Chereads / Apologize To Love / Chapter 6 - Jebakan

Chapter 6 - Jebakan

Shinsuke mendobrak pintu rumah milik Naomi. Dari panggilan telpon tadi, Shinsuke mendengar Naomi sangat ketakutan.

Shinsuke tak dapat mengabaikan wanita itu, meski Shinsuke sudah jelas dikhianati. Seminggu yang lalu, Shinsuke memergoki Naomi sedang bercumbu dengan lelaki berkebangsaan Korea Selatan. Dan di saat itu juga, Shinsuke menyetujui perjodohan yang diatur oleh ibunya. Entah itu sebagai pelarian atau pelampiasan.

"Naomi!" panggil Shinsuke, panik.

Namun, pandangan yang Shinsuke lihat hanyalah Naomi dengan pakaian seksi. Sepertinya, Shinsuke telah terjebak dalam lelucon yang diciptakan wanita jalang itu.

"Ceh! Jalang! Jadi, kau hanya menipuku, heh? Apa maksudmu bilang kalau ada perampok masuk rumahmu, eo?"

"Ah, iya. Dan saat ini perampoknya sedang bernegosiasi denganku." Naomi melingkarkan tangannya ke leher Shinsuke. Naomi meniup pelan cuping telinga Shinsuke. "Ugh~~ apa kau tak merindukanku, Suke-kun~~~."

Shinsuke mundur satu langkah. Shinsuke tak ingin lagi tergoda dengan wanita jalang, yang sialnya menjadi teman tidur Shinsuke selama ini.

Naomi tak menyerah. Naomi mendorong Shinsuke hingga jatuh ke sofa. Naomi berhampur ke pelukan Shinsuke, mengeratkan rengkuhannya, tak membiarkan Shinsuke mendapat ruang gerak.

Naomi mulai melumat bibir Shinsuke, dan sepertinya ia berhasil membuat Shinsuke menyerah. Mana mungkin kucing menolak jika diberi umpan ikan segar, bukan?

Selanjutnya, mereka melakukan kegiatan seperti yang selama ini mereka perbuat. Shinsuke tak berhak menuntut kesetiaan Naomi, karena bagi Shinsuke, Naomi hanyalah jalang yang akan memuaskan hasratnya. Tak ada cinta, hanya nafsu semata.

Namun, Naomi tak masalah dengan itu. Asalkan Shinsuke masih berada di pihaknya, Naomi tak keberatan walaupun Shinsuke menikahi puluhan wanita.

***

Semua mungkin pernah melakukan kesalahan. Namun, tinggal bagaimana kita mampu atau tidaknya memaafkan kesalahan orang lain tersebut. Jangan pernah menyesali satu keputusan yang kau buat hanya karena egomu.

Ini adalah hari pertama Kenkyo masuk Todai, dan Kenkyo sama sekali tak menyangka jika ia harus bertemu kembali dengan cinta pertamanya, Yamada.

Kehidupannya 3 bulan terakhir ini benar-benar membosankan, yang Kenkyo lakukan hanya terus menunggu. Menunggu untuk suaminya mengakui keberadaannya.

Mereka sudah tinggal terpisah dengan Nyonya Yukiko, tapi itu membuat Shinsuke jadi leluasa membawa Naomi pulang ke rumah mereka. Meski ada sedikit cemburu, tapi Kenkyo sadar diri dengan posisinya di rumah itu. Ia hanya dianggap Shinsuke sebagai gadis malang yang butuh uang dan tempat tinggal.

"Yamada-kun, apa kau akan menghindariku lagi setelah ini?" ucap Kenkyo, sedih. Rasanya tak ada yang memahami perasaannya di dunia ini.

Kenkyo tak punya siapa-siapa lagi. Padahal ketika menikah, ia berharap memiliki tempat untuk bersandar. Kenyataan memang tak seindah harapan.

Yamada menangkup sebelah tangannya ke pipi Kenkyo, sedang tangan yang lain membelai lembut rambut panjang Kenkyo.

"Aku sudah mendengar kisah hidupmu dari Bibiku. Aku ingin sekali membantumu, tapi aku tak sanggup jika harus melawan Shinsuke Ji-san."

*Oji-san = Paman

"Kau tak perlu melakukan apapun, Yamada-kun! Cukup berada di sisiku, dan ini sudah lebih dari cukup."

"Kalau begitu, kau harus percaya padaku! Aku tak akan pernah meninggalkanmu. Jangan pernah merasa sendiri Jangan menutup diri dari orang lain! Kembalilah menjadi Kenkyo yang ceria seperti saat itu!"

Kenkyo tersenyum lega usai mendengar ucapan Yamada. Rasanya dalam 3 bulan terakhir ini, Kenkyo baru benar-benar bisa tersenyum tulus. Kenkyo tak perlu terlihat tegar di depan Yamada.

