Chereads / Zombie : walking dead / Chapter 7 - Home

Chapter 7 - Home

Yuki turun dari mobil milik Lucas, di susul gadis gadis lain tidak lama kemudian. Wajah mereka pucat pasi dengan keringat dingin yang terus mengalir. Beruntungnya rumah Arjun benar benar terlihat aman dengan pengamanan yang cukup ketat dan canggih. Ayah Arjun adalah seorang ilmuwan, maka tidak heran jika rumahnya pun bisa secanggih ini.

Tidak lama, mobil Arjun memasuki garasi yang dapat di buka secara otomatis dengan sandi tertentu tanpa harus keluar dari mobil. Itu setidaknya memudahkan mereka ketika memasuki basement dan kecil kemungkinan para zombie akan memasuki ruangan ini.

Yuki segera mendekat ke arah Juwita. Memeluk tubuh sahabatnya dengan tubuh masih sedikit bergetar. Ia tidak takut, namun ia juga takut. Keadaan yang memaksanya untuk tenang walaupun sebenarnya Yuki sama sekali tidak bisa tenang. Ia takut. Takut akan semua zombie ini. Wabah ini benar benar membuatnya frustasi. Jika bisa, mungkin Yuki akan menangis keras karena ketakutan.

Tidak jauh berbeda dengan Yuki, Juwita dan Yeriana juga sama pucatnya. Mereka takut. Terlebih Yeri yang melihat dengan mata kepalanya sendiri ketika sang ibu berubah menjadi zombie. Bagai mimpi buruk yang menyerbu dirinya, Yeri sebenarnya tidak bisa menerima semua ini. Ia tiba tiba teringat ayahnya yang tengah berada di kantor pemerintah. Apakah ayahnya akan baik baik saja? Atau sebaliknya. Kemungkinan terburuk sebenarnya memang harus di pikirkan sejak awal.

"Guys dont worry okay? Jangan pikirin apa pun dulu. Kita harus tetep tenang sama semuanya. Jangan panik. Jangan nangis pokoknya," ujar Arjun dengan wajah tanpa ekspresi, "Kita masuk sekarang," ujarnya, memimpin teman temannya memasuki lift dari basement menuju lantai dua.

Yuki menghela napas berat, menjatuhkan tubuhnya ke arah Lucas yang segera di tangkap oleh pemuda itu, "Capek? Sesek? Pusing?' tanyanya khawatir.

"Takut. Takut banget. I dont know how to say but i'm so scared Luke. Gue nggak tau harus bereaksi gimana. Gue udah mencoba mikir buat tenang. Gue udah berpikir semuanya bakalan baik baik aja. Tapi ngelihat banyak zombie tadi di pom bensin, di jalan jalan, sebanyak apa mereka itu bener bener bikin gue takut Luke,"

Lucas mengangguk mengerti, ia mengerti perasaan Yuki, karena ia sendiri juga takut, gelisah, dan harus selalu merasa waspada setiap saat, "Dont worry. I'm here for you. Jangan pernah mikir aneh aneh oke? Everything is fine. Lo cuma harus tenang. Istirahat dulu ya? Jangan mikir aneh aneh,"

"Nggak bisa," bisik gadis itu, bersamaan dengan pintu lift yang berdenting tanda mereka sudah berada di lantai yang mereka tuju.

"Di sini ada sepuluh kamar. Kalian bisa pake yang mana ada kecuali tiga kamar di pojok itu. Yang satu punya gue, satunya Juwita, sama punya Yuki. And jelas Lucas bakalan bareng sama Yuki di sana," jelas Arjun santai, "Jangan lupa hidupin lampu. Kalo laper nunggu sebentar. Kita makan malem bareng bareng. Istirahat aja sampe jam lima ya. Setelah itu nanti ngumpul di kamar gue dan kalo bisa kalian cepet cepet ngecarge. Ada carger kok di setiap kamar tenang aja. I mean keburu nggak ada listrik. Ada power bank juga. Gue udah siapin semuanya. Tenang aja,"

"Gue tau lo pasti udah tau dari lama kan Jun. Makanya lo bisa sampe nyiapin ini semua," ujar Lucas.

