Erlangga Wira Kencana ... Aku merindukanmu!" teriak Olivia Jasmine.
Olivia Jasmine kini berada di sebuah kamar yang berukuran 2x2cm. Hanya kasur kecil beralaskan karpet kecil yang menghuni kamar tersebut. Sudut demi sudut manik mata Olivia membola melihat seisi ruangan.
Tidak pernah terbayangkan oleh wanita berusia 22 tahun ini, akan menikah dengan laki-laki yang kini membuat hidupnya hancur berkeping-keping.
Olivia Jasmine sedang dirundung rasa sesal yang amat dalam ketika mengingat sebuah nama yang tak asing dan masih melekat dalam relung jiwa.
Erlangga Wira Kencana ...
Sosok laki-laki berusia satu tahun lebih tua dari Olivia itu telah sukses membuat Olivia terkapar dengan penyesalan atas apa yang telah Olivia lakukan terhadap Erlangga.
Hampir lima tahun memadu kasih dengan seorang Erlangga Wira Kencana, tak lantas membuat Olivia lupa akan kenangan bersamanya begitu saja. Apalagi, Olivia yang telah membuat ulah dan menghempaskan Erlangga dari kehidupannya begitu kejam.
Oh ... Erlangga betapa malangnya nasibmu!
Satu bulan sebelum pernikahan Olivia dan Yuda ....
Di sebuah Kafe yang berada di kawasan elite Jakarta, Olivia meminta Erlangga untuk pergi menemuinya pada pukul tujuh malam.
Mungkin malam itu adalah malam yang sangat membahagiakan bagi Erlangga. Kenapa? Karena setelah hampir dua bulan Olivia menghilang dari hidup Erlangga, akhirnya malam itu Olivia kembali.
Erlangga pun tidak bisa berkata apa pun selain merasakan bahagia yang amat sangat karena rasa rindu telah lama bersemayam di dalam relung jiwanya.
Erlangga berdandan tidak seperti biasa. Seperti baru pertama kali akan kencan dengan Olivia, seluruh baju yang ada di lemari ia coba demi mendapatkan hasil yang maksimal ketika nanti sudah waktunya bertemu dengan Olivia, Sang pujaan hati.
Seketika Erlangga teringat oleh bisikkan Olivia tentang dirinya yang sangat senang melihat Erlangga mengenakan kaos warna putih dengan menggunakan celana jeans. Sangat sederhana, tapi Olivia suka.
Erlangga pun memutuskan untuk memakai outfit sesuai kesukaan Olivia. Dan tak lupa Erlangga memakai topi kesukaannya.
Menatap diri dalam cermin yang memantulkan sekujur tubuhnya, Erlangga menghela napas panjang seraya menyimpulkan bibirnya.
"Olivia, akhirnya kamu mau menghubungiku," desis Erlangga. Kemudian ia pun bergegas pergi karena waktu sudah menunjukkan pukul enam tiga puluh. Tanpa berlama-lama, Erlangga pun keluar dari kamarnya dan menjabat tangan ibu dan juga ayah yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.
Erlangga tiba di Break Cafe pada pukul tujuh kurang sepuluh menit. Ketika ia membuka pintu Kafe, terlihat dari jauh Olivia sedang menunggu. "Kamu sangat cantik, Olivia." Tak hentinya Erlangga memuji Sang kekasih walau dari jauh.
Kafe itu masih sepi, mungkin Olivia dan Erlangga adalah pelanggan pertama yang mendatangi Kafe tersebut. Pelayan Kafe yang melihat kedatangan Erlangga juga Olivia, langsung bergegas menghampiri mereka yang mulai duduk bersebelahan.
"Mau pesan apa, Mas, Mba?" tanya pelayan wanita seraya menyodorkan buku menu pada Olivia dan juga Erlangga.
Inci demi inci Erlangga menilik wajah Olivia yang begitu cantik, sangat cantik. "Ada apa, Olivia?" jari tangan Erlangga mulai mengelus pipi Olivia yang terlihat memerah saat Erlangga menatapnya dengan dalam. Olivia hanya diam dan masih enggan untuk mengatakan apa pun.
Seketika rasa kesal di hati Erlangga membara. Ingin rasanya Erlangga menggebrak meja untuk meluapkan emosinya karena tingkah laku Olivia yang sama sekali tidak ada perasaan bersalah meski sudah berbulan-bulan menghilang tanpa adanya kabar.
