Chereads / Apologize To Love / Chapter 2 - Kerja Paruh Waktu

Chapter 2 - Kerja Paruh Waktu

Sore ini, seperti biasa, Kenkyo menjadi pelayan di sebuah restoran. Mencatat pesanan, mengantar makanan ke pelanggan dan mencuci piring menjadi pekerjaannya setiap sore hingga menjelang malam. Kenkyo melakukan tanpa mengeluh. Sejak ayahnya tak bekerja, kini ia menjadi tulang punggung keluarga.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, sudah saatnya ia pulang. Sebelumnya ia sudah membersihkan seluruh restoran.

Ada senyuman samar tercetak di bibir Kenkyo mengingat hari ini adalah akhir bulan. Saatnya menerima gaji.

Kenkyo mengetuk pintu ruangan bosnya. Ia sudah memanajemen untuk apa saja uang ia habisnya. Selain untuk membeli keperluan sehari-hari, ia juga menyisihkan untuk membayar biaya sekolah.

"Masuklah!" Suara berat dari dalam ruangan.

Kenkyo perlahan masuk dan membungkuk.

"Saya sudah membersihkan semua restoran, dan saya pamit untuk pulang, Bos."

Lelaki yang berada di hadapan Kenkyo mengangguk. Ia mengambil amplop coklat yang sudah ia siapkan di atas meja.

"Ini gajimu bulan ini. Sudah aku potong untuk ganti rugi benda-benda yang kau pecahkan."

Kenkyo menerimanya, ia mengecek nilai uang yang baru ia terima. Hanya beberapa lembar uang puluhan yen. Kenkyo terkejut, nominal ini tak sesuai dengan kerja kerasnya selama ini.

"Maaf, Bos. Bukankah kesepakatan kita dulu Anda membayar saya 500 yen perjam. Berarti selama saya bekerja 4 jam perhari jadi 2000 yen. Saya bekerja di bulan ini selama 26 hari. Seharusnya gaji saya 52.000 yen. Kenapa Anda hanya memberi saya 30.000 yen, Bos?" protesnya.

"Kalau kau tak terima, kau boleh keluar dari sini! Lagipula sudah untung aku mempekerjakan pelajar sepertimu!"

"Maaf, Anda tidak bisa berbuat seperti ini pada saya! Saya bisa menuntut Anda!" ancam Kenkyo.

"Tuntut saja kalau berani! Tapi, asal kau tahu, ayahmu yang duluan akan kutuntut karena membuat keributan di restoran minggu lalu!"

Kenkyo membeku. Ia tak dapat lagi membantah. Ia tak mungkin sanggup jika melihat ayahnya dipenjara.

Minggu lalu ...

Prak!!

Pyar!!

Terjadi kegaduhan di Hakushu's Resto And Cafe. Seorang lelaki berusia sekitar 40 tahunan mengamuk. Ia menghancurkan beberapa perabot di resto.

Kenkyo dan beberapa pelayan lain keluar dari dapur untuk melihat keributan. Betapa terkejutnya Kenkyo saat tahu pembuat onar itu adalah ayahnya sendiri, Tuan Hanasaki Akira.

Tuan Akira berjalan gontai ke arah putrinya, ia masih berada dalam pengaruh alkohol sepertinya.

"Kenkyo-chan! Kenapa kau pergi tanpa meninggalkan uang, Sayang? Aku butuh uang untuk beli minum," ucap Tuan Akira.

Kenkyo terdiam. Ia bingung menghadapi sikap ayahnya saat ini. Seluruh mata tertuju pada mereka.

Tanpa menunggu persetujuan putrinya, Tuan Kenkyo menarik paksa tas ransel yang masih bertengger di punggung Kenkyo. Tuan Akira mengeluarkan seluruh isi tas Kenkyo. Ia menemukan beberapa uang yen terselip di antara buku. Senyumnya mengembang.

"Ahahaha terima kasih, Putriku."

Kenkyo menahan lengan ayahnya.

"Jangan uang itu, Tou-chan! Itu untuk membayar uang SPP bulan ini," pinta Kenkyo, memelas.

Tuan Akira mengibaskan tangan Kenkyo begitu saja.

"Peduli setan dengan sekolahmu! Lebih baik sekarang kau bekerja saja tak perlu sekolah lagi," ucap Tuan Akira sembari melangkah keluar resto.

Kenkyo terduduk lemas di lantai. Ia tak dapat mengenal ayahnya lagi saat ini. Ayahnya benar-benar berubah. Air matanya mengalir begitu saja meski ia coba menahannya.

"Kenapa Anda kini berubah, Tou-chan?" gumamnya.

*****

Kenkyo berada di depan kelasnya. Ia berulang kali menghembuskan napas kasar, takut-takut kejadian kemarin terulang lagi. Apa yang harus ia lakukan untuk mengungkap kebenaran?

