Chereads / Apologize To Love / Chapter 10 - Dunia Yang Berbeda

Chapter 10 - Dunia Yang Berbeda

"Tidak peduli dimensi maupun dunia memisahkan kita, aku akan selalu di sini bersamamu."

Kalimat itu lagi-lagi memberi Shinsuke harapan. Sejak dulu Kenkyo-nya memang tak pernah berubah. Meski sikap Shinsuke kasar dan dingin selama ini, tapi Kenkyo tak pernah sekalipun melepas genggaman tangannya. Shinsuke-lah yang melarikan diri selama ini.

"Aku akan membawa Anda kembali, My Mententei. Kita akan berada di dunia yang sama," ucap Kenkyo lembut.

Shinsuke mengerjap beberapa kali, memastikan bahwa Kenkyo yang ada di hadapannya ini nyata. Ia menarik Kenkyo ke dalam dekapanannya.

"Maafkan aku, Anata! Aku gagal menyelamatkanmu dulu.

Kumohon! Kumohon jangan tinggalkan aku, Anata!"

Mereka saling berpelukan, melepas rasa rindu yang lama terpendam. Rasanya lama sekali Shinsuke tak merasakan dekapan hangat seperti ini. Aroma tubuh Kenkyo, harum rambutnya, masih sama seperti yang dulu.

Shinsuke menarik sedikit tubuhnya agar bisa memandang Kenkyo. Ditangkupnya pipi merah gembil itu. Shinsuke mendekatkan wajahnya ke wajah Kenkyo. Ia melumat lembut bibir ranum wanita itu.

Kenkyo membeku, tak memberikan balasan. Shinsuke semakin gencar melumat bibir wanitanya. Sesekali ia akan mengigit bibir itu agar ia diberi akses untuk menjajahi rongga mulutnya. Pada akhirnya, Kenkyo tak dapat menolak. Ia membiarkan lidah Shinsuke memasuki mulutnya.

*****

Shinsuke mengajak Kenkyo ke kantor kepolisisan Kyoto, tempat ia ditugaskan saat ini. Sejak pindah ke sini, Shinsuke melepas semua kemewahan yang ia nikmati selama ini. Ia lebih suka menaiki kendaraan umum. Seperti saat ini, ia berangkat meggunakan bus. Ia duduk di sebelah jendela, sedang Kenkyo duduk di samping kirinya. Ia masih menggenggam tangan Kenkyo, tak berniat sekali pun melepasnya lagi.

Bus berhenti, seorang lelaki jangkung baru saja naik. Shinsuke mengenal lelaki itu, dia adalah salah satu petugas di divisi panggilan darurat.

Lelaki tadi membungkuk.

"Ahoyou, Takahashi-san! Boleh aku duduk di sebelahmu?"

Tanpa menunggu persetujuan Shinsuke lelaki tadi duduk di samping Kenkyo. Shinsuke benar-benar kesal. Apa gara-gara Kenkyo terlalu mungil sehingga tak banyak orang tahu eksistensinya.

"HEY, BRENGSEK! INI TEMPAT DUDUK ISTRIKU!" bentak Shinsuke yang langsung menarik perhatian penumpang lain.

"Hehehe tidak apa kok, My Mententei. Aku bisa geser sedikit ke arahmu. Bukankah ini akan lebih baik jika kita semakin dekat?"

Kenkyo mengeser bokongnya, semakin mendekat ke arah Shinsuke.

"Kalau begitu, bukankah lebih baik seperti ini?" Shinsuke memegang pinggang ramping Kenkyo dan mengangkatnya ke pangkuan.

Wajah Kenkyo langsung memerah. Ia meronta, tapi pergerakannya di kunci oleh suaminya.

"Lepaskan aku! Ini memalukan!"

Shinsuke tak menggubris. Ia malah sibuk menciumi bahu istrinya. Peduli setan apa kata orang, yang penting ia ingin selalu seperti ini bersama istrinya.

Lelaki bermarga Nakagawa di samping Shinsuke mengernyit. Ia benar-benar tak habis pikir atas apa yang sedang dilakukan rekan beda divisinya itu.

