Arjun berlari mendekati gerbang desa, di sana tampak beberapa orang dewasa tengah menahan gerbang dari para zombie yang jumlahnya tidak bisa dikatakan sedikit.
"Gimana bisa?" gumam Yeri, "Kok bisa sebanyak ini?"
"Kok bisa mereka sampe sini?" jerit Juwita.
"Lucas evakuasi warga, Yuki juga. Yuda sama Bima, kalian bawa mobil buat nahan gerbang, Yeri sama Juwita naik ke kap. Yer, karena nggak memungkinkan kalo lo pake samurai, pake revolver gue aja, biar gue pake samurai,"
"Ngapain naik-naik?" Yuda menatap Arjun aneh.
"Kalian lawan zombienya lewat atas mobil, gerbangnya nggak setinggi itu oke, biar gue nahan gerbang sementara,"
"Oke," Yuda mengangguk mengerti, pemuda itu segera melesat diikuti Bima.
"Lucas ayo," Yuki menoleh.
"Oke," pemuda itu segera berlari mendekati beberapa warga yang berkerumun, "Ibu ibu bapak bapak adek adek kakak kakak sebaiknya segera masuk rumah ya, situasinya sedang tidak aman. Bahaya kalo kalian masih di luar rumah,"
"Mereka apa? Hantu?"
"Bukan Bu, mereka zombie, disini tidak ada yang terkena gigit atau cakar kan?"
"Tidak ada,"
"Syukur, bagaimanapun caranya jangan sampai ada yang terkena cakaran atau gigitan zombie, bahaya. Sekarang lebih baik sekarang masuk ke dalam rum--"
"KAKAK DI BELAKANG,"
Lucas berbalik lalu segera menarik pelatuk pistolnya.
Dor
Satu sosok zombie di belakangnya tumbang, namun beberapa zombie lain tampak mendekat.
Pemuda itu menatap temannya, "Kok bisa masuk desa Jun?"
"Kecolongan dikit, beresin lah Cas,"
"Good damn," Lucas mendengus, namun tetap kembali melayangkan tembakannya, tak menghiraukan jeritan beberapa warga.
"Segera masuk rumah," Yuki mengambil alih, "Bahaya, jangan lupa kunci rumah. Pastikan tidak terkena gigitan atau cakaran zombie,"
Beberapa warga menurut, namun sebagian yang lain tidak, mereka lebih memilih menonton aksi Arjun dan teman-temannya menembaki zombie sembari berdecak kagum.
Yuki menghela napas lelah, "Kalian lebih memilih masuk rumah atau saya lemparkan keluar agar menjadi zombie?"
"Ah iya kak kita masuk rumah,"
Yuki mengangguk singkat, lalu segera berlari menjauh hendak mengevakuasi warga yang lain.
Di sisi lain, Yeri dan Juwita asik menembaki para zombie dari atas kap mobil.
"Yang di kanan Yer jangan sampe kecolongan lagi," Juwita menunjuk dengan dagunya.
"Lo depan ya, yang kiri tinggal dikit, biar jadi bagiannya Yuda,"
"Oke,"
Dor dor dor
Suara tembakan terdengar menggema membuat Yeri berdecak, "Nggak ada yang lebih pelan dikit suaranya?"
"Ini lebih mending dari pada pake pistol kesayangannya Yuki,"
"Bener juga sih,"
"ADA ZOMBIE DI GERBANG BELAKANG," teriakan Arjun menginstupsi kegiatan keduanya.
"Fuck?" umpat Lucas, "Gimana bisa sebanyak itu woy,"
"Gue nggak tau," Arjun menggeleng lemah, "Kata Pak Budi desa ini tuh di kelilingi tembok gede dan ada 4 gerbang, gerbang depan, belakang, kanan, sama kiri, dan sialnya semua gerbang di buka kalo siang gini,"
"Astaga," Yuki melotot, "Sekarang mending kita bagi kelompok, Yeri sama Juwita di sini, Yuda sama Bima di gerbang belakang, terus gimana? Jumlah kita ganjil,"
"Biar gue di gerbang kiri, lo sama Lucas di gerbang kanan," tukas Arjun, "Buruan,"
"Oke," Bima dan Yuda mengangguk bersamaan.
"Btw kalian tinggal lurus aja kalo mau ke gerbang belakang, yang bagian gerbang kanan, ntar ada perempatan, kalian tinggal belok kanan," seru Arjun.
"Tau dari mana lo?" sentak Juwita.
"Pak Budi, buruan mencar,"
"Siap,"
Yuda segera berlari mengikuti Bima menuju gerbang belakang.
