta beralih menatap Cyzarine.
"Nona Cyzarine Alisiya Kovrova, apakah Anda bersedia menjadi Istri bagi Tuan Vyacheslav dan setia seumur hidup bersamanya?"
Pertanyaan yang sama menghampiri Cyzarine. Tanpa berpikir panjang, sang mempelai wanita mengangguk disertai dengan senyuman.
"Ya, saya bersedia."
Cyzarine lega karena sang pendeta mengangguk puas.
Aku telah menyerahkan seluruh hidupku untukmu, Vyach. Aku akan mengabdi padamu seumur hidup dan aku tidak akan mengingkari janjiku hari ini, kecuali kau memintanya. Ya, memintaku untuk pergi dari hidupmu.
Cyzarine bersumpah akan selalu setia kepada Vyacheslav apapun yang mungkin akan terjadi kelak. Ia tidak pernah mencintai seorang pria sebelumnya hingga kini dirinya menjadi seorang istri.
"Saya menyatakan bahwa dengan ini kalian resmi menjadi sepasang suami istri. Silakan sematkan cincin pernikahan di jari Istri Anda, Tuan Vyacheslav!"
Vyacheslav menjalankan perintah sang pendeta tanpa tersenyum. Mimik wajahnya senantiasa tanpa ekspresi. Ia menoleh sebentar menatap benda mungil nan cantik yang akan disematkan di jari manis tangan kanan wanita yang tidak pernah dicintainya sekalipun.
"Berikan tangan kananmu!"
Vyacheslav berkata dengan dingin. Suaranya terdengar sangat jelas di telinga Cyzarine juga sang pendeta.
Cyzarine memberikan tangan kanannya sesuai dengan yang diinginkan oleh Vyacheslav. Tanpa aba-aba dan tanpa mengulur waktu, Vyacheslav segera menyematkan benda mungil bertabur berlian tersebut ke jari Cyzarine. Wanita tersebut pun tidak berhenti tersenyum.
"Kini, silakan sematkan cincin pernikahan di jari Suami Anda, Nona Cyzarine!"
Cyzarine mengangguk setelah mendengarkan perintah sang pendeta.
"Ya."
Cyzarine meraih satu cincin yang masih tersisa dari kotak merah yang dibawa oleh seorang wanita yang sejak tadi telah berdiri di samping pendeta. Ya, wanita itu adalah salah satu sahabat CyzarineーLarisa.
Vyacheslav menjulurkan tangannya kepada Cyzarine dengan kasar. Namun Cyzarine tetap menyematkan cincin tersebut di jari pria yang kini sudah sah menjadi pendamping hidupnya.
"Sekarang, perlihatkanlah jari kalian ke arah para hadirin!"
Cyzarine dan Vyacheslav pun membalikkan badan mereka ke arah para hadirin. Kemudian, mereka mengangkat tangan sejajar dengan bahu.
Beberapa fotografer dan para tamu undangan berhasil mengabadikan momen penting itu. Raut wajah mereka tampak bahagia, tetapi tidak dengan Vyacheslav Veselovsky Romanov.
Vyacheslav menghela napas dengan kasar. Ia ingin segera mengakhiri acara pernikahannya dengan Cyzarine secepatnya karena pria itu benar-benar sudah muak.
"Silakan keduanya saling mengecup bibir satu sama lain!"
Oh, astaga! Haruskah aku melakukan itu? Mencium wanita hasil perjodohan kedua orang tuaku?
Vyacheslav bertanya-tanya di dalam hatinya dengan ragu.
"Aku tidak sudi menyentuhnya!"
Vyacheslav berseru dengan nada rendah dan berharap sang pendeta juga kedua orang tuanya mendengar seruannya. Namun bagaimana jika Cyzarine mendengarnya? Ya, itulah tujuannya berkata seperti tadi.
"Jauhkan dirimu dariku!"
Bukannya memberikan ciuman hangat, Vyacheslav justru menatap Cyzarine tajam dan pergi dari altar.
