Chereads / Diana Dan Nadia (Jangan Ambil Milikku!) / Chapter 2 - 2. Pertarungan Sengit

Chapter 2 - 2. Pertarungan Sengit

Sedangkan Rendi dan Nadia sudah bersiap memasang kuda-kuda. Mereka meloncat-loncat mencari posisi yang tepat.

Priitt...

Peluit telah berbunyi, tanda pertarungan ini telah di mulai.

Nadia segera memutar tubuhnya dan mengangkat kakinya. Dengan cepat ia mendaratkan tendangannya ke kepala Rendi hanya satu tendangan saja.

"Hiyaaa...!!!" teriak Nadia lantang.

Dan brukk....

Rendy terpental, kemudian jatuh tersungkur.

"Hah??"

Semua terkejut dengan aksi Nadia, hanya dengan satu tendangan, Rendi seketika terpental dan tersungkur.

"1, 2, 3 ,4 ,5...!!"

"Rendi ayo bangun Rendi, Rendi bangunlah!!!" teriak para murid yang memihak Rendi.

Namun kali ini Rendi tidak sadarkan diri karena tendangan dari Nadia.

"6, 7, 8, 9...!! Rendi bangunlah, kenapa kau begitu payah!" kata Renald sembari menepuk-nepuk wajah Rendi. Namun Rendi tidak bergerak sedikitpun.

"10....! pemenangnya adalah Nadia!!" teriak Renald sembari mengangkat tangan Nadia.

"Yes, aku menang!! mana uangnya?" kata Jovan meminta uang taruhan kepada Ricky.

Dengan berat hati Ricky mengambil uang seratus ribuan itu dari sakunya, dan memberikannya kepada Jovan.

"Muaachh, memang gadis itu benar-benar membawa keberuntungan!" kata Jovan sembari mencium uang hasil taruhannya itu.

Sementara Ricky, ia mengusap-usap kepalanya hingga rambutnya berantakan. "Pria itu begitu payah. Bukankah mereka bilang dia pelatih taekwondo, tapi kenapa dengan mudah ia terpental begitu saja? Arghh..."

Rachel segera berlari memeluk Nadia, "Yeay... akhirnya kau menang, kau benar-benar sangat hebat Nadia!!"

Mereka berdua akhirnya berpelukan, semua murid yang memihak Nadia seketika bersorak-sorai gembira karena kemenangan Nadia.

'Nadia, syukurlah' batin Diana sembari menghela nafasnya, karena ia sangat takut jika Nadia akan dihukum.

"Kau, kakak OSIS, tiga hari ke depan aku akan terbebas dari hukuman apapun kan? ini sesuai dengan syarat yang sudah di tentukan!" tanya Nadia kepada Renald.

"Hemm baiklah, aku kalah!" terang Renald, dan membiarkan Nadia pergi begitu saja.

"Hei Renald bagaimana kau membiarkan ini terjadi?" teriak Bunga anggota OSIS yang lain saat mengetahui keputusan Renald.

"Mau bagaimana lagi, aku terlanjur menyetujui syaratnya!" jawab Renald pasrah.

Setelah menjalani berbagai aktivitas dan kegiatan, merekapun akhirnya masuk ke kelas mereka masing-masing secara acak. Alangkah bahagianya Rachel saat mengetahui dirinya satu kelas dengan Nadia.

"Hai Nadia, kita sekelas!!" teriak Rachel senang.

"Hah benar. Bukankah ini pertanda kita teman sejati?" terang Nadia.

"Baiklah mulai sekarang, kita teman sejati!" terang Rachel mengulurkan jari kelingkingnya tanda untuk berjanji.

Nadia dengan semangat meraih kelingking Rachel dengan kelingkingnya. "Baiklah, kita teman sejati!"

Namun Diana, ia tidak sekelas dengan Nadia. Sikap pendiamnya membuatnya sulit mendapat teman. Bahkan ia lebih terlihat angkuh. Namun Diana menikmati kesendiriannya, menurutnya sendiri itu tenang.

...

Ardian, seorang pengusaha sukses. Ia memiliki anak laki-laki yang tumbuh dengan sempurna. Jovano Ardian dan kakaknya Jonas Ardian. Jovan terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan, bahkan rumahnya ia jadikan seperti dealer. Jovan menyukai motor, dan ia mengoleksi berbagai jenis motor. Di antaranya adalah motor sport. Menjadi anak tunggal satu-satunya membuatnya merasa sangat kesepian. Bahkan ia sering melampiaskannya dengan sering pulang malam dan menghabiskan waktunya di luar rumah, karena jika berada di rumah terlalu lama, ia kembali merasa kesepian.