Kemudian Olivia membuka tasnya. Terlihat bahwa ia sedang mengambil sesuatu. Lalu Olivia meletakkan sebuah undangan pernikahan di atas meja dan menggesernya ke arah Erlangga. "Apa ini?" tanya Erlangga. Ia pun menitahnya untuk membuka surat undangan itu.
Seketika sekujur tubuh Erlangga bergetar hebat. Jantung yang memompa begitu cepat ketika Erlangga meraih surat undangan itu. Ia pun mulai membuka dan membacanya.
Tertera jelas di dalam surat undangan itu nama Olivia Jasmine. Erlangga membaca lagi dengan perlahan hingga mengurut ke bawah. Dan, terdapat nama laki-laki yaitu, Yuda Wistara
DEG~~~
"Apa-apaan ini, Olivia? Apa maksudmu?" sontak emosi Erlangga meluap. Ia pun berdiri seraya menggebrak meja yang berada di hadapannya.
"Te-tenang dulu, Erlangga. Aku bisa jelaskan semuanya." Olivia menggenggam tangannya yang memegang baju Erlangga. Olivia melihat ke kanan dan ke kiri, benar saja! Keributan yang dibuat oleh Olivia dan Erlangga itu memancing tontonan bagi para pelayan di Kafe tersebut.
Apa penjelasanmu?" Erlangga pun mencoba tenang dan duduk kembali. Erlangga menitah Olivia untuk menjelaskannya dengan rinci.
"Erlangga ...," rengek Olivia.
"Ada apa? Kenapa? Jangan menangis Olivia, jelaskan padaku apa yang sudah terjadi selama kita tidak bertemu?"
Rentetan pertanyaan Erlangga membuat Olivia sangat bingung harus memulainya dari mana. Olivia meneteskan air mata pertama yang disebabkan oleh kesalahannya sendiri.
"Erlangga ... Aku minta maaf jika hal ini akan membuatmu sangat kecewa dan terluka. Tapi, aku terpaksa meninggalkan kamu, meninggalkan cerita kita karena ada suatu hal yang tak bisa lagi kita rundingkan dengan pikiran jernih," ungkap Olivia seraya menangis tersedu.
"Apakah ini soal permintaan kamu sebelum kamu menghilang untuk aku segera menikahi kamu, Olivia? Jawab aku dengan jujur!"
"Erlangga, aku sungguh minta maaf. Karena ini juga kesalahan kamu. Kenapa kamu tidak mencariku selama dua bulan ini? Kenapa kamu malah diam dan duduk manis menunggu kabar dariku? Kamu tahu kan Erlangga, bahwa aku ingin kamu segera datang ke rumahku untuk melamarku!" ujar Olivia dengan nada tinggi.
"Aku sudah bilang padamu, tunggu aku enam bulan lagi. Tabunganku belum cukup memenuhi syarat dari orang tuamu Olivia! Dan sekarang kamu datang dan berkata seolah-olah yang salah. Olivia, apa kamu tidak tahu bahwa aku berjuang demi kamu!"
"Enam bulan itu terlalu lama, Erlangga. Lagi pula, aku sudah terlanjur akan menikah dengan laki-laki lain," ujar Olivia dengan nada pelan.
Kini suasana Kafe tampak sepi, hening dan tak bersemangat. Olivia dan Erlangga terdiam sejenak merenungkan langkah apa yang selanjutnya akan mereka tempuh.
"Aku tidak akan memaksamu, Olivia. Kamu benar, bahwa semua ini adalah salahku. Salahku yang tidak punya banyak harta untuk menjadikanmu seorang istri. Semoga kamu bahagia, ya. Aku pergi!"
Erlangga meninggalkan Olivia seraya mencium kening Olivia untuk terakhir kali. Olivia menangis dan sangat terpukul dengan keputusan yang ia ambil. "Maafkan aku, Erlangga," gumam Olivia.
Tak dapat dipungkiri memang saat ini Olivia lah yang bersalah. Olivia meninggalkan Erlangga demi Yuda Wistara, lelaki yang sudah membuat dirinya berselingkuh dari Erlangga. Hanya karena harta, tahta dan pilihan Sang Ibu.
Olivia benar-benar menyesal karena kini Yuda menunjukkan bahwa Olivia telah memilih laki-laki yang salah.
"Semua ini gara-gara Ibu," geram Olivia.
Ada apa dengan Sang Ibu?
Bersambung