Yuki perlahan membuka matanya, dan pertama yang dilihatnya adalah kaca depan mobil Lucas. Saat gadis itu hendak membenarkan posisi duduknya, nyeri luar biasa mendera leher dan bahunya membuat gadis itu reflek memekik.
"Astaga Ki kenapa?" tanya Lucas khawatir.
Yuki menggeleng kecil sebagai jawaban, "Nggak papa, nyeri dikit,"
"Maaf ya, soalnya belakang juga udah penuh,"
"Iya nggak papa kok," sang gadis hanya mengangguk, "Kita mau kemana?"
"Markas utama, yang secara nggak langsung di jadiin markas sama the horse," jawab Lucas tanpa menoleh, "Ternyata semua penghianat itu the horse, dan yang nyerang kita itu bentengnya,"
"Tapi, siapa yang ngeracunin Gara? Kan dia selama ini sama Kak Maur--" Yuki terdiam, gadis itu menatap tunagannya dengan intens, "Cas..."
"Iya kok, gue sadar, Kak Maurine penghianatnya kan?" pemuda itu tertawa sinis, "Siapapun dia, kalau dia berhianat nggak bisa di maafin, dan kalo Kak Maurine penghianat, nggak menutup kemungkinan kalo Bang Dirga juga kan?"