Setelah sekitar 1 jam berjalan barulah Keysa tiba di rumah besar dan mewah. Berulang kali gadis Malang itu memperhatikan alamat yang ada di secarik kertas pemberian ibunya. Kemudian ia memastikan bahwa tempatnya berdiri adalah rumah yang tepat. Namun, Keisha merasa heran karena di tempatnya berdiri saat ini, ia melihat rumah yang sangat megah bagai sebuah istana. Aska juga terus memperhatikan Keisha. Ia berada sedikit jauh dari gadis belia itu, Aska tidak ingin Keisha mengetahui tentang dirinya.
Gadis Malang yang akan berjuang dan bekerja di rumah itu mulai menekan bel. Setelah ia memastikan bahwa rumah yang ia datangi adalah rumah di mana tempat ia akan bekerja. Tidak berapa lama seorang petugas satpam datang membukakan pintu gerbang untuk Kesya. Lalu Gadis itu menyerahkan secarik kertas seperti perintah sang ibu kepada dirinya. Petugas satpam yang sedang menjalankan tugas di sana mulai memperhatikan tubuh Kesya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Gadis itu tampak biasa saja dan sederhana. Namun kenapa keluarga ini justru mempekerjakannya di rumah yang besar tempat dirinya bekerja. Petugas satpam itu sangat mengerti bahwa keluarga ini memiliki kriteria dan syarat rezeki seseorang harus bekerja sebagai seorang pelayan.
"Tunggu sebentar! Saya akan segera melapor!" Kesya mengangguk. Kemudian petugas satpam sedetik berlari menuju rumah besar yang berdiri di sana.
"Nyonya, ada tamu yang ingin bertemu dengan nyonya!" lapor petugas satpam kepada majikan nya.
"Apa kamu tidak tahu, kalau aku lagi pusing!" nyonya harmadi sedang marah. Karena, kepala sekolah akan sudah menghubungi dirinya dan memberitahu bahwa Aska membolos. Nyonya harmadi tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini anaknya sering sekali membuat masalah. Jika Tuan harmadi mengetahuinya maka dia tidak akan segan memberikan hukuman kepada putranya.
Sambil berlari, petugas satpam menghampiri Keisha yang sedang menunggu di pos satpam rumah besar itu.
"nyonya belum bisa ditemui! Karena dia sedang dirundung masalah. Kamu tunggu saja sementara di sini!" petugas satpam memberitahu Keisha.
Aska yang mendengarkan kata-kata dari Pak satpam menepuk jidatnya sendiri. Dia mengerti bahwa sang Ibu pasti sudah mendengar kabar dari sekolah tentang dirinya yang melarikan diri. Segera Aska mengambil ponsel dari dalam sakunya lalu menghubungi sang ibu. Pemuda tampan itu tidak memiliki cara untuk masuk ke dalam rumah. Karena, satu-satunya akses untuk masuk ke dalam rumah besar itu adalah gelombang besar yang berada di depan rumah. Itulah alasan kenapa Aska terpaksa menghubungi ibunya melalui ponsel.
"Ma?" siapa Aska saat panggilannya diterima oleh sang ibu.
"Kamu dari mana saja? Kenapa kamu bisa pergi dari sekolah tanpa izin!" marah ibunya. Aska menyesali dirinya sendiri karena tidak berpikir dengan jernih. Seharusnya dia minta izin ke sekolah sebelum pergi dari sana karena ini akan menjadi masalah besar bagi dirinya. Namun ketidak hadiran Kesya ke sekolah membuat Aska tidak bisa berpikir.
"maafkan aku mah! Aku tiba-tiba sakit perut. Karena itu aku segera pergi untuk mencari obat. Setelah minum obat aku malah ketiduran di apotek tersebut," Aska terpaksa berbohong kepada ibunya untuk menyelamatkan diri dan juga menyelamatkan keisya.
"Benarkah? Sekarang kamu di mana?" nyonya harmadi kini prihatin dengan keadaan dari putranya. Aska adalah putra kesayangan dari nyonya harmadi karena ia hanya memiliki satu satunya Putra.
"Aku sudah di dalam perjalanan untuk pulang Ma! Aku akan segera tiba di rumah," jawab Aska.
