Semuanya duduk melingkar di dalam kamar Arjun yang terkunci rapat. Hening sejenak, masing masing dari mereka jelas masih terbebani pikirannya atas peristiwa ini.
"Arjun mending lo cerita sekarang," ujar Lucas.
"Cerita apa?" tanya Dino dan Sonya bersamaan.
"About the fucking zombie," jawab Juwita.
"Oh, ngaku lo! Lo tau sesuatu kan?" Lucas menatap Arjun tajam, "Kalo nggak, nggak mungkin lo bisa nyiapin semuanya sampe semateng ini. Jun gue tau banget sifat lo satu ini,"
"Iyaiya gue tau sesuatu. Dari seminggu yang lalu," Arjun memelas, seperti pencuri yang tertangkap basah, "Tapi waktu itu kan kalian nggak percaya kalo virus zombie bakalan mewabah,"
"Ya nggak masuk akal aja," Lucas mengusap wajahnya kasar, benar benar tidak menyangka jika ucapan Arjun beberapa hari yang lalu akan menjadi kenyataan, "Zombie isn't real, gue mikirnya gitu,"
"Gue juga, tapi gue tetep jaga-jaga. Sampe parno sendiri sama hal-hal berbau zombie tau nggak," Yuki menghela napas kasar, "Thats why gue sama sekali nggak mau keluar rumah akhir akhir ini. Takut,"
"Oh jadi ini alesan lo nggak mau gue ajak nonton Traine to Busan?"
"Iya. Gue takut mereka beneran ada, kaya yang tadi Lucas bilang,"
"Oke sekarang fokus, Jun cerita," Mark mengambil alih.
Arjun menghela napas pelan, "Seminggu yang lalu gue masuk ke ruang kerjanya bokap, kalian tau kan bokap gue ilmuwan, nah di situ gue nemun note book..."
"... judulnya zombie project, karena gue penasaran, gue baca semuanya. Dan boooom ternyata para ilmuwan punya project buat buktiin kalo zombie itu ada,"
"Hah?" Mark menggelengkan kepalanya ribut, "Buat apa? Mereka nggak sadar kalo project mereka ini bahayanya bukan main,"
"Nah bener. Zombie ini bukan sesuatu yang bisa di uji sesuka hati. Zombie ini bahaya banget," Yeri mengangguk membenarkan.
"Diem dulu," Dino memberikan kode kepada teman-temannya untuk diam, "Terus gimana?"
"Mending kalian baca sendiri aja," Arjun berjalan menuju meja belajarnya, meraih sebuah buku lalu melempar ke arah teman-temannya.
"Dasar nggak sopan," desis Lucas, "Yer baca Yer,"
"Hmm," Yeri segera mengambil buku tersebut, membukanya, lalu mulai membaca dengan lantang, "Tanggal 25 Juni, kami semua telah menemukannya, kami telah membuktikan bahwa zombie memang benar-benar ada. Di satu sisi saya merasa lega karena setelah ini mereka tidak akan menekan kami lagi untuk project zombie ini. Namun di sisi lain saya takut jika para bedebah gila itu akan menggunakan virus yang kami ciptakan untuk sesuatu yang gila. Ya sama gilanya dengan mereka,"
"Mereka? Siapa yang dimaksud mereka?"
"Mereka, orang-orang jahat yang menekan para ilmuwan buat project ini. Dan gue jamin mereka orang-orang penting," Dino menjawab pertanyaan Sonya, "Udah jelas juga sih kalimatnya para ilmuwan di tekan buat bikin virus ini,"
"Bener, kalo mereka orang biasa nggak mungkin para ilmuwan bahkan nurut sama mereka," sahut Mark.
"Eh buat menghemat waktu mending lo cari berita baru Son," Yeri beralih menatap Sonya.
"Hape lu mana? Gue nggak ada paket,"
"Nih," Yeri melemparkan ponselnya asal, untung saja Sonya berhasil menangkapnya.
"Lanjut Yer," suruh Mark.