"Oh iya, kau berhutang penjelasan kenapa kau menghindariku saat aku terpuruk, Yamada-kun. Bisa kau jelaskan sekarang?"

"Itu karena aku terlalu pengecut. Alih-alih melindungimu, aku malah menyakitimu. Si sialan Himeka itu telah menjebakku. Himeka merekam video yang seolah-olah aku melakukan pelecehan seksual terhadapnya. Dia mengancam akan menyebarkan video itu jika aku tak mau menjadi kekasihnya, dan ia juga mengancam akan menghancurkan hidupmu.

"Di saat orang tua menaruh harapan besar terhadapku, aku tak ingin kepercayaan mereka hancur begitu saja. Himeka anak dewan parlemen. Himeka bisa saja mengadu pada orang tuanya agar aku dikeluarkan dari sekolah. Dan aku yang pengecut ini pada akhirnya menuruti semua perintah Himeka. Kesialan berakhir saat Himeka ditemukan tewas mengenaskan. Tubuh Himeka mengambang di sungai sebulan yang lalu, dengan mulut robek hingga ke telinga. Aku memang sedikit bernapas lega, tapi aku juga berbela sungkawa atas kematian Himeka."

Kenkyo menutup mulut, seolah tak percaya akan cerita Yamada baru saja. Meski Kenkyo sedikit dendam atas kejadian masa lalu, tapi Kenkyo tak menyangka perempuan itu akan berakhir tragis.

"Kau tahu, Kenkyo-chan?"

"Apa?"

"Selama ini, aku selalu mengawasimu. Saat kamu diteror oleh rentenir-rentenir itu juga aku tahu, tapi aku tak bisa berbuat lebih. Yang aku bisa hanya berdoa agar orang-orang seperti mereka enyah saja dari dunia ini. Dan kau tahu, Kenkyo-chan?"

"Tentang apa?"

"Setelah aku berucap seperti itu, ketiga rentenir yang menerormu ditemukan tewas di terowongan, dekat sekolah kita sebulan kemudian. Tangan mereka hilang sebelah. Diperkirakan mereka tewas karena kehabisan darah."

"Tu-tunggu!" sela Kenkyo "Tapi, apa maksudmu menceritakan ini semua, heh? Kau mencurigaiku?"

"Haiish! Bukan seperti itu, Kenkyo-chan. Sepertinya, aku berbakat dalam hal mengutuk hahahahaha," tawa Yamada pecah.

Kenkyo yang melihat sikap aneh mantan kekasihnya itu langsung memukul Yamada dengan kamus tebal.

"Yamada-kun?"

"Ahahahaha apa?" jawab Yamada di sela-sela tawa.

"Kau pernah dengar jika ada yang menertawakan kematian seseorang, akan tertimpa sial seumur hidup?"

"A-apa??!"

Dan kini giliran Kenkyo yang menertawakan ke-paranoid-an Yamada itu.

***

Shinsuke berada di TKP. Semalam, seorang lelaki ditemukan tewas mengenaskan di salah satu toko emas. Satu anggota tubuh lelaki menghilang, tangan. Diduga, korban awalnya berniat untuk mencuri uang dan emas di toko emas tersebut. Namun, naasnya dia malah dibunuh dengan keji oleh entah siapa.

Shinsuke mendengar penuturan saksi yang menemukan mayat, yang tak lain adalah karyawan toko emas ini.

"Hmm, menarik! Sepertinya, kasus ini ada hubungannya juga dengan pembunuhan beberapa bulan ini. Para korban telah bertindak kriminal, jadi si pembunuh menghakimi dengan caranya sendiri."

"Mungkin memang benar, Senior. Semua korban, kalau tidak anggota tubuh yang hilang pasti organ dalam mereka yang hilang. Misalnya, pencuri ini tangannya hilang. Rentenir yang dulu, kepalanya yang hilang. Lalu, gadis SMA yang dulu itu malah hati dan jantungnya yang menghilang."

Takeru mengungapkan kasus beberapa bulan lalu.

"Apa menurutmu ini dilakukan oleh orang yang sama?" tanya Shinsuke.

"Ehm, mungkin. Pembunuhan ini sangat bersih. Sang pembunuh tak meninggalkan jejak sama sekali. Sepertinya, pembunuh itu sudah sangat tahu mode penyelidikan, jadi dia menghilangkan semua bukti yang kemungkinan mampu kita curigai."

"Baiklah! Kita tunggu hasil autopsi dulu! Nanti sore kita adakan rapat dengan anggota tim yang lain," perintah Shinsuke pada Takeru.

Takeru mengangguk dan menunduk kepada seniornya.

To be continued ....