"Bukankah aku sudah berjanji untuk menuruti semua perintah Mama jika mama melakukan keinginanku!" lanjut Aska sebelum menutup telepon.
Nyonya harmadi ingat akan pesan dari petugas satpam setelah mendengar kata-kata dari putranya. Kemudian ia memanggil satpam dan meminta agar Keisha datang menemui dirinya. Nyonya harmadi sudah mengetahui bahwa yang datang itu adalah gadis desa yang diminta oleh Aska untuk menjadi pelayan di rumah besar itu. Ibu dari 1 Anak itu tidak tahu alasannya, tetapi demi janji yang diucapkan oleh Aska bahwa dirinya akan menuruti semua permintaan sang Ibu maka nyonya harmadi siap melakukan apapun.
Setelah keisha beranjak dari sana, barulah Azka masuk ke dalam rumah dengan mengendap-endap. Aska juga masuk ke dalam kamarnya melalui pintu belakang. Petugas satpam tidak bisa berkata apa-apa karena dia adalah tuan muda di rumah itu. Perintahnya adalah wajib bagi siapapun yang mendengarkannya. Aska hanya meletakkan jari telunjuk di atas bibirnya. Tetapi petugas satpam langsung terdiam tanpa berkata.
Sementara di dalam rumah yang besar itu Keisha yang sedang berdiri di depan seorang nyonya besar. Wajahnya tertunduk karena takut dan juga kakinya gemetar karena baru kali ini ia memasuki istana. Istana ini persis seperti impiannya, persis seperti mimpi-mimpi yang selama ini selalu menemani hidupnya. Gadis Malang itu selalu bermimpi akan ada seorang pemuda tampan berkuda putih yang datang menghampiri dirinya. Membawanya pergi dari penderitaan dan dan siksaan yang selama ini selalu ia rasakan. Tetapi sedetik kemudian Keisha kembali menyadari bahwa semua itu hanyalah khayalan saja. Semua itu hanyalah sebuah mimpi yang tidak akan pernah terwujud menjadi nyata.
"siapa nama kamu?" nyonya harmadi mulai bertanya. Dia memperhatikan gadis belia yang berdiri di hadapannya. Gadis tersebut mungkin seusia dengan Putra kesayangannya, namun mengapa Gadis itu bisa bekerja keras mencuci dan menjadi karyawan di rumah kecil yang ia datangi kemarin seperti permintaan Aska. Seharusnya gadis seperti ini pergi ke sekolah untuk menuntut ilmu, tetapi nasib dan takdir terus mempermainkan manusia. Hingga terkadang peristiwa terjadi seperti yang tidak seharusnya.
"Keisha, nyonya!" jawab Gadis itu sambil terus menundukkan kepalanya.
"Apakah kamu bisa mencuci pakaian?" nyonya harmadi kembali bertanya.
"bisa, nyonya!" Kesya hanya berani menjawab pertanyaan tanpa berani memaparkannya.
"Bik Siti!" nyonya harmadi kemudian memanggil kepala pelayan rumah itu. Dia adalah bik Siti, seorang wanita paruh baya yang sudah bekerja dengan keluarga harmadi puluhan tahun lamanya. Bi Siti adalah pelayan yang paling setia dan juga paling dipercaya oleh keluarga harmadi. Dia juga wanita yang sangat baik hati, lembut dan juga penuh perhatian. Kualitas bekerja dan kebaikan hatinya lah yang membuat keluarga harmadi tetap mempertahankan bi Siti sebagai pelayan mereka. Sambil tergopoh-gopoh bik Siti mendekat mendatangi majikannya.
"saya nyonya!" jawab Siti kepada nyonya harmadi.
"Tolong antarkan gadis ini ke ruang belakang bagian laundry! Dan tunjukkan pekerjaan yang bisa ia kerjakan di sana. Mulai hari ini dia akan bertanggung jawab terhadap semua pakaian di rumah ini, jadi bibi tolong bimbing dia untuk bisa melakukan semua pekerjaannya!" perintahnya harmadi kepada kepala pelayan kediaman harmadi.
"baik nyonya!" jawab bik Siti sambil membungkukkan tubuhnya.