*****

Shinsuke memasuki ruangan divisi yang menangani segala tindak kriminal. Ia memperkenalkan Kenkyo sebagai istri kepada semua rekannya. Ekspresi mereka sungguh aneh menurut Shinsuke. Entahlah, tak penting juga. Yang terpenting ia ingin izin mengambil cuti untuk berbulan madu dengan istrinya.

Shinsuke mendekati ke Mayumi, juniornya.

"Mayumi-san, aku sudah meminta izin kepada kepala polisi. Jadi, untuk 2 minggu ke depan yang bertugas bersamamu adalah Ryouta. Mengerti?"

"Ha'i!" Mayumi mengangguk, hormat.

Alis Mayumi mengkerut saat melihat Shinsuke pergi menggandeng seseorang yang disebut sebagi istri. Istri dari mana? Bagaimana tiba-tiba ia bisa mempunyai istri. Ada yang mencurigakan.

Mayumi mendekat ke arah Shinsuke.

"Ketua, terima kasih untuk kerja kerasnya selama ini. Tanpa arahan dari Anda, mungkin hingga sekarang kita belum dapat menangkap pembunuhnya. Jadi, untuk merayakannya, kami berencana untuk mengadakan pesta. Bolehkah pestanya diadakan di rumah ketua? Ya, hitung-hitung kami ingin kenal lebih dekat dengan istri ketua." Mayumi berucap. Namun, setelah itu ada sunggingan meremehkan yang tak sempat Shinsuke perhatikan.

Shinsuke langsung menyetujui ide itu. Ia sudah tak mau lagi menutup-nutupi tentang istrinya seperti saat itu. Jika ada yang ingin mencelakai istrinya lagi, ia ribuan kali lebih siap dari pada saat itu.

Shinsuke meninggalkan Kenkyo di ruangannya, saat ia melewati ruang divisi barang hilang, ada yang menarik lengannya.

"Shinsuke! Apa-apaan kau itu? Siapa perempuan kecil itu sebenarnya, hah?" Mayumi berucap. Tak ada lagi formalitas seperti yang mereka tampilkan beberapa saat lalu.

"Dia istriku, Mayumi. Bukankah pernah kuceritakan bahwa sudah ada yang memiliki hatiku."

"Sadarkan dirimu, Shinsuke-kun! Istri apa? Istrimu sudah meninggalkan 1 tahun yang lalu dan itu semua karenamu ...."

Plak!!

Shinsuke menampar keras pipi Mayumi hingga memerah. Ia benar-benar tak terima jika ada yang menyumpahi istrinya meninggal.

"Jaga bicaramu, May!"

"Kau sudah hidup bahagia di sini. Lihatlah! Kau telah menjadi detektif perfectionist. Semua kasus berhasil kau pecahkan. Jadi, tetaplah hidup seperti ini! Jangan sampai bayang masa lalu menghancurkan kehidupanmu yang sekarang!"

Shinsuke tersenyum ramah. Mayumi telah bersamanya selama ini saat Kenkyo tak berada di sisinya. Jadi, ia senang dengan perhatian gadis itu. Mungkin juga gadis itu telah salah mengartikan perhatian Shinsuke selama ini, jadi Shinsuke memakluminya.

"Kouhei, kehidupanku selama ini memang menyenangkan, tapi itu semua jauh lebih sempurna jika ada Kenkyo di dalamnya. Jadi, biarkan aku memilih kehidupanku sendiri. Oke?"

Setelah berucap seperti itu, Shinsuke menepuk kepala Mayumi. Ia meninggalkan perempuan yang selama ini menjadi rekan satu timnya.

***

"Sampai kapan aku harus berdiri seperti ini, eum? Aku juga ingin duduk." Shinsuke mengeluh. Sudah 30 menit ia disuruh berdiri bersandar ke dinding oleh istrinya. Itu semua hanya semata-mata memenuhi keinginan Kenkyo yang menjadikan Shinsuke sebagai model untuk ilustrasinya.

Kenkyo meletakkan pensil dan kertasnya. Ia mengulurkan tangan ke arah Shinsuke.

