Lahir 5 menit lebih dulu daripada kembaranya merupakan sebuah hal wajar namun jadi beban yang cukup lama ada di benak Fera.
Mengapa demikian, karena ia merasa ia adalah seorang kakak yang bertanggung jawab atas adiknya. Sejujurnya dalam hati kecil gadis manis ini dia butuh juga sosok seorang 'Kakak', namun dia tidak pernah menghiraukan keinginan tersebut alias mengabaikanya.
"Aku anak yang paling besar dan harus menjadi contoh yang baik untuk adikku!"
Kalimat itulah yang selalu Fera ucapkan dalam benaknya hampir setiap hari sambil menatap penuh yakin didepan cermin.
Feli mungkin kembaran Fera yang sangat dekat baik dalam lingkungan maupun hubungan keluarga, namun .. ada beberapa hal yang Feli tidak tahu dalam diri seorang Fera.
Andi Saputra, dialah yang mungkin bisa dibilang 100% mengetahui bagaimana sebenarnya sosok seorang Fera.
Ia adalah sahabat masa kecil Fera sejak umur 5 tahun. Saat beranjak remaja mereka jarang bertemu, hanya sesekali saja kalau Andi pulang ke Indonesia, karena Andi menetap dan sekolah di California, Amerika Serikat. Orang tua Andi dan orang tua Fera Feli merupakan rekan bisnis yang cukup dekat.
Hampir setiap hari Fera cerita apapun yang dialaminya pada Andi, begitupun sebaliknya. Kadang sesekali mereka juga melakukan video call untuk melepas rindu.
Ya.. Mereka sahabat yang baik dan saling menyayangi sudah seperti layaknya saudara.
Fera merasa nyaman bercerita dengan Andi karena ia merasa seperti ada sosok seorang kakak yang selama ini dia butuhkan, bukan berati kembaranya tidak sesuai dengan keinginan nya, akan tetapi dimana Fera merasa sedih atau ada hal yang tidak bisa ia ceritakan pada Feli, ia akan bercerita pada Andi.
"Hey Andi! Apa kabar?"
Andi menerima pesan teks dari Feli.
"Baik Fel, kamu gimana kabarnya? Eh ada apaan nih tumben sms hahaha"
"Aku baik juga, hmm ga ada apa apa sih, cuma mau nanya dikit, tapi lagi santai ga?"
"Nanya apa hayooooo? Jadi penasaran nih."
"Eh tapi disana gimana ? Kapan kamu pulang ke Indo?"
"Belum ada rencana sih, tapi pengennya bulan depan bisa pulang kampung hehe. Ngomong ngomong ada apa Fel?"
"Oh gituu, tapi tolong jangan bilang pada Fera yah, aku cuma sekedar bertanya aja, ga lebih. Hmmm.. Fera sempat cerita ga sama kamu kalau dia lagi deket sama siapa sekarang??"
"Deket? Maksudnya pacaran gitu? Hmm… Setahuku ga ada sih Fel.. Tapi gatau ya, takutnya dia belum cerita padaku. Memangnya kenapa Fel?"Andi terdiam. Pertanyaan simple namun Feli jarang menanyakan hal seperti ini soal kembaranya.
"Oh gitu, dia emang gaada cowo yang lagi disuka gitu apa gimana? Hahaha"
Untuk yang kedua kalinya Andi terdiam dan bingung, kali ini dia tidak tahu harus menjawab apa, karena ada sesuatu yang tidak bisa diceritakan pada Feli yang berhubungan dengannya.
Hampir 10 menit Andi belum membalas sms Feli. Akhirnya ia mencoba balas pesan teks tersebut.
"Wah belum cerita sih.. Emang kenapa nih Fel? Jadi penasaran nih ahhaha"
1 hari berselang Feli tidak membalas pesan Andi yang terakhir. Entah apa yang salah dan ada apa, hanya itu yang ada di dalam benak Andi.
"Mengapa Feli menanyakan hal itu ya? Apa dia sudah ada perasaan tidak enak mengenai Fera?? Kayanya ada yang ga beres nih,"
Andi memutuskan untuk menghubungi Fera seperti biasa tanpa memberi tahu apa yang Feli lakukan walaupun ia bertanya tanya ada apa yang terjadi, ia memilih untuk diam sampai Fera menceritakan semuanya.
