Chereads / Ex - Boss / Chapter 19 - Wedding

Chapter 19 - Wedding

Tidak ada pesta dan keluarga besar..

Mr. Skinner menutupi pernikahannya dengan Vivian tanpa gadis itu tahu alasannya. Yang tengah hangat dibicarakan oleh media hanyalah perceraian pria itu dengan Ava, harusnya ini menjadi momen berharga bagi setiap wanita. Tapi Vivian malah menyesali keputusan pria itu, dipersunting oleh seorang pria seperti Mr. Skinner mungkin menjadi impian setiap wanita.

Tapi jika pernikahan tersebut disembunyikan dari semua orang termasuk keluarga, itu adalah sebuah kekangan. Vivian menatap lekat-lekat jemari manisnya yang kini tertanam sebuah cincin bermatakan berlian, sangat indah jika dipandang. Namun tak seindah kehidupan pernikahannya yang hanya menutupi aib, Vivian membelai perutnya yang masih rata.

Sebentar lagi perutnya akan membuncit dan melahirkan sesosok bayi, ingin sekali Vivian lari dari Mr. Skinner tanpa diketahui oleh pria itu. Mr. Skinner bahkan melarangnya untuk memberi kabar pernikahan kepada pamannya di perkebunan, pria itu pasti malu untuk mengakui kepada semua orang bahwa ia telah menikahi karyawannya sendiri.

"Vey, kau harus pindah. Aku tidak bisa terus kesana-kemari setiap hari." Ujar Mr. Skinner yang duduk di hadapan Vivian, kini mereka berdua sedang berada di ruang makan untuk sarapan pagi.

Vivian hanya mengaduk-aduk serealnya dengan malas tanpa berniat memakannya, "lakukan seperti dulu, kau tak harus datang setiap hari. Aku baik-baik saja di sini sendiri." Ujar Vivian, membuat Mr. Skinner menghembuskan nafas kesal.

"Masalahnya adalah, kau sedang hamil." Balasnya meyakinkan, sementara Vivian masih diam tak ingin bersuara.

"Kau tidak ke kantor?" Tanya Vivian melirik ke arah jam dinding yang menunjukan waktu jam kerja sudah dimulai sedari tadi.

"Aku yang memiliki kantornya." Jawabnya singkat, Vivian mengangguk mengerti.

"Bagaimana mungkin seorang bos memberi contoh tak baik kepada semua karyawannya."

"Dan lagi, apa semua orang di kantor masih bertanya-tanya tentangku?" Tanya Vivian, Mr. Skinner tak menjawab. Sudah ia katakan bahwa ia tak perduli pada apapun yang orang lain katakan.

Vivian memutar kedua bola matanya dengan malas saat mendapat tatapan tajam dari Mr. Skinner, pria itu tidak akan beranjak pergi dari duduknya sampai Vivian menghabiskan sarapannya.

"Heh." Terkadang Vivian berpikir, pernikahan macam apa yang menempatkan dua insan di rumah yang berbeda. Tentu saja pernikahan yang terpaksa, Mr. Skinner hanya menginginkan seorang anak. Tapi mengapa pria itu tak kunjung melepaskan Vivian jika pernikahan ini harus ditutupi?

"Aku sudah selesai, kau boleh pergi!" Ujar Vivian yang telah menghabiskan makannya dengan cepat, padahal saat ini ia ingin memuntahkan seluruh isi perutnya.

"Aku akan mengunjungimu lagi malam ini, pastikan kau tidak melakukan pekerjaan berat." Katanya dengan nada penuh kekhawatiran.

"Ya, tidak usah repot-repot. Aku akan selalu berada di sini." Balas Vivian acuh, pria itu lalu mengecup dahi Vivian dengan sayang sebelum akhirnya pergi. Vivian mengernyitkan kening, apa kepala Mr. Skinner pagi ini terbentur? Itu adalah hal yang sama sekali tidak pernah dilakukan Mr. Skinner selama Vivian bersamanya.

"Dia hanya menghiburmu karena kau hamil, Vey." Kata Vivian kepada dirinya sendiri, bukan karena pria itu menyayangi atau mengasihinya. Tapi karena Vivian tengah mengandung anak dari pria itu. Vivian tersenyum miring, membayangkan hal yang tidak akan terjadi seperti menusukan sebuah jarum ke tubuh. Sakit dan berbekas, dan bodohnya Vivian harus sanggup bertahan sampai hutangnya lunas.