"Tanggal 30 Juni, virus zombie sudah benar-benar sempurna, saya yakin virus ini akan menjadi senjata yang sangat berbahaya. Penyebarannya akan lebih cepat bahkan melebihi apa yang kami prediksi. Karena melalui cakaran dan gigitan, virus itu akan menyebar, saya semakin merasa resah, terutama saat mendapati tingkah para bedebah yang mencurigakan. Saya tidak yakin ini akan menjadi hal yang baik. Tentu saja, ini akan menjadi sangat buruk, amat sangat buruk. Saya menyesal sungguh, sangat menyesal hingga rasanya saya ingin membunuh diri saya sendiri saat ini,"
"Oh shit," umpat Yuki, "Siapa sebenernya si bedebah itu?"
"Gue juga nggak tau," jawab Arjun, "Tapi yang pasti, mereka dalang semua ini,"
"Bener," Juwita mengangguk, "Bokap lo sekarang di mana?"
"Bokap gue bahkan udah nggak pulang dari sebulan yang lalu. Nyokap gue juga, dari seminggu yang lalu nggak keliatan,"
"Kita harus cari bokap lo Jun, bisa aja kan dia punya vaksinnya," balas Dino.
"Bokap gue nggak bisa di hubungi dua minggu ini,"
Dino menghela napas berat, "Kita harus cari bokapnya Arjun, seenggaknya kalau dia nggak punya vaksin. Dia pasti tau cara mengakhiri semua ini,"
"Bentar, lanjutin dulu bacanya," Lucas bersuara.
"Tanggal 1 Juli, mereka benar-benar gila, mereka memaksa kami untuk melakukan percobaan dengan virus tersebut. Kami menolaknya jelas, sudah cukup rasa penyesalan karena telah menciptakan virus mematikan. Kami tidak sanggup jika harus ada korban dalam penemuan kami,"
"Hah? Segila apa mereka?" pekik Yeri kemudian, "Bastard,"
"Maksud mereka apa coba? Kasian mereka yang nggak bersalah," Juwita melotot tak terima, gadis itu beranjak berdiri setelah selesai mengobati luka temannya, lalu berjalan menuju tempat tidur Arjun, "Gue capek sama semua ini,"
"Sama," balas Yuki.
"Cuma 3 jam dari gue bangun tidur siang tadi tapi kenapa rasanya lamaaa banget," erang Juwita, membanting tubuhnya pada kasur king size milik Arjun.
"Gila sih, eh Yer masih ada nggak?" tanya Sonya.
"Masih ada 2 lagi nih, gue bacain ya," jawab Yeri, "Tanggal 8 Juni, gila mereka benar-benar gila, bagaimana bisa mereka benar-benar melakukan percobaan dengan virus itu. Tanpa sepengetahuan kami, saya marah, amat sangat marah, seorang warga biasa yang entah apa salahnya. Di jadikan percobaam virus zombie yang bahkan saya tidak yakin dapat di sembuhkan,"
"Oh damn," Yuki mengacak rambutnya kasar, "Mereka bener-bener gila,"
"More crazy than you," sahut Lucas, "Lanjut Yer,"
"Tanggal 9 Juni, mereka melepaskannya, dan di sinilah semuanya di mulai. Saya tidak bisa melakukan apa pun, karena jika saya melakukan secuil kesalahan pun, semuanya akan menjadi lebih kacau. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan, katakanlah saya bodoh, amat sangat bodoh. Saya hanya mampu menangis saat melihat orang-orang tak berdosa berubah perlahan, dari 1 menjadi 2, 2 menjadi 4, 4 menjadi 8 dan seterusnya. Virus itu menguasai kota kurang dari 2 jam, bahkan jauh. Sangat jauh dari yang saya bayangkan," Yeri mengambil napas, "Maaf, saya tidak bisa melakukan apapun. Menyelamatkan siapapun juga tidak bisa, sekali lagi maafkan saya. Jika bukan karena kebodohan saya menciptakan virus itu, semuanya tidak akan menjadi begini,"
"Kayaknya gue kemaren nggak ada itu deh," ujar Arjun.
"Bokap lo nulis ini tanggal 9, lah hari ini?" pekik Yuki yang baru menyadari sesuatu, "Nggak mungkin kan bokap lo ke rumah cuma buat nulis note book?"
"Gue nggak tau. Kalo iya, buku ini gue simpen di laci meja belajar terus nggak gue keluarin,"
"Hadeh pusing gue," Mark memijat pelipisnya.