Chereads / Apologize To Love / Chapter 26 - Sakit Hati

Chapter 26 - Sakit Hati

Kenkyo mendudukkan diri pada sofa, di samping guci, tersenyum-senyum karena mendengar suara wanita yang menjadi sandaran Kenkyo selama ini.

Sudah lama mertuanya tidak menelepon. Bukan hanya anak-anak yang rindu, Kenkyo sebagai menantu pun turut merasa begitu.

"Keadaan kami di sini baik-baik saja, Okaa-san. Tapi, cucu-cucu Anda membuat saya pusing akhir-akhir ini."

"Oh iya, di mana cucu-cucuku? Tumben Ken sama Kyo tidak ada suaranya. Mereka biasanya ribut kalau aku sedang menelpon kalian." Suara wanita tua dari seberang telepon. Dia adalah mertua Kenkyo, yang juga adalah nenek dari si kembar Kensuke dan Kyosuke.

Di seberang telepon, Nyonya Yukiko bisa mendengar menantunya menghela napas lelah.

"Mereka lagi kumat labil, Okaa-san. Sepertinya masalah perempuan. Ken sama Kyo suka pada satu perempuan yang sama, tetangga baru saya di sini." Kenkyo menjawab pertanyaan mertuanya secara lembut. Hanya wanita tua itu orang tua bagi Kenkyo.

Nyonya Yukiko terkekeh di seberang telepon. Tidak menyangka jika cucu-cucunya sudah mengenal rasa suka dan cinta. Nyonya Yukiko sepertinya ketinggalan banyak berita. Dia jadi ingin sekali segera datang ke Indonesia untuk bertemu cucu-cucunya yang tampan itu.

"Omong-omong ... gadis mana yang sudah berhasil membuat Takahashi's Twin galau?"

"Salah satu tetangga saya di sini, Okaa-san. Gadis itu dan keluarganya baru pindah kemarin, langsung masuk di sekolah si kembar. Kata Ken, gadis itu sekelas sama dia."

"Ah ... jadi seperti itu ternyata. Aku merasa jika baru kemarin aku mengganti popok mereka, tapi sekarang mereka sudah bisa meributkan tentang perempuan."

"Hahaha ... cucu-cucu Anda sekarang sudah beranjak remaja, Okaa-san." Kenkyo menyahuti sambil tertawa pelan.

Di seberang telepon, sepertinya Nyonya Yukiko juga sedang mengumbar tawa kecil. Mereka berdua memang mertua dan menantu yang kompak.

"Oh iya, mau berbicara dengan Ken atau Kyo dahulu, Okaa-san?"

"Kensuke dahulu, baru Kyosuke. Aku ingin berbicara sesuatu yang penting kepada Kyosuke nanti, jadi sekarang bicara pada Kensuke dulu saja." Nyonya Yukiko menjawab dari seberang telepon.

Kenkyo tak sadar mengangguk—lupa jika mertuanya di seberang telepon tidak bisa melihat. Kenkyo menjauhkan gagang telepon lantas berteriak memanggil satu putranya.

"Ken-chan, turunlah! Obaa-san mau berbicara padamu sekarang!"

Derap langkah tergesa menuruni tangga terdengar jelas di telinga sensitif Kyosuke. Dia saat ini meringkuk di dalam selimut, berusaha mengabaikan pekikan girang Kensuke ketika suara nenek mereka bertanya kabar.

Lampu kamar Kyosuke sudah mati, memberi sugesti pada orang luar bahwa bisa jadi dia tertidur lelap. Niat awal memang demikian jika semenit lalu dia tak acuh dengan dering telepon rumah—panggilan dari sang nenek di luar negeri.

Dari tadi, Kyosuke memang menyimak, dan mendapati Kensuke adalah yang ibu mereka panggil pertama membuat Kyosuke seketika tersedak ludah sendiri. Dia ingin tidur saja, tapi sekarang, mata Kyosuke justru menolak terpejam dan tangannya terkepal aktif memukul dada.

Sakit. Sakit sekali di dalam hatinya. Menjadi nomor dua ternyata tak enak sama sekali, batin Kyosuke.