"Selamat pagi, Kenkyo-chan?" Seorang pemuda tiba-tiba datang dan merangkul pundak Kenkyo.

Kenkyo menoleh.

"Yamada-kun? Apa yang kau lakukan di kelasku?"

Yamada tak menjawab. Ia tersenyum manis sambil menarik Kenkyo masuk kelas bersama.

"Mohon perhatiannya!" seru Yamada

Seisi kelas langsung memfokuskan pandangan pada dirinya dan Kenkyo.

"Selama ini kami menyembunyikan hubungan kami, tapi asal kalian tahu, kami sudah menjalin hubungan sejak setahun yang lalu. Jadi, siapa pun yang berani mengganggu Kenkyo, dia akan berurusan langsung denganku. Kalian ingat itu!" Yamada menunjuk ke arah Fukushi, "Dan kau, Bedebah! Aku masih menunggu permintaan maafmu pada Kenkyo."

Fukushi menunduk malu. Ia berdiri dan membungkuk tepat di hadapan Kenkyo.

"Kenkyo-chan, maafkan aku! Kau boleh balik meludahiku atau bahkan memukulku. Yang menaruh ponsel Himeka ke tasmu adalah aku," ucap Fukushi, menyesal.

Seisi kelas menyoraki atas kebodohan Fukushi. Mereka memberi tatapan benci pada Fukushi. Satu per satu teman Kenkyo meminta maaf padanya. Kenkyo hanya mengangguk. Pikirannya masih terfokus pada bagaimana cara Yamada mengatasi ini semua?

Sekelebat ia memandang Yamada.

"Aku memang keren, jadi kau tak perlu selalu menunjukkan rasa kagummu itu," ucap Yamada dengan angkuhnya.

Kenkyo langsung menghadiahi jitakan mesra pada kekasihnya itu.

Sebelum keluar kelas, Yamada menepuk bahu Fukushi. Sudut kanan bibirnya terangkat, membentuk senyuman yang sulit diartikan.

"Kau melakukan pekerjaanmu dengan baik, Kawan."

*****

Di sebuah kediaman bernuansa tradisional, duduk seorang wanita cantik di atas tatami. Meski umurnya hampir menginjak 50 tahun, tapi pesona kecantikannya masih terpancar jelas. Kini ia membersihkan katana menggunakan kain warna putih, katana milik mendiang suaminya.

Seseorang menggeser pintu, sejenak wanita cantik itu berhenti dari kegiatannya. Senyumnya mengembang. Ia menepuk tatami di sisi kanannya.

"Duduklah di sini, Shinsuke!"

Lelaki yang baru saja masuk ruangan itu mengangguk. Ia mengambil posisi di sisi kanan wanita cantik tadi.

"Ada apa Kaa-san memanggilku?" tanyanya.

"Setelah lebih dari sebulan kau tak pulang, apa hanya itu yang ingin kau ucapkan, heum? Kau kasar sekali, Nak!"

Shinsuke tersenyum. Ia sangat tahu maksud ibunya ini. Ia mendekat ke arah ibu dan memeluknya. Menelusupkan kepala di antara ceruk leher ibunya. Ia sangat merindukan wanita ini. Pekerjaan sebagai detektif sudah menyita banyak waktunya selama ini.

Setelah cukup puas melepas rindu, Nyonya Yukiko, ibu Shinsuke, mulai bicara serius.

"Kau pasti sudah bisa menebak kenapa kau Okaa-san panggil."

Shinsuke mengembuskan napas kasar. Ia bosan jika harus selalu membahas perjodohan dengan ibunya.

"Aku sudah dewasa, Kaa-san. Aku bisa mencari pasanganku sendiri."

"Kau tak pernah bisa! Dan tak akan mungkin bisa! Semua gadis yang kau ajak jalan, tak ada satu pun yang Okaa-san sukai. Terlebih yang namanya Nanami Nanomi atau siapalah itu."

"Naomi, Kaa-san. Namanya Inoe Naomi." Shinsuke mengoreksi.

"Ya, dia. Dia sangat kasar, tak tahu diri, pakaiannya menjijikkan. Okaa-san tidak akan pernah meyetujuimu jalan lagi dengannya!" bentak Nyonya Haruka.

Shinsuke terdiam. Ia tak akan sanggup membantah ucapan satu-satunya keluarga dia ini.

"Lalu Kaa-san ingin aku melakukan apa?"

"Okaa-san sudah mengatur kencan butamu minggu depan," ucap Nyonya Haruko disertai seringaian.

"Haah?? Minggu depan??"

To be continued...

Preview Next Chapter

Kenkyo melihat Yamada jalan bersama dengan Himeka. Ia menarik kasar lengan Yamada.

"AKU INGIN KITA PUTUS SEKARANG JUGA, FUJIWARA-SAN!!"