Arka menggidik bahu. Mana Arka tahu. Saat pelajaran IPA sewaktu Sekolah Menengah Pertama saja kerjanya hanya tidur atau coret-coret kertas asal, dan tidak memperhatikan pelajaran.
"Satu juta kilometer. Mungkin," jawab Arka asal. Dia bersiap menerima cubitan atau sikutan dari Kyosuke. Remaja yang sudah Arka anggap adik itu memang selalu kasar pada siapa pun.
Namun, tidak sesuai bayangan Arka tadi. Ketika Arka menoleh ke arah Kyosuke, Kyosuke malah diam dan seperti melamun. Arka tidak pernah melihat si hyperaktif Kyosuke menjadi sangat tenang seperti saat ini. Dan ini membuat Arka semakin khawatir.
"Oii ... Kyosuke!"
Terkesiap. Kyosuke buru-buru menjatuhkan tangan, mengepalkan kuat. Cerobohnya dia sehingga sampai tertangkap sedang basah asyik dengan dunia khayal. Kyosuke mendekat tempat Arka duduk sebelum berteriak keras tepat di telinga tetangga lelakinya itu.
"Tiga ratus delapan puluh ribu kilometer!"
"Astaga!! Suaramu cempreng sekali, Kyo! Kau berniat untuk menyiksaku, huh?!" Arka bersungut marah. Dia menjauh sambil mengusap telinga. Bisa tuli dia lama-lama.
"Katanya ingin membuat grup vokal bersama Ken?! Suaramu itu tidak dapat ditolerir, Kyo! Sangat jelek!!"
"Kak Ar!! Kenapa jadi bela Ken lagi sih?!" Kyosuke menggerutu, kesal. Dia pura-pura marah sambil mengerucutkan bibir.
Arka jadi sedikit merasa bersalah. Arka mendekat ke arah Kyosuke hanya untuk menepuk pucuk kepala Kyosuke.
"Jangan pundung, Kyo! Tapi, itu 'kan memang cita-cita kalian, heh?!"
"IYA! TAPI, AKHIR-AKHIR INI KEN SANGAT MENYEBALKAN!!" Kyosuke sekali lagi berteriak, tepat di telinga Arka.
Arka langsung mundur kembali sambil ngomel-ngomel. Arka mengatakan jika suara Kyosuke itu sangat sumbang.
Kyosuke malah tertawa. Itu tawa pertamanya di hari yang menurutnya setengah berat ini. Menjahili Arka memang ampuh mengembalikan mood bagi Kyosuke.
Kyosuke menggapai-gapai jaket kain lengan panjang milik Arka, menariknya mendekat paksa. Masih cegukan—akibat tawa yang belum tuntas—dia mengucap maaf juga rayuan basi seperti.
"Aku hanya bercanda. Habisnya Kak Ar sangat lucu kalau terkejut."
Arka merenggut. Sebagai balasan dia menjambak rambut Kyosuke, yang sukses mengundang desisan.
Arka memelet lidah kemudian iseng menghalangi hidung Kyosuke menghirup udara. Arka memencet hidung mancung Kyosuke. Selama empat detik bertahan, Arka menghentikan kegiatan itu karena Kyosuke menyikut perutnya secara kejam.
Ganti Arka yang tertawa melihat pemuda itu panik menarik napas.
"Makanya jangan nakal sama aku, Kyo! Mau lagi? Nanti aku kasih bonus aroma sedap dari ketiak, nih."
"Jorok!"
Keduanya cekikikan. Sejenak lupa masing-masing baru terluka, satu oleh praduga, satu lagi oleh potongan memori.
Bibir Arka terbuka, ia lebih dulu menghela karbon dioksida. Ia mendongak, memandangi gemintang tunggal di bagian selatan. Ia ingat nama gemintang itu adalah Fomalhaut, Si Biru yang kesepian.
"Kyo ...." panggil Arka.
Kyosuke menoleh, menaikkan alis.
"Besok-besok kalau kau mau nangis, tak perlu malu apalagi sok menahan kayak tadi. Menangis bukan tanda lemah, kok." Arka menepuk punggung tangan Kyosuke, seolah dengan berlaku demikian Arka menyalurkan kekuatan. Ia tersenyum hangat.
"Kalau berat, kau tinggal panggil aku saja, Kyo. Ku akan gendong kau di punggung lagi, lalu kita duduk di sini."
Kyosuke tak berpaling meski mata mulai memanas. Kyosuke mau mempercayai ucapan laki-laki yang terus mendukungnya walau tersembunyi di balik sikap usil dan kegemaran memancing debat.
"Iya."
Arka menyeka bulir bening di sudut mata Kyosuke kembali. Posisinya berubah menyamping agar lebih leluasa menghalangi tetes air menjejak garis pada pipi. Ia melebarkan senyum hingga gigi terlihat jelas.
"Kau tidak sendirian, Kyo. Aku tidak akan membiarkanmu merasa kesepian ketika kau sedang bertengkar dengan Ken seperti saat ini. Karena Kyosuke juga pantas dikelilingi orang-orang baik yang tulus menyayangimu. Sama halnya dengan Ken. Paham, 'kan?"