Entah sampai kapan Vivian mampu melakukannya, Mr. Skinner tak kunjung menidurinya karena kehamilan Vivian. Hingga seratus malam yang ditawarkan pria itu seolah jauh dari kata selesai, terkadang Vivian berpikir. Apa pria itu berusaha mengulurnya?

...

Mr. Skinner memasuki gedung apartemen selepas bekerja, tak menghiraukan lirikan resepsionis yang selalu ditujukan kepadanya setiap kali ia mengunjungi Vivian. Kini semua orang telah tahu hubungan gelap antara dirinya dan Vivian karena berita tersebar sangat cepat, terbukti dari Mr. Skinner yang setiap harinya mengunjungi Vivian di apartemen gadis itu.

"Aku kasihan kepada Ava, dia telah berusaha memberikan Mr. Skinner keturunan. Namun karena kemandulannya, Mr. Skinner lebih memilih wanita lain yang sayangnya tidak sebanding dengan Ava." Bisik seorang resepsionis kepada rekannya, berita kebohongan yang begitu cepat tersebar akibat ulah Ava membuat semua orang percaya jika wanita itu tidak dapat memiliki keturunan.

"Ya, dan yang ku dengar. Walaupun gadis itu cukup cantik, namun tentu saja statusnya hanya karyawan." Balas temannya yang membuat mereka berdua tertawa di aula gedung itu. Tentu saja Ava akan menutupi aib dan berbohong demi karirnya, ia tidak mungkin membiarkan semua orang tahu bahwa ia mengabaikan permintaan Mr. Skinner dan lebih memilih karirnya. Itu akan merusak reputasinya.

Mr. Skinner tahu bahwa berita itu sengaja disebar oleh Ava, tapi ia lebih memilih bungkam dari pada harus repot membuat klarifikasi kepada awak media tentang kehidupan percintaannya. Yang Mr. Skinner pedulikan saat ini hanya Vivian, apalagi semenjak gadis itu mengandung benihnya.

Cekl..

"Vey!" Seru Mr. Skinner saat memasuki apartemen gadis itu dalam keadaan gelap, ia menyalakan lampu dan mencari ke seluruh ruangan namun tak menemukan gadis itu dimanapun.

"Sial!" Mr. Skinner mengumpat, gadis itu pergi.

Bahkan Vivian tak memberinya kabar atau mengirim pesan, Mr. Skinner keluar dari sana menuju kendaraannya. Sebelah tangannya tak henti-hentinya menggenggam ponsel guna menghubungi Vivian, tapi tak kunjung ada sahutan dari gadis itu.

"Dimana kau Vivian?" Racau Mr. Skinner menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Vivian, ia bahkan sampai mendatangi apartemen lama Vivian. Namun hanya ada orang lain di sana. Mr. Skinner mengacak rambutnya frustasi, mengapa gadis itu meninggalkannya dengan mudah? Mr. Skinner bahkan telah berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan gadis itu.

Mr. Skinner kembali ke apartemen Vivian dalam keadaan lesu, memastikan semua barang gadis itu masih ada dan Vivian mungkin hanya berjalan keluar sebentar guna mencari angin.

"Sialan, Vey! Ku kira kau pergi!" Bentak Mr. Skinner begitu menyadari gadis itu sudah ada di apartemennya dan duduk di sofa seraya menonton televisi.

"Haruskah aku memborgol kedua tanganmu agar kau tidak seenaknya pergi?"

"Aku bosan terus-terusan berada di dalam sini." Ujar gadis itu, membuat Mr. Skinner mendengus kesal seraya membuka dasinya.

"Seharusnya kau memberiku kabar terlebih dahulu." Kata Mr. Skinner yang tidak ditanggapi Vivian.

"Apa tidak ada yang melihatmu?" Tanyanya lagi, Vivian menggeleng lemah tanpa menoleh sedikitpun kepada pria yang ada di sampingnya.

Membuat Vivian semakin yakin bahwa ia hanya seorang gadis simpanan yang akan menghasilkan anak untuk pria itu, setelah itu mungkin Vivian akan dibuang. Memang itu harapan Vivian, tapi bagaimana jika ternyata ia salah? Bagaimana jika Mr. Skinner memang ingin memiliki hidupnya seperti yang sempat Vivian pikirkan dulu.

"Tentu saja tidak, jangan khawatir aku tidak akan menghancurkan reputasimu." Sindir Vivian yang berhasil membuat Mr. Skinner menyadarinya.

"Sayangnya aku tidak perduli dengan hal itu." Balas Mr. Skinner, Vivian tersenyum miring.