"I know. Cuma sedikit. Makanya nanti gue kasih tau. Nanti. Kalian istirahat aja dulu. Gue tau kalian pasti capek banget kan sekarang,"

"Ya. Capek banget sampe mau pingsan. Mau ke kamar lo aja. Nggak berani di kamar sendiri," Juwita berujar dengan pelan. Tubuhnya benar benar lemah sekarang.

Arjun hanya mengangguk tanpa memprotes. Ia tidak akan menang jika mendebat Juwita ngomong ngomong.

Lucas menghela napas berat, menuntun Yuki untuk memasuki kamarnya di rumah Arjun. Gadis itu tidak menolak. Ia hanya diam tanpa banyak bicara. Energinya benar benar terkuras habis.

"Mau tidur?" tanya pemuda itu. Yuki mengedikkan bahu, namun tetap memejamkan mata ketika tubuhnya jatuh ke atas kasur.

"Gue capek banget Cas astaga. Tapi gamau tidur. Lets talk about this," gumamnya.

Lucas menyusul tak lama kemudian. Merebahkan diri di samping Yuki setelah membuka gorden seraya menatapi pemandangan di bawah sana melalui kaca besar di dalam ruangan, "Virusnya nyebar cepet banget. Gue bener bener nggak nyangka because baru dua jam kita pulang dari sekolah dan tiba tiba virusnya udah sampe seluruh kota. How crazy is it?"

Yuki menggeleng, merubah posisinya menjadi tengkurap seraya membuka ponselnya, "Masih ada sinyal masih ada listrik. Nggak tau buat beberapa hari ke depan. Mungkin ini kota bakalan jadi kota zombie. Kita nggak bisa terus terusan ada di sini Cas. Secanggih canggihnya rumah Arjun, kita nggak bisa selamanya ada di sini. Di kota ini udah nggak aman. Di sini udah bahaya banget. Kita nggak bisa selamanya ada di sini,"

"Thats why Arjun punya rencana. Gue nggak tau sejauh apa dia nyiapin semuanya tapi gue yakin dia nggak bakalan diem aja setelah tau zombie bakalan nyebar di kota ini," Lucas menatap langit langit kamar. Tatapannya menerawang ke jauh jauh hari, "Nyokap bokap gue pergi. Kaya nyokap bokap lo. Denger denger nyokap bokapnya Arjun sama Juwita juga pergi. Apa janjian ya mereka. Gue yakin banget para orang tua tau banget masalah ini,"

"Kenapa lo bisa seyakin ini?"

"Lo nggak sebuta itu buat nggak tau keluarga kita emang seberpengaruh itu kan di sini? Apa pun yang akan terjadi, orang tua kita jelas bakalan tau pertama. Gue yakin banget termasuk virus ini," jawab pemuda itu, dari kalimatnya pun terdengar jelas jika Lucas benar benar yakin dengan kata katanya.

Yuki menarik napas berat, "Bisa aja virus ini dateng karena nggak sengaja,"

"Kalo nggak sengaja, Arjun nggak bakalan tahu dari jauh jauh hari Ki. Arjun nggak bakalan tau dari lama. Arjun nggak bakalan nyiapin semuanya. Dia bahkan udah nyiapin charger, power bank buat jaga jaga kalo listrik di kota ini mati total. Dia udah nyiapin pistol sama peluru bahkan di mobil gue. Apa lagi? Persiapan Arjun udah semateng itu Ki. Lo tau sendiri kan?"

Gadis itu mengangguk kecil, tidak berniat menjawab kata kata Lucsd karena apa yang di katakannya memang benar.

"Gue nggak tau bokap sama nyokap gue terlibat atau cuma berpura pura nggak tahu dan milih buat melarikan diri," Lucas bergumam, "Gue bener bener bakalan kecewa banget kalo mereka terlibat. Gue bakalan bener bener nggak akan percaya kalo mereka bener orang tua gue kalo seandainya mereka beneran terlibat,"