Setelah pendaftaran mahasiswa baru selesai. Hafiz dan Humairah berjalan keluar kampus. Mereka sudah berada di dekat tangga.
"Dek, Abang gak bisa anter adek pulang. Adek bisa pulang sendiri 'kan, ini alamat rumah abang. Ingat jangan mudah percaya sama orang lain, kalau udah sampai rumah langsung kasih tau Abang, paham.." jelas Hafiz sambil memegang bahu sang adik.
Humairah hanya membalas dengan anggukan kepala saja. Pria tersebut mengecup dahi adiknya dan berlari masuk ke dalam kampus, karena ia akan melakukan ujian. Humairah berjalan menuruni anak tangga, namun tangannya tiba-tiba saja di tarik paksa oleh seseorang.
"Take off my hand," ucap Humairah dalam bahasa Inggris.
Mahasiswi yang menarik tangan Humairah hanya diam dan menarik tangan gadis cantik itu ke belakang kampus. Saat sudah berada di belakang kampus, yang pasti tempat itu sepi dan tidak ada siapapun di sana. Humairah di dorong hingga punggung gadis itu terbentur tembok.
"Aw," ringis Humairah.
Mahasiswi yang mendorong tubuh gadis itu langsung mencengkram dagu, Humairah dengan kasar. Humairah menatap mahasiswi tersebut, dengan tatapan polos.
"I don't like you being around, Hafiz..." Ujar gadis itu.
"Why you do not like? Are you his wife?" Tanya Humairah yang langsung menepis tangan Mahasiswi tersebut.
Mahasiswi itu kesal dan langsung menampar wajah Humairah dengan kasar. "This is the last time, don't approach Hafiz or you will know the consequences..." Bentak gadis tersebut.
Mahasiswi tersebut langsung pergi bersama geng nya. Humairah hanya terduduk dengan sudut bibir berdarah dan ada memar di pipinya. Tamparan itu sangat kuat, sehingga Humairah harus merasakan rasa sakit yang teramat perih. Gadis itu berdiri dan memilih keluar dari halaman kampus. Ia berjalan kearah halte bus, menunggu bus agar ia bisa pulang ke rumah sang kakak.
Humairah memegang pipinya yang sangat sakit. "Sialan, pipi gue sampai merah kaya gini. Dasar gak ada otak tu cewek.." gumam Humairah sambil melihat kondisi wajahnya di cermin kecil yang selalu ia bawa.
Ponsel gadis itu berdering, dan ternyata itu adalah ayahnya.
"Ayah, apa kabar?" Tanya Humairah yang sangat bahagia.
'Kabar ayah baik, gimana pendaftaran nya?'
"Lancar yah, seminggu lagi ospek. Ayah dan bunda apa kabar?" Jawab Humairah.
'Ayah dan Bunda baik di sini, kami yang harusnya mengkhawatirkan anak gadis kami yang jauh di sana. Jaga diri ya, Ayah dan Bunda akan mendoakan yang terbaik untuk kamu. Jaga kesehatan, jangan sakit. Kabari ayah dan bunda setiap malam ya..'
"Siap, komandan. Ayah udah dulu ya, Aira mau masuk ke bus. Dah," lanjut Humairah.
'Dah, hati-hati..'
"Iya, Ayah.." balas Humairah.
Panggilan pun berakhir, Humairah masuk ke dalam bus dan bus menuju halte yang tidak jauh dari rumah Hafiz dan kedua temannya. Di dalam bus, Humairah terus menatap kearah luar jendela. Gadis itu menghela napas dengan kasar. Ternyata di negara ini sangat keras.
"Semangat Humairah, jangan nyerah. Baru dua hari lu di sini.." gumam Humairah.
Dua puluh menit berlalu akhirnya bus berhenti di halte bus yang tidak jauh dari rumah, Hafiz dan kedua temannya. Saat Humairah akan turun, tiba-tiba saja ada yang mendorong gadis itu hingga terjatuh. Humairah menatap ke belakang dan ternyata salah satu Mahasiswi yang menariknya tadi mengikuti gadis tersebut. Mahasiswi itu melambaikan tangannya saat bus sudah bergerak. Humairah mengepal kedua tangannya, dan menghela napas dengan kasar.
"Sabar 'kan aku, ya Allah. Itu anak semoga dapat karmanya.." gumam Humairah langsung berdiri.
Lututnya terluka, dan Humairah langsung memaksakan dirinya untuk berjalan kearah rumah sang kakak. Saat sudah berada di dalam kamar, Humairah langsung mengobati lututnya dan sudut bibirnya.
***
Sore hari,
Hafiz, Jay dan Jung hoo masuk ke dalam rumah. Mereka terkejut saat melihat makanan sudah tersusun rapi di atas meja ruang makan.
"Siapa yang memasak makanan ini?" Tanya Jung hoo.
"Entahlah," balas Jay yang langsung duduk.
"Adikku, pasti adikku. Dia pandai dalam hal memasak. Makan, kebetulan kita belum makan 'kan.." jawab Hafiz sambil duduk di samping Jay.
Mereka bertiga memakan masakan tersebut dan mereka sangat menyukainya. Humairah turun dari lantai dua, ia berjalan kearah depan rumah. Jung hoo, Jay dam Hafiz baru saja selesai makan dan tengah berada di ruang keluarga langsung menatap kearah, Humairah.
"Dek, kaki kamu kenapa?" Tanya Hafiz yang panik melihat lutut adiknya.
Pria itu langsung berlari ke arah adiknya dan terkejut saat melihat ada luka di sudut bibir sang adik. "Sudut bibir kamu kenapa? Astaga?" Tanya Hafiz.
Humairah tersenyum, "tadi jatuh. Kayanya pengen punya adek lagi deh, nanti Humairah kasih tau Bunda dan Ayah biar bisa dapat adik, ehehehe.." jawab Humairah.
"Ga--,"
"Udah bang, Humairah mau ke minimarket dulu. Mau beli cemilan bentar, nanti aku kasih deh kalian bertiga. Bye," lanjut Humairah yang tak mau memperpanjang masalah.
Gadis itu berjalan keluar rumah, dan saat Hafiz akan mengejar adiknya, Jung hoo menahan tangan Hafiz. "Biar aku saja yang temenin adik kamu..." Ujar Jung hoo yang berlari mengejar gadis cantik tersebut.
Hafiz menganggukkan kepalanya, sedangkan Jay masuk ke dalam kamar. Ia ingin beristirahat, karena tubuh, serta pikirannya dalam keadaan lelah. Di sisi lain, Humairah sudah masuk ke dalam minimarket. Jung hoo berjalan di belakang Humairah, membuat gadis cantik itu sedikit takut dan langsung menatap kearah belakang.
"Aish, Oppa. Aira kira tadi penjahat.." ucap Humairah sambil memegang dadanya.
Jung hoo terkekeh, "maaf ya, buat kamu kaget. Janji deh gak bakal buat kamu kaget lagi," jawab Jung hoo.
Humairah bernapas lega, dan langsung melanjutkan langkahnya menuju rak cemilan. Ia membeli banyak cemilan, seperti keripik dan lainnya. Jung hoo hanya mengambil sebotol minuman saja. Saat akan membayar belanjaan, Jung hoo langsung mengambil keranjang belanjaan Humairah dan meletakkannya di atas meja kasir.
"Di sini namanya Toserba, bukan minimarket.." bisik Jung hoo.
Humairah menganggukkan kepalanya dan mengeluarkan uang di dalam dompet. Namun, Jung hoo lebih dulu memberikan kartu ke penjaga kasir. "Oppa, kok di bayarin? Aku bisa bayar se--,"
"Sut, sebagai tanda perkenalan kita..." Jawab Jung hoo.
Pembayaran selesai, Jung hoo langsung membawa barang belanjaannya. Mereka keluar dari dalam toserba dan menuju rumah. Di perjalanan mereka banyak mengobrol.
"Makasih ya, Oppa. Baik banget sama aku," ucap Humairah.
"Sama-sama," balas Jung hoo.
Mereka masuk ke dalam rumah dan tanpa mereka sadari, ternyata ada seseorang yang mengintai mereka.
"Sialan, dia tinggal satu rumah dengan salah satu primadona. Ini tidak bisa di biarkan, aku harus beri dia pelajaran.." ucap orang yang sedari tadi mengikuti Humairah dan Jung Hoo.