Kamar Kyosuke menunjukkan kesan imut yang kental, lain dengan Kensuke yang lebih dominasi warna biru-putih bergaris ungu gelap. Dia tidak banyak menyimpan atau memasang barang. Satu-satunya hal sebagai penghias hanya sebuah pot tanpa tanaman yang Kensuke letakkan bawah rak buku. Pot hadiah ulang tahun ke lima belas dari sepupu jauhnya.
Kensuke ingat waktu itu langsung menyiram saudaranya setelah membuka kado dengan kertas dobel, bentuk kekesalan akan tingkah usil sang sepupu jauhnya. Meski demikian, dia bersedia menyimpan hadiah tersebut setelah dibujuk traktiran sebulan penuh oleh sang sepupu jauh.
"Enggak mau ngomong, huh? Bentar lagi enam belas loh, Kyo. Masih kayak anak kecil aja suka ngambekan kamu?"
Terganggu akan ocehan saudara kembarnya, Kyosuke turun dari kusen jendela. Dia berjalan mengentakkan kakinya, menusuk bahu Kensuke menggunakan jari telunjuk.
"Karena kamu, Ken! Sifatmu yang cuek sama sekeliling itu sudah membuat aku sakit hati tahu! Apa-apaan asyik mengobrol sama Rini tapi aku tidak diajak-ajak?! Kamu ingat 'kan jika selama ini kita selalu menghadapi susah senang bersama, Ken?
"Lalu, kenapa sekarang kamu berubah, Ken? Kamu bahkan tidak mengenalkan adik sendiri sama temanmu. Coba dong pikir pakai otak, bagaimana perasaanku waktu itu, Ken?! Kamu selalu begitu ... fokus ke diri sendiri, bodo amat walau kembarannya disakiti. Kamu sudah bukan kakak yang baik bagiku lagi, Ken."
Kyosuke berkata dingin. Jika seperti ini, terlihat jelas jika Kyosuke yang sangat butuh perhatian. Hidup tanpa kasih sayang seorang ayah sejak kecil, membuat Kyosuke kerap kali mengemis perhatian pada orang lain. Sangat berbeda dengan Kensuke yang terlihat lebih dewasa.
Seperti saat ini, Kensuke sama sekali tak terkejut akan protesan yang dilontarkan oleh adik kembarnya. Dugaannya tepat sasaran. Kyosuke merasa cemburu.
Kensuke mengulas seringai. Di lalu berkata bernada menantang.
"Oh? Jadi, hanya gara-gara itu, Kyo? Duh, begini ya, Kyo ... harusnya kamu kenalan sendiri lah! Atau jangan-jangan kamu takut jika Rini tidak menanggapi semanis dia menjawab semua kalimatku, 'kan?" goda Kensuke, semakin menjadi.
"Sialan kau, Ken!!" Kyosuke mencengkeram kerah baju Kensuke, matanya melotot. Namun dibanding tatapan tajam Kensuke, aksi marahnya tak ada apa-apanya.
Sekarang saja kembaran Kyosuke itu malah santai asyik bersiul. Ancaman dari Kyosuke sama sekali tidak berpengaruh pada Kensuke kapan pun.
Brak!!
Suara berdebam mengalihkan mereka.
Kenkyo berkacak pinggang, rahangnya mengeras dan mereka berdua yakin hukuman kejam segera tiba. Tanpa Kenkyo harus mendekat, Kensuke serta Kyosuke menghampiri dia sambil menunduk takut.
Tangannya Kenkyo terangkat—tampak begitu mengancam—lantas menjewer kuat telinga kedua anak bandelnya itu.
To be continued ....