"Kenapa kalian main pergi saja tadi? Untung saja para tetangga kita tidak protes tadi. Kalau iya, Okaa-san akan malu, Sayang! Tingkah kalian ini seperti tidak diberi pendidikan."
"Kami memang tidak pernah dididik oleh otou-san, Kaa-san. Bahkan, kami saja tidak tahu beliau di mana." Si bungsu yang menyahut.
Di sampingnya, Kensuke langsung memberi tatapan tajam pada adiknya.
"Jaga bicaramu, Kyo!! Aku tidak suka kau membahas hal itu lagi!!"
"Jangan munafik, Ken! Bukankah kau juga penasaran mengenai ayah kita, huh?!"
Perdebatan kedua putranya itu membuat Kenkyo menjadi sedih. Dia tidak pernah benar-benar menceritakan tentang Shinsuke, yang sebenarnya masih berada di rumah sakit jiwa, kepada anak-anak mereka. Kenkyo memikirkan perkembangan kejiwaan kedua putranya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!! Okaa-san sedang memarahi kalian saat ini!!"
Baru melewati pintu setelah mengantar tamu pulang, si kembar Kensuke dan Kyosuke langsung disambut omelan dari ibunya. Kensuke menunduk. Remaja tampan itu merasa benar-benar bersalah. Kensuke tidak berani menatap mata ibunya.
"Okaa-san, Kyo mengantuk. Kyo mau istirahat dulu, ya?" Kyosuke menguap. Matanya setengah tertutup. Kyosuke malas membahas pertengkarannya dengan Kensuke tadi.
Kenkyo mengusap wajahnya, berusaha meredam emosi berlebih. "Ya sudah. Istirahat sana! Besok kalian sekolah, 'kan? Pintu sama jendela biar aku yang kunci."
Kedua putra Takahashi itu serempak patuh, berjalan dengan jarak lebar menuju lantai dua.
"Heran, punya dua anak sama-sama tukang pundung." Kenkyo menggeleng tak percaya. Menjadi single parent sepertinya ternyata sangat sulit.
Kenkyo jadi memikirkan protesan dari Kyosuke tadi. Apakah ini sudah waktunya untuk menceritakan pada si kembar tentang ayah kandung mereka berada saat ini?
Lamunan Kenkyo berhenti saat telepon berbunyi. Kenkyo langsung melompat ke sofa. Mengangkat gagang telepon, suara mertuanya langsung menyapa indra pendengar.
"Moshi-moshi!"
"Moshi-moshi! Bagaimana kabarmu, Sayang? Bagaimana kabar si kembar juga?"
Kenkyo mendudukkan diri pada sofa, di samping guci, tersenyum-senyum karena mendengar suara wanita yang menjadi sandaran Kenkyo selama ini.
Sudah lama mertuanya tidak menelepon. Bukan hanya anak-anak yang rindu, Kenkyo sebagai menantu pun turut merasa begitu.
"Keadaan kami di sini baik-baik saja, Okaa-san. Tapi, cucu-cucu Anda membuat saya pusing akhir-akhir ini."