Kyosuke menyambut bantuan Arka menaiki bangunan kubus berbahan dasar pipa besi. Ketika masih kecil, mereka selalu bermain di sini, terlebih bila angin sedang kencang berembus.
Biasanya Arka akan membawa tiga layangan yang dia buat sendiri. Lalu, mengajak Kensuke dan Kyosuke yang saat itu berusia 7 tahun untuk ikut bersamanya.
Lalu, mereka bertiga akan bersama menghabiskan hari menjaga layang-layang tetap di angkasa, dengan jarak makin tinggi tiap tarikannya. Beranjak remaja, kegiatan itu sudah jarang dilakukan. Mereka lebih sering mengerjakan tugas sekolah, meskipun kegiatan hanya berlangsung sebentar. Selebihnya, mereka menghabiskan waktu untuk bermain di warung internet.
Kyosuke duduk sambil melipat lulut sejajar dada, menumpu telapak tangan untuk menopang dagu. Kyosuke memandang kosong tanah lapang minim ilalang. Pikirannya berkecamuk, mencipta andai-andai menyakitkan.
Kyosuke benci menjadi remaja yang tidak berguna. Dia juga sebenarnya benci untuk menunjukkan kelemahan yang selalu dia sembunyikan rapat.
Kyosuke hanya ingin menjadi kuat tanpa harus memiliki rasa egois, tanpa harus mengabaikan hal-hal berharga—sekecil apa pun.
Kyosuke sering mengalihkan cemburu setiap ada anak perempuan di kelas memuji betapa tampan dan pintarnya seorang Kensuke, berulang-ulang menominasikan kakak kembarnya sebagai pria idaman dan murid teladan di sekolahan mereka.
Kyosuke paham jika teman seusianya memang wajar beranggapan demikian, wajar juga merasa risih akan sesuatu yang bagi Kyosuke terlihat mengganggu.
Jadi, berdasar prinsip membuang pikiran buruk, Kyosuke memilih mengikuti Arka yang begitu bebas dengan cara memberontak aturan—mencari kesenangan sementara. Tidak jarang juga Kyosuke terlibat perkelahian antar pelajar bersama Arka.
Lalu, permintaan Kyosuke agar membantunya tadi juga hanya bualan, untuk mencegah penyakit hati makin berkembang. Kyosuke menyembunyikan kelehamah, yang selalu merasa iri dengan saudara kembarnya. Padahal, sebelum ini mereka sangat dekat. Kyosuke merasa jika Kensuke berubah sejak Kensuke melarang Kyosuke untuk berkelahi lagi. Sejak saat itu, Kensuke seperti terlalu mengatur hidup Kyosuke.
Kyosuke tahu jika Kensuke menyimpan perasaan yang sama pada tetangga sekaligus kawan baru mereka, dan Kyosuke tak mau bertindak curang seperti pengecut dengan cara mengandalkan bantua Arka. Permintaan Kyosuke tadi tidak sungguh-sungguh.
Kyosuke percaya diri bisa melakukan pendekatan tanpa bantuan orang dekat. Kyosuke tidak sepengecut itu. Permintaan yang tadi hanya agar mengobati rasa sakit hatinya pada Kensuke.
Meniru posisi Kyosuke, Arka turut menatap bawah. Ia lebih senang dalam keramaian daripada sunyi. Namun untuk kali ini, Arka bersedia menutup mulut demi memberi Kyosuke waktu.
Terbawa suasana hening, Arka mulai mengingat masa dulu, hari ketika Arka mengerti sesakit apa dikhianati oleh sosok kepercayaan. Dia pernah mengalaminya. Dan Arka juga seperti Kyosuke yang mencari kesenangan lain dengan jalan yang salah. Tapi, mereka senang melakukan hal itu.
"Bang Ar, tahu jauhnya jarak bumi dengan bulan?"
Pertanyaan Kyosuke memutus nostalgia. Arka mengikuti telunjuk remaja tampan yang mengarahi rembulan separuh bersinar terang. Warna suram menyeluruh. Hilang sudah kelompok awan yang sebelumnya menghias langit, dan kini memberi warna abu-abu gelap.
Arka menggidik bahu. Mana Arka tahu. Saat pelajaran IPA sewaktu Sekolah Menengah Pertama saja kerjanya hanya tidur atau coret-coret kertas asal, dan tidak memperhatikan pelajaran.
"Satu juta kilometer. Mungkin," jawab Arka asal. Dia bersiap menerima cubitan atau sikutan dari Kyosuke. Remaja yang sudah Arka anggap adik itu memang selalu kasar pada siapa pun.
Namun, tidak sesuai bayangan Arka tadi. Ketika Arka menoleh ke arah Kyosuke, Kyosuke malah diam dan seperti melamun. Arka tidak pernah melihat si hyperaktif Kyosuke menjadi sangat tenang seperti saat ini. Dan ini membuat Arka semakin khawatir.
"Oii ... Kyosuke!"