Tiba saatnya ujian akhir sekolah dimulai, Vee dan teman-teman nya merasakan ketenangan dalam menjawab setiap soal dan mereka yakin bahwa mereka akan lulus dengan nilai yg memuaskan. Selama satu Minggu seluruh siswa kelas 12 melaksanakan ujian, masih ada rasa ketakutan di setiap benak masing-masing siswa.
Brian sudah kembali dari luar negeri, dan sekarang sudah duduk di dalam ruangan nya perlahan Brian membuka laci kecil di meja kerjanya lalu mengambil foto Vee, seorang wanita cantik bertumbuh tinggi berkulit putih dengan rambut pendek diatas bahu masuk ke dalam ruangan Brian tanpa mengetuk pintu diiringi oleh sekertaris Brian yg terlihat ketakutan
" hai Brian..." sapa wanita itu
sontak membuat Brian berdiri tegak dari duduk nya dan membuat wajah Brian terlihat muram " Gladis... " ucap Brian dengan suara yg hampir tak terdengar, wanita yg bernama Gladis itupun tersenyum Brian langsung nyuruh sekertaris nya untuk keluar
" sedang apa kamu disini?" tanya Brian dengan acuh tak acuh, Gladis pun mendekatinya sebelum menjawab " bertemu kamu " jawabnya tenang
" kenapa kamu menjauhi aku Brian? apa yg salah dari aku? " tanya Gladis
" apa kamu sedang berpura-pura lupa, dengan kesalahan yg sudah kamu buat waktu di Paris? " balas Brian yg semakin acuh tak acuh " Brian kamu salah paham, itu tidak seperti yg kamu bayangkan " Gladis mencoba untuk membela dirinya.
Gladis adalah mantan kekasih Brian waktu di Paris, namun Gladis mengkhianati nya berselingkuh dengan teman kerja Brian bahkan hingga tidur bersama, namun Gladis selalu menyangkal bahwa itu hanya salah paham dan dia merasa di jebak, sedikitpun Brian tidak pernah mempercayai setiap alasan yg di berikan Gladis karena bukti menunjukkan bahwa Gladis bukan wanita baik-baik dan sejatinya dia mendekati Brian hanya karna hartanya dan Brian akan menjadi CEO perusahaan Harison dengan harta yg tak akan pernah habis selama 7 turunan kecuali Tuhan menghendaki Nya
" disana ada pintu yg masih terbuka lebar, dan silahkan pergi...." ucap Brian tanpa basa-basi
" Brian aku mohon jangan lakuin ini, aku masih sayang sama kamu " ucap Gladis yg memohon pada Brian tapi tak sedikitpun Brian perduli pada ucapannya " sebelum aku bertindak lebih kasar, silakan kamu pergi " pinta Brian lagi dengan nada suara yg tajam dengan terpaksa Gladis pun keluar, dengan kencang Brian menutup pintunya. Brian masih sangat ingat dengan rasa sakit yg pernah ia alami saat masih berada di Paris.
Berbeda di tempat yg lain, Vee sedang menikmati makanannya di kantin bersama ke empat sahabat nya "kepala gue rasa mau pecah tau nggak Lo " ucap Angel yg merebakan kepalanya di atas meja " bener banget apa lagi waktu soal matematika, mata gue rasa mau copot " sambung Hanna " guys kalian mau ngelanjutin kuliah dimana? " tanya Bintang " gue mau kuliah di universiti Malaya, Malaysia " jawab Angel dengan mulut yg terisi penuh oleh makanan, " kalo gue belom ada rencana sama sekali" sambung Hanna " Lo sendiri " Angel mengembalikan pertanyaan Bintang " gue mau coba daftar di the university of Chicago, Amerika Lo tau sendiri dari dulu banget gue punya cita-cita mau kuliah disana" jawab Bintang " kalo Lo Cle, Vee ? " Hanna melemparkan pertanyaan pada Cleo dan Vee " Stanford university " jawab Vee dan Cleo dengan serentak, mereka pun sama-sama tersenyum.
" terus gimana soal perjodohan Lo sama anak rekan bisnisnya bokap Lo Vee " pertanyaan itu tiba-tiba keluar begitu saja dari mulut Hanna
" nahhh bener banget tuh " sambung Angel
" belom ada keputusan apapun dari bokap gue " jawab Vee datar " kalo dia bener-bener peduli sama Lo dia nggak akan ngancurin cita-cita Lo Vee " ucap Bintang, Vee hanya diam saja.
Pada saat pulang sekolah, Barra kembali menemui Vee di jalan koridor kelas namun tak di hiraukan oleh Vee " Vee, gue mau ngomong sama Lo " " ngomong apa lagi sih Barr? gue nggak mau kalo Aerin nilai gue cewek centil yg godain pacarnya " ucap Vee " Vee gue sama Aerin emang pacaran, tapi itu terpaksa " bela Barra " simpen aja alasan itu untuk diri Lo sendiri " balas Vee lalu pergi dengan cepat meninggalkan Barra.
Saat sampai di gerbang sekolah, Vee terdiam melihat sosok pria yg berdiri dengan bersandar di depan mobil Lamborghini Aventador, semua siswi wanita terpesona akan ketampanan pria itu tubuhnya yg tinggi mengenakan jaz dan kemeja yg dengan warna senada serta di tambah lagi dengan dasi yg berwarn hitam, membuat pesona pria itu semakin tampan. Pria itulah yg di lihat Vee di rooftof kini dia berdiri tepat di depan Vee lalu melempar senyumannya pada Vee namun Vee masih belum sadar dari keterkagumannya.
" ganteng banget..."
" keren..."
" pangeran dari mana sih....."
kata-kata itulah yg terdengar di telinga Vee
" VEOLA CAMELIA " panggil pria itu, Vee masih terdiam merasa tak percaya.