Chereads / Sin of The Twin / Chapter 4 - Terlambat

Chapter 4 - Terlambat

"Fel, ada yang mau aku omongin sama kamu, kalau bisa kita ketemu di Cafe Bintang jam 1 siang ini ya, aku ingin bicara diluar karena bahasan ini tentang kita berdua yang sebaiknya orang tua jangan perlu tau, kalau ada pertanyaan, nanti dibicarakan sekalian pas ketemu ya, see you!"

Sebuah pesan yang dikirim Fera pada Feli melalui whatsapp. Karena Feli sedang berada di luar rumah jadi Fera memutuskan untuk memberitahunya melalui pesan teks.

Fera menunggu balasan konfirmasi dari Feli. Namun, ia sedikit heran, karena pesan nya tersebut hanya centang biru alias dibaca saja tidak dibalas.

Tapi apapun yang terjadi Fera akan tetap datang ke Café Bintang tempat yang ia tentukan tersebut dan ia yakin Feli juga akan datang.

Saat ini Feli sedang bersama kekasihnya, Daffa.

Ia sedang mengunjungi salah satu toko buku di kota karena ingin membeli novel edisi terbaru yang sudah ia tunggu tunggu sejak bulan lalu. Melihat pemberitahuan ada pesan masuk di hp nya Feli terdiam dan sedikit mengerutkan dahi.

Ia bingung dan takut.

Karena dari pesan tersebut seperti ada sesuatu hal yang sangat serius dan rahasia.

"Kenapa Yang? WA dari siapa?" tanya Daffa terheran karena melihat Feli terpaku melihat layar hp nya.

"Oh, ngga ini Fera ngajak aku ketemuan nanti siang.. Kamu drop aku aja ya di Café bintang sekitar jam 1 an lah."

"Memangnya ada apa? Kok wajah kamu kelihatan nya ga happy?"

"Aku juga gatau sih, sebelumnya Fera gapernah seserius ini, makannya aku sedikit bingung, tapi ya liat nanti lah."jawab Feli.

"Ok Fer, maaf baru balas aku lagi dijalan tadi" balas Feli menjawab pesan dari Fera.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 12.30 siang, Fera sudah sampai dan stand by lebih dulu di Café Bintang.

Ia duduk di meja nomor 3 sambil menatap handphone nya dan sesekali melihat sekitar, kerutan di dahi Fera terlihat sangat jelas menggambarkan bahwa begitu beratnya beban yang ia pikul untuk membahas masalah ini pada kembaran nya.

Selang beberapa menit Feli pun datang, