"Empat. Ada teman-temannya okaa-san juga. Kata mereka, dia mau jodohkan anak perempuannya sama salah satu dari kalian. Makanya, entar kalau kalian ketemu berlaku yang sopan, ya? Lumayan, keluarga mereka kaya."
Muka Kensuke memanas. Apa-apaan?! Menghindari kedipan menggoda sang ibu, Kensuke bergegas menandaskan susu kotak. Ia lempar kotak kosong tersebut yang untung masuk tong sampah pojok dapur, lantas pamit masuk kamar, meninggalkan Nyonya Kenkyo dengan cekikikan seram.
"Kalau sampai malam Kyo belum keluar juga, kamu samperin adikmu ya, Ken? Okaa-san mau mampir bentar ke tempat Bu RT buat bayar arisan," ujar Nyonya Kenkyo sebelum si sulung hilang di tangga lantai dua. Dia sudah belasan tahun tinggal di Indonesia ini, jadi dia juga sudah menjadi warga Indonesia sejak lama.
"Iya ...." Meski Kensuke mengiyakan, tapi sebenarnya dia malas melakukan perintah ibunya itu. Kensuke bahkan tidak tahu alasan adik kembarnya bersikap dingin sejak tadi.
***
Pukul 18.10 waktu setempat, Kensuke baru selesai mandi. Dia ambil kucir yang sama seperti siang tadi lalu mengikat sebagian rambutnya tinggi-tinggi. Sejak ibunya pergi keluar, Kensuke belum lagi melihat adik kembarnya.
Kyosuke masih mengurung diri, sebab demikian sekarang Kensuke membuka pintu kamar Kyosuke tanpa permisi.
"Salah apa aku sampai kau ngambek begini?" tanyanya langsung.
Kyosuke bergeming. Ia tetap duduk melamun di kusen jendela, menatap kosong pohon jambu yang tak pernah berbuah.
Kensuke mengambil langkah mendekat. Dia berdiri menyandar pada dinding dengan banyak striker bertema langit biru. Di samping kanan, terdapat lemari penuh coretan spidol dan tipe-x hasil karya mereka berdua saat usia lima tahun.
Kyosuke selalu menolak mengganti lemari itu, katanya sebagai bentuk kenang-kenangan jika salah satu dari mereka memutuskan pergi merantau atau sekedar kembali ke negara asal merekam
Kensuke mengedar pandang. Lampu LED kecil terpasang atas kumpulan foto kebersamaan Kyosuke dengan kawan-kawannya, tepat tiga puluh senti dari letak pigura besar berisi potret keluarga. Tanpa sosok seorang ayah. Hanya si kembar dan ibu mereka.
Bergeser ke meja belajar sekaligus tempat penyimpanan action figure. Kensuke melihat satu-dua notes bertulis catatan materi sudah tercoret tanda centang—artinya selesai dipelajari. Di meja itu, ada kotak khusus untuk Kyosuke meletakkan skincare-nya. Kata Kyosuke meski cowok, tapi tetap harus merawat kulit.
Jika mereka berdua tengah kumat akur, dia biasanya dipaksa memakai berbagai jenis skincare tersebut yang mana Kensuke tolak mentah-mentah. Bagi Kensuke, skincare-an hanya dilakukan oleh cewek.
Kamar Kyosuke menunjukkan kesan imut yang kental, lain dengan Kensuke yang lebih dominasi warna biru-putih bergaris ungu gelap. Dia tidak banyak menyimpan atau memasang barang. Satu-satunya hal sebagai penghias hanya sebuah pot tanpa tanaman yang Kensuke letakkan bawah rak buku. Pot hadiah ulang tahun ke lima belas dari sepupu jauhnya.
Kensuke ingat waktu itu langsung menyiram saudara jauhnya setelah membuka kado dengan kertas dobel, bentuk kekesalan akan tingkah usil sang sepupu jauh. Meski demikian, dia bersedia menyimpan hadiah tersebut setelah dibujuk traktiran sebulan penuh oleh sang sepupu jauh.
"Enggak mau ngomong, huh? Bentar lagi enam belas loh, Kyo. Masih kayak anak kecil aja suka ngambekan kamu?"
To be continued ....