Chereads / Gadis Malang dan Calon Pewaris / Chapter 21 - Boleh Sekolah

Chapter 21 - Boleh Sekolah

"aku mohon Ma! Aku akan menuruti semua perintah dan permintaan mama. Aku tidak akan membolos dari sekolah lagi, aku akan belajar manajemen dan juga belajar tentang perusahaan seperti yang Mama dan Papa inginkan!" Aska terus berusaha membujuk sang Ibu agar mau mengabulkan permintaannya.

Nyonya harmadi merenung sesaat, dia berpikir dengan keras bagaimana cara dirinya untuk mengabulkan permintaan dari Putra kesayangannya. Tetapi sebagai seorang ibu yang sangat mencintai putranya, nyonya harmoni tidak bisa menolak permintaan Sang putra begitu saja. Tetapi meski demikian, permintaan dari Aska benar-benar bukan permintaan yang ringan.

"Baiklah!" akhirnya nyonya harmadi memutuskan setelah memikirkannya dalam dalam.

Di dalam sebuah mobil Keisha bahkan tidak bisa menikmati perjalanan meski ia berada di dalam mobil yang mewah. Kesya adalah wanita desa yang berasal dari kelas menengah ke bawah. Dia tidak pernah menaiki mobil sebelumnya. Tetapi saat dia berada dalam mobil yang mewah dia juga tidak bisa menikmati perjalanannya. Gadis Malang itu merasa hidupnya sudah hancur, semua impian dan harapan satu-satunya hanya tinggal kenangan saja. Dia tidak bisa lagi melanjutkan sekolah seperti keinginan kedua orang tuanya. Dia berada dalam ketimpangan yang luar biasa. Berada diantara kehancuran dan juga penderitaan. Tetapi dia tidak tahu apakah ada yang bisa dia lakukan.

Perjalanan terus berlanjut hingga mereka tiba di rumah sederhana kediaman Maulida. Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat sebuah mobil mewah kembali terparkir di depan rumahnya. Ibu dari Keisha memperhatikan seseorang yang turun dari dalam mobil itu ternyata dia adalah Putri tirinya.

"kenapa kamu kembali?" nyonya Maulida bertanya kepada Keisha. Dia mulai takut jika anak tirinya menyerah meski dia belum mulai bekerja. Jika semua itu terjadi maka kesempatan Maulida untuk mendapatkan uang yang banyak akan sirna.

"kenapa Ibu mengirimku ke sana?" Keisha bukan menjawab pertanyaan dari ibu tirinya tetapi ia malah balik bertanya.

"Bukankah sudah aku katakan. Semua itu adalah tanggung jawab mu! Dan kamu harus menyelesaikan semua tanggung jawabmu dengan baik. Semua itu adalah bayaran atas semua uang yang sudah kamu habiskan bersama ayahmu!" Maulida kembali tersulut emosi dan mulai memarahi Putri tirinya.

"Tetapi aku masih ingin sekolah Bu!" Kesya belum bisa menerima keinginan dari ibu tirinya. Selama ini dia tetap menerima semua siksaan yang diberikan Ibu tiri kepada dirinya. Semua itu ia lakukan agar Maulida masih mengizinkannya untuk pergi ke sekolah. Tetapi saat hal seperti ini terjadi maka Keisha tidak bisa menerima lagi. Sebab satu-satunya harapan gadis Malang itu adalah sekolah.

"Jangan membantah! Kamu harus segera pergi ke rumah itu dan lakukan pekerjaan seperti yang mereka suruh. Jika kamu berani melanggar semua itu maka kamu akan tahu akibatnya," Maulida masuk ke dalam rumah lalu mengambil barang-barang yang diperlukan oleh Keisha dan memasukkannya ke dalam sebuah tas. Setelah itu wanita paruh baya keluar dari rumah kemudian melemparkan tas yang berisi pakaian dari Keisha.