Dan dalam kurun waktu kurang dari 1 menit, keduanya telah sampai di tempat tujuan. Zombie dalam jumlah tidak sedikit tampak hendak memasuki desa.
"Kecil banget ternyata desanya," gumam Bima.
"Ya iyalah, siapa yang mau tinggal di tengah hutan gini?" sinis Yuda.
Bima mengedikkan bahu acuh, segera menembaki para zombie yang mendekatinya. Pemuda itu melepaskam peluru ke sembarang arah, untung saja ia tidak salah sasaran.
"Mereka banyak banget, kita bakalan kewalahan kalo cuma berdua," pekik Yuda.
"Yang lain juga pasti gitu," balas Bima yang kini berlari menghindari para zombie.
Bughh
Pemuda itu tersungkur, pistolnya terlempar sejauh 2 meter. Bima hendak meraihnya, namun itu akan menghabiskan banyak waktu karena zombie-zombie itu sudah semakin dekat dengannya. Wajah mereka yang menyeramkan dan berlumuran darah membuat pemuda itu bergidik ngeri.
"Aduh," gumamnya frustasi, hingga matanya menangkap sebuah balok kayu yang cukup besar, tanpa pikir panjang Bima segera merih benda itu dan mengayunkannya tepat pada kepala para mayat hidup.
"Yuda, masih idup kan lo,"
Yuda melotot kesal, "Masih lah," pemuda itu sibuk menghalau para zombie agar tidak mendekatinya.
"Shit," umpatnya saat sesosok zombie sukses meraih kemejanya, "Jangan pegang-pegang,"
Bugh
Yuda menendang zombie itu hingga tersungkur cukup jauh, "Mati kalian,"
Dor Dor Dor
Dalam sekejab jalanan desa yang berdebu berubah menjadi lautan darah, bahkan hingga mengotori semak-semak tak jauh dari sana.
Srekkk
Bima segera mundur menjauh kala sesosok zombie hendak menggigit lengannya, terlambat barang sedetik saja, tamat sudah riwayatnya.
"Tembak Bim, jangan cuma mundur mundur doang," Yuda berdecak kesal.
"Serem woy mukanya,"
"Kaya baru liat zombie aja," gerutu Yuda, "Buruan woy,"
"Iyaiya," pemuda itu berjongkok meraih pistolnya tanpa mengalihkan tatapan dari para zombie menyebalkan itu.
"Mati kalian,"
Dor dor dor
"Hahahaha," Bima tertawa jahat, "Mati kan, mampus,"
"Bim, ngeri lo sekarang deh seriusan," Yuda menatap temannya horor, "Buruan bantuin ini, banyak banget yang masuk,"
"Lo agak mundur deh Yud, habisin semuanya, biar gue tutup gerbang,"
"Oke," Yuda menurut, dengan perlahan mulai melangkah mundur, benar saja, para zombie mendekatinya dengan langkah terseok-seok.
Bima tentu saja memanfaatkan kesempatan itu untuk menutup dan mengunci gerbang, menghalau zombie yang lain agar tidak masuk ke dalam desa walaupun harus menembaki beberapa yang sudah berhasil masuk.
"Woy ah Yud, tembak jangan mundur-mundur doang," Bima berdecak, kembali mengeluarkan pistolnya, pemuda itu mendekati temannya lalu mulai kembali menembaki para zombie.
"Oh udah?" Yuda bertanya seperti orang idiot membuat Bima mendengus kesal.
"Capek gue Yud temenan sama lo,"
"Jahatnya," Yuda menunduk sedih.
"BURAN TEMBAK ZOMBIENYA," pekik Bima kesal.
"Oh iya ini baru mau gue tembak,"
"Otak lo nggak kemakan zombie kan?" tanya Bina dengan mata yang masih fokus dengan para zombie.
"Enggak lah," sentak Yuda tak terima, "Sembarangan aja,"
"Ya habisnya lo tolol banget,"
"Bodo amat," Yuda mendengus, melepaskan peluru secara brutal dan membabi buta.
"Woy woy kalem," Bima mengusap dadanya dramatis.
"Biar cepet selesai, capek gue,"
Dor
Satu tembakan terakhir hingga peluru di dalam pistol Yuda habis.
"Yah habis,"
"ARRGHHH,"
"Apaan tuh?" Bima melotot.
"Udah urusin dulu zombienya, baru mikirin itu," desak Yuda, "Tinggal dikit juga,"
"Iyaiya," Bima hanya mengangguk pasrah, segera membunuh zombie yang tersisa.