Andi menelepon Fera namun tidak diangkat, memang sudah 2 hari Fera sedikit sulit dihubungi karena ia sibuk membantu orang tua nya dirumah selepas kelulusan sekolah.
Kringg..
"Halo Ndi, sorry lagi hectic banget nih, ribet banyak urusan .. gimana gimana, ada apa?"ucap Fera menelepon balik Andi.
"Iya aku udah nebak pasti kamu sibuk haha, ngga Fer..tadinya aku mau nanya jadinya mau lanjut kemana kuliah nya?"
20 menit Andi dan Fera berbincang bincang di telepon sambil bercanda gurau. Setelah suasana sudah sedikit mencair, Andi mulai menanyakan hal yang berkaitan dengan pertanyaan Feli.
"Eh, pusing ah bahas pelajaran mulu, eh gimana soal si itu? Apa dia masih seperti itu?"
"Si itu siapa maksudmu ,Ndi?"
"ituloh Daffa. Apa masalah yang kemarin itu sudah selesai?"
"Hmm ya gitulah. Akupun bingung."
"Gitu gimana sih ih gajelas deh. Tinggal ngomong langsung kan gampang Fer,"
"Masalahnya makin lama makin lengket sih si Feli sama dia, aku jadi sedikit susah untuk mencari celah."
"Terus? Mau gimana? Jangan ditunda tunda, takutnya nanti terlambat."
"Yaa gatau deh ikut alurnya aja, terlambat gimana maksud kamu? Eh.. bentar Ndi ntar dilanjut lagi ya telpon nya, aku dipanggil Mama nih."ujar Fera yang gelisah dan menghindari pertanyaan Andi.
Itulah percakapan singkat yang sama sekali tidak memberi jawaban pada rasa penasaran Andi. Tapi di sisi lain Andi pun tidak mau terlalu menekan Fera tentang hal ini.
Sore hari yang cukup mendung,Fera menatap ke luar melalui jendela kamarnya, ia sedang berfikir tentang apa yang sedang dan terlanjur terjadi.
"Aku harus bagaimana? Semuanya terlanjur terjadi. Ga mungkin kalau aku ceritakan soal ini pada Feli. Dia pasti akan sangat down."
Memang, Fera sempat bercerita masalah nya ini pada Andi, sahabatnya. Namun ia masih belum menemukan solusi terbaik atas permasalahan nya ini.
Selang beberapa menit ditengah Fera melamun dan memikirkan masalah nya, tiba tiba terdengar ketukan pintu mengagetkan Fera.
Tok.. Tok.. Tok
"Fer, lagi apa? Tidur ga?"
Terdengar suara Mama dari luar pintu kamar.
"Iya Ma, masuk saja."ucap Fera membukakan pintu.
"Lagi ngapain? Ko kayanya akhir akhir ini mama perhatiin kamu banyak ngelamun gitu, ada apa?" tanya Mama cemas.
"Ga ko Ma,lagi diem aja. Eh knp Ma? Ada apa? Feli mana?"
"Oohh, kalau ada apa apa cerita ya, Feli lagi ke minimarket Mama suruh beli snack untuk dirumah. Hmmm Fer..."
Seketika mama terdiam, dan melanjutkan pembicaraanya.
Fera hanya terdiam dengan rasa penuh penasaran..
"Ada yang mau Mama bicarakan soal Feli….."
Deg.. Fera
"Soal apa ya, mengapa harus empat mata begini, seakan akan kalau ini adalah pembicaraan yang penting."ujar Fera dalam hati.
"Akhir akhir ini Mama bermimpi buruk. Tapi biarlah itu jadi bunga tidur. Namun, sepertinya Mama perlu menceritakan hal ini terutama tentang Feli padamu. Karena Mama yakin kamu bisa menenangkan Mama."ucap Mama melanjutkan pembicaraannya.
"Baik, Fera akan berusaha tidak panik dan mendengarkan cerita Mama pelan pelan ,Ma."
"Intinya, Feli sakit Nak…"
"Sakit? Apa maksud Mama?"tanya Fera kebingungan