"ini semua pakaianmu! Pergi dan lakukan pekerjaanmu!" Maulida berbalik lalu membanting pintu dengan keras. Keisha tidak bisa berkata apa-apa lagi Dia hanya bisa merenungi nasib dan juga kesedihannya sendiri. Gadis Malang itu terduduk di tanah sambil memeluk tas pemberian dari ibu tirinya. Dia mulai menangis, menangis karena impian sang ibu melihat dirinya menjadi wanita yang sukses karena kepintaran dan juga bakat yang dia miliki kini telah hancur. Menangis karena harapan satu-satunya yang selama ini bersembunyi di dalam hati kini juga telah sirna. Menangis melihat kekejaman dunia yang terus menyiksa dirinya sehingga Ia tidak mampu berbuat apa-apa. Ancaman dari sang ibu membuat Keisha tidak berdaya. Dengan terpaksa ia harus menuruti semua permintaan ibu tirinya. Gadis malang itu terus menangis, air matanya tumpah membasahi wajahnya yang mungil. Pak Burhan yang mengantarkan keisha kembali pulang ke rumah itu merasa iba dan juga merasa kasihan melihat nasib yang diderita oleh Keisha.

Pak Burhan yang merasa kasihan dengan keadaan yang menimpa Gadis itu turun dari dalam mobil selalu mendekati Keisha.

"Apakah kamu baik-baik saja Nak?" tanya Pak Burhan kepada Keisha yang masih menangis di sana. Mendengar pertanyaan dari Pak Burhan Geisha menghapus air matanya lalu menatap ke arah pria paruh baya itu.

"iya Pak! Aku tidak apa-apa!" jawab gadis Malang itu mencoba menutupi kesedihan yang ada di dalam hatinya.

"Mari kita segera pulang!" Pak Burhan tidak ingin jika Keisha mendapatkan masalah yang lebih besar jika dia terlambat untuk kembali ke rumah besar itu. Kesya mencoba bangun dari duduknya sambil membawa tas yang berisi pakaian kemudian ia masuk ke dalam mobil. Pak Burhan segera meninggalkan rumah tersebut Untuk Kembali menuju kediaman harmadi.

Ketika tiba di sana, bi Siti sudah menunggu kehadiran mereka. Lalu wanita paruh baya itu membawa Keisha untuk masuk kedalam sebuah kamar pelayan yang terletak di bagian belakang. Gadis belia itu terus mengikuti langkah kaki bik Siti. Hingga mereka berhenti di sebuah kamar yang kecil. Tetapi bagi Keisha ini adalah kamar yang sangat besar.

"Ini adalah kamarmu! Kamu bisa beristirahat di sini!" bi Siti menjelaskan kepada Keisha.

"oh ya, kamu juga bisa pergi ke sekolah! Semua itu adalah keberuntungan bagi mu. Jangan sia-siakan kesempatan!" keysia tidak percaya dengan apa yang baru ia dengar. Bukankah dia harus bekerja selama 24 jam di rumah besar itu. Lalu kenapa bi Siti memberi tahu bahwa dirinya boleh pergi ke sekolah.

"Apa bi?" dengan wajah penuh keceriaan Keisha bertanya kembali kepada kepala pelayan kediaman harmadi. Bi Siti hanya tersenyum, dia juga merasa senang mendengar keputusan dari nyonya harmadi yang mengijinkan Keisha tetap bisa bersekolah.

"Bibi juga tidak tahu kenapa nyonya harmadi memberi keringanan kepada mu! Semoga keberuntungan selalu menyertai dirimu!" jawab bik Siti sambil tersenyum. Tanpa disadarinya Karena rasa bahagia Kesya memeluk wanita paruh baya itu. Gadis belia itu merasa sangat bahagia, dia sampai mengira bahwa bi Siti adalah orang terdekatnya. Setelah menyadari kekeliruannya barulah Bilqis melepaskan pelukan dari wanita paruh baya itu. Dia mundur perlahan sambil menundukkan kepala.

"Tidak apa-apa nak! Jika kamu merasa nyaman anggap saja kalau bibi ini adalah ibumu!" ucap Siti, wanita paruh baya itu juga merasa senang dengan sikap Keisha yang polos dan juga baik hati.

"terima kasih bi!" balas Kesya dengan bahagia. Ternyata impian Dan harapannya tidak hancur begitu saja. Impian dan harapan menjadi orang yang sukses meraih cita-cita dengan bersekolah kini kembali hadir memenuhi relung hatinya. Meski ia tidak tahu alasannya tetapi Kesya sangat berterima kasih kepada nyonya hermadi yang telah memberikan kesempatan bagi dirinya untuk tetap melanjutkan sekolah.