"Hah?! Mengapa dia pergi begitu saja?"
Cyzarine kebingungan. Ia menatap sang pendeta yang sama bingung dengan dirinya.
"Vyach, kau mau ke mana? Bahkan acara pernikahanmu baru saja dimulai!"
Anastasia berteriak memanggil nama anak semata wayangnya. Wajah ibu kandung Vyacheslav pun memerah. Ya, keluarga Romanov kini menanggung malu atas perlakuan anak mereka.
"Kalian semua, kejar Vyach!"
Sebagai seorang ayah, Alexei memerintahkan seluruh penjaga untuk mengejar Vyacheslav.
"Ya, Tuan."
"Ya, Tuan."
"Ya, Tuan."
Derap langkah para penjaga terdengar di telinga semua orang yang berada di dalam ballroom hotel Hilton, Moskow, Rusia. Namun di sisi lain, Cyzarine mendengar seorang tamu yang berdiri paling dekat dengan altar mulai berspekulasi tentang pernikahannya dengan tuan muda keluarga Romanov yang berujung ricuh.
"Pernikahan keluarga Romanov berakhir dengan kepergian sang mempelai pria. Sungguh ironis sekali!"
Cibiran itulah yang hingga kini melekat di hati seorang Cyzarine. Ia tak bisa melakukan apapun, kecuali menangisi takdirnya.
**
"Ugh!"
Zio tersentak ketika mendengar Cyzarine mendesah. Namun pria itu tidak berani membangunnya.
"Tidak! Aーaku ... aku ingin menarik kembali ucapan ku."
Cyzarine mulai merancu. Ia melontarkan kata-kata dengan kedua mata masih tertutup. Ia mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya.
"Aduh, kepalaku ... kepalaku sangat sakit.
Cyzarine menggerakkan tangan dan perlahan membuka kedua matanya.
"Di mana?"
Cyzarine terkejut ketika ia memperhatikan ke sekelilingnya.
"Hah!"
Cyzarine duduk dengan mata terbuka sempurna. Ia menatap setiap sudut ruangan tidur di mana wanita itu berada sekarang.
"Asing! Sangat Asing! Di mana aku?!"
Czyarine belum menyadari keberadaan Zio yang masih duduk di tempatnya.
"Anda berada di kamar hotel saya, Nona Cyzarine."
Suara bariton Zio menusuk jantung Cyzarine. Ia segera menoleh ke tempat asal muasal suara Zio berada.
"Bozhe! AnーAnda ... mengapa Anda membawa saya ke sini?!" (Arti: Astaga!)
Dengan nada tinggi, Cyzarine bertanya kepada Zio yang justru terkekeh melihat tingkahnya.
"Calm down, Nona Cyzarine!"
Zio meletakkan majalah yang ia baca ke atas meja oval yang berada di dekatnya. Ia berjalan menuju ranjang di mana Cyzarine berada.
"What you've said? Calm down? How can I calm down when I met a man just like you?!"
Deru napas Cyzarine memburu. Ia terus berteriak di depan wajah Zio.
"A man like me? Like what?"
Kini, Zio sudah berada di samping Cyzarine. Ia duduk di pinggir ranjang dengan menyunggingkan senyuman.
"I really want to know, Miss Cyzarine ...."
Sial! Dia sungguh membuatku ingin lebih mendekatkan diri padanya, batin Zio.
"You're just like ... ugh, something that can't I explain!"
"Ugh? Excuse me, are you ok?"
Zio mengulurkan tangannya berusaha menjangkau dahi Cyzarine.
"Hey! What are you doing?!"
Zio mengurungkan niatnya sejenak. Ia menghela napas dan berusaha untuk tetap bersabar menghadapi Cyzarine.
"I just want to check your forehead. Stay calm, please!"
Zio memegangi tangan kiri Czyarine. Sedangkan tangan kanannya menyentuh dahi, lalu memeriksanya.
"Take me to your country, please!"