Untung saja ia berteman dekat dengan Ricky dari waktu mereka SMP. Bahkan sampai mereka beranjak SMA, mereka di takdirkan untuk tetap menjadi teman. Namun hal yang tak di sangka terjadi. Jovan dan Ricky di tempatkan di kelas yang berbeda. Hal itu membuat Jovan merasa sangat bosan. Dan berbuat semaunya.

Tett..tet...

Bel pulang sekolah telah berbunyi, para murid bersiap untuk pulang. Begitu juga dengan Nadia dan Rachel, mereka akan memutuskan untuk pulang bersama.

"Nadia, ayo pulang. Mas Angga sudah menjemput kita!" terang Diana yang mengajak Nadia untuk pulang bersama.

"Ah, kau pulanglah dulu. Aku akan pulang bersama Rachel!" teriak Nadia.

"Kau ini, jika ayah menanyakanmu. Aku tak akan menanggungnya!" terang Diana meyakinkan Nadia agar ikut dengannya.

"Terserah kau sajalah!" jawab Nadia sembari meninggalkan Diana.

"Hah, benar-benar menyebalkan!" gerutu Diana sembari masuk ke mobilnya.

Sementara Nadia dan Rachel, mereka masih berada di area sekolah karena keasyikan bercengkrama. Pertemuan pertama mereka membuat mereka lupa waktu, mereka terus saja mengobrol. Namun langkah mereka terhenti saat melihat, beberapa orang sedang menahan seorang pria yang terlihat cupu. Dan tak lain lagi pria itu adalah Arsya, pria yang permennya di rebut oleh Nadia beberapa hari yang lalu. Dan ia pun sebenarnya juga sekelas dengan Nadia.

Nadia dan Rachel tidak sengaja mendengar perbincangan mereka.

"Hei kau, bukankah kau anak baru. Serahkan uangmu kepada kita, kau harus membayar setiap hari untuk kita!" terang salah seorang pria.

"Maafkan aku kak, aku tidak memiliki banyak uang, ini hanya uang ongkosku untuk pulang!" terang Arsya sembari menundukkan kepalanya.

"Hei, kau sangat berani. Apa kau tidak tahu kita ini siapa? kita adalah genk paling di takuti di sekolah ini. Cepatlah berikan uangmu!" teriak mereka sembari mencengkeram kerah baju Arsya.

"Ampun kak, aku benar-benar tidak memiliki banyak uang!" jawab Arsya ketakutan.

Nadia mengepalkan tangannya, ia benar-benar merasa geram saat melihat aksi kakak kelasnya yang memeras orang seenaknya saja. Nadia adalah wanita yang paling benci dengan ketidak adilan, maupun mereka yang tertindas. Dengan cepat Nadia berlari menghampiri mereka.

"Nadia, kau akan kemana?" teriak Rachel khawatir.

Akan tetapi Nadia tetap saja melangkahkan kakinya, mendekati segerombolan orang itu.

"Hei kalian, apa yang kalian lakukan?" teriak Nadia kesal.

Seketika mereka semua menatap ke arah Nadia. Mereka beranggapan kali ini Nadia telah menganggu aksi mereka. Namun ketika mereka melihat Nadia, mereka seketika terkesima dengan kecantikan Nadia. Meskipun Nadia berpenampilan biasa-biasa saja, aura wajahnya selalu membuat orang mengaguminya.

"Wah dia gadis yang sangat menarik, kenapa kau ada di sini? ini bukanlah tempatmu adek manis. Pulanglah, ayahmu sedang menantimu!" kata Stefan, ketua genk tersebut. Mereka tertawa terbahak-bahak mengejek Nadia yang mereka rasa terlalu ikut campur.

"Hei, kau Marsha, pergilah. Jangan hiraukan mereka!" teriak Nadia.

"Namaku Arsya bukan Marsha, bagaimana kau bisa memanggilku seenaknya" jawab Arsya.

"Sudahlah kau pergi saja!" paksa Nadia.

Namun mereka semua tampak mulai geram dengan aksi Nadia.

"Heh, siapa kau berani-beraninya menghalangi aksi kami. Oh atau kau akan menggantikannya untuk memberikan uang pajak kepada kami!" teriak Stefan geram.

"Hei kau jangan banyak bicara, lepaskan Marsha. Dia temanku!" terang Nadia.

"Hah, sepertinya kau memang sengaja mencari gara-gara dengan kami!" teriak Stefan sembari akan menarik kerah baju Nadia. Namun dengan sigap Nadia menarik tangan Stefan, membalikkan badannya dan membanting Stefan begitu saja.

Brukk...

"Ahhh....!" teriak Stefan karena merasakan sakit yang luar biasa pada pinggangnya.

"Stefan, apa kau terluka?"

"Stefan apa kau baik-baik saja?"