Shinsuke tersenyum. Ia berjalan ke arah Kenkyo dan memeluknya. Ia menarik tubuh mungil Kenkyo untuk duduk di pangkuannya.

"My Tantei?"

"Hmm?"

"Aku tidak suka perempuan yang bernama Mayumi itu. Sepertinya dia tertarik padamu."

"Yaree~ apa kau sedang cemburu saat ini, heh?"

"Cemburu itu tanda cinta. Bukankah kau yang mengatakannya saat itu?" Kenkyo mengerucutkan bibirnya. Benar-benar ekspresi yang membuat Shinsuke gemas dan berakhir dengam mengecup bibir yang ter-pout tadi.

Kenkyo tersentak kaget, tapi detik berikutnya ia tertawa geli.

Tok! Tok! Tok!

"Ah, sial! Aku lupa kalau mereka akan datang ke sini."

"Teman-temanmu?"

Shinsuke mengangguk. Ia terlanjur menyetujui tadi siang, jadi mustahil untuk membatalkannya.

"Bukalah! Tidak baik membiarkan tamu menunggu lama di luar."

Shinsuke mendesah. Ia benar-benar tak dibiarkan hidup tenang bahkan sedetik saja. Dan kenapa juga istrinya lebih membela teman-teman laknat itu dari pada dirinya? Tunggu saja! Shinsuke akan menghukum istrinya nanti malam.

Berjalan malas, pada akhirnya Shinsuke membukakan pintu. Di depan pintu semua temannya sudah berkumpul dengan membawa berbagai jenis makan dan minuman.

Tim investigasi Shinsuke terdiri dari 1 gadis dan 3 pria termasuk Shinsuke. Pemuda yang berambut agak panjang dikuncir bernama Kyosuke, sedang pria dengan rambut blonde bernama Kensuke. Adalah Mayumi yang satu-satunya gadis di tim investigasi mereka.

Kyosuke menerobos masuk tanpa menunggu tuan rumah mempersilahkan. Shinsuke hanya menghela napas panjang, ia tahu benar kelakuan rekan satu timnnya itu. Kalau diingat, ia pernah juga mempunyai rekan seperti Kyosuke saat di Tokyo dulu. Kensuke dan Mayumi pada akhirnya membuntuti Kyosuke. Mereka membiarkan sang tuan rumah masih berdiri di ambang pintu.

Shinsuke melihat ketiga rekannya sudah membongkar makan dan minuman mereka di meja ruang tamu. Benar-benar tamu yang lancang.

Mayumi menarik Shinsuke untuk duduk di antara mereka. Ia menuangkan sake ke gelas minuman yang sebelumnya ia siapkan dari dapur Shinsuke. Selanjutnya, ia menuangkan ke gelas Kyosuke dan Kensuke juga.

Kensuke mengangkat gelasnya ke udara.

"Ini untuk merayakan kesuksesan kita selama di tim Ketua Takahashi. Cheers!!"

Semua ikut bersulang. Namun, pandangan Shinsuke tertuju pada ruang tengah. Ia menunggu istrinya untuk bergabung, tapi tak ada siapa pun di sana. Kosong. Mungkin juga Kenkyo merasa sungkan untuk bergabung.

"Anda sedang cari siapa, Ketua?" Mayumi berucap. Ia mengikuti arah pandang Shinsuke.

"Istriku ... sebentar! Aku akan memanggilnya dulu dan---"

"Hentikan, Ketua!" bentak Kyosuke.

"Berhenti bertingkah aneh. Tidak tahukah Anda sejak tadi pagi Anda jadi bahan gosipan seluruh orang di kantor kepolisian. Anda memperkenalnya makhluk ilusi yang hanya Anda yang bisa melihatnya kepada kami. Awalnya kami memaklumi karena kami pikir Anda bercanda. Tapi, ini sudah keterlaluan. Anda masih bisa berpikir jernih, kan?"

"A-apa maksudmu, Kyo?"

Kensuke menepuk bahu Shinsuke. "Maaf, Ketua. Tapi, kami tak akan membiarkan Anda berada dalam dunia 'itu' lagi. Ingatlah! Kehidupan Anda sudah baik-baik selama ini. Jadi, jangan biarkan sosok lain memasuki kehidupan sempurna ini."

Shinsuke tercenung. Ia sama sekali tak mengerti arah pembicaraan kedua rekannya itu.

Pyarr!!

Mereka tersentak saat mendengar suara itu. Bersamaan mereka menoleh ke arah Mayumi. Gelas dalam genggaman Mayumi pecah. Darah mengalir melewati jemari lentik gadis itu. Kini ia memegang erat serpihan kaca yang begitu tajam.

"Aku ingin mengakhiri ini semua. Jika perlu aku akan melenyapkan makhluk yang kau anggap istri itu, Ketua." Mayumi berucap. Sorot matanya tajam, mengarah pada pintu yang terlihat dari ruang tamu.

Klap!

Lampu tiba-tiba saja mati. Beberapa detik kemudian terdengar teriakan nyaring seorang perempuan. Shinsuke kelabakan untuk mencari senter. Ia juga lupa di mana menaruh ponselnya tadi.

Suara teriakan kembali terdengar.

"Ke-kenapa kalian, hah? Siapa pun! Nyalakan senter hp kalian!" perintah Shinsuke.

Hening.

"Hey! Jangan bercanda! Aku akan membunuh kalian jika mengerjaiku!"

Hening.

Shinsuke jatuh ketika ia menyandung sesuatu. Shinsuke berjongkok, meraba benda apa yang menghalangi langkahnya. Telapak tangannya merasakan cairan hangat. Ia mencium bau anyir. Darah. Darah siapa ini?

Beberapa menit Shinsuke berjalan, akhirnya ia sampai di laci ruang tengah. Diambilnya senter yang berada di sana dan menyalakannya.

Klap!

Listrik sudah menyala. Pemandangan yang mengejutkan terpampang, membuat Shinsuke menjatuhkan senternya hingga pecah.

"A-apa apaan i-ini?" ucapnya terbata. Otot kakinya melemas. Ia jatuh terduduk. Tak jauh darinya, tergeletak 3 tubuh yang sudah tak bernyawa. Tubuh ketiga rekannya.

Mayumi meninggal dengan pisau yang masih menancap di mulutnya. Pisau itu tembus hingga ke tengkuk. Darah mengucur dari mata, hidung, telinga dan mulut Mayumi.

Di sampingnya, mayat Kyosuke telungkup, sedang kepalanya menghadap ke atas. Berputar 180°. Lehernya patah. Lidahnya terjulur ke luar.

Tepat di kaki Shinsuke, mayat Kensuke juga tergeletak. Tubuhnya meringkuk di lantai dingin. Dada kirinya ditikam dengan garpu.

Perbuatan siapa ini? Monster jenis apa yang membunuh secara keji dalam waktu hanya beberapa menit?

"Ternyata seperti itu mereka mengekangmu, My Tantei. Pantas saja aku sangat sulit membawamu bersamaku." Sebuah suara dari arah belakang Shinsuke.

"Ke-kenkyo? Ti-dak mungkin ini perbuatanmu, kan?"

"Oh ayolah! Aku begitu kesal pada mereka. Mereka tak membiarkanku menolongmu."

"Tu-tunggu! Kau bukan Kenkyo! Siapa kau sebenarnya, Monster? Kenapa kau membunuh teman-temanku, hah?"

"Cih! Teman katamu? Konyol!"

Shinsuke mencengkeram lengan Kenkyo.

"SIAPA KAU SEBENARNYA, HAH?"

"Aku adalah orang yang akan menolongmu."

Kenkyo mengernyit. Ia melihat arlojinya. Waktunya sudah habis.

"Tapi, sial! Sepertinya aku gagal lagi hari ini. Baiklah, aku akan kembali lagi nanti. Sampai jumpa, My Maitantei!"

Shinsuke melihat Kenkyo berjalan menjauh. Semakin lama semakin mengabur dan pada akhirnya menghilang.

"TUNGGU!! JANGAN PERGI!! JANGAN TINGGALKAN AKU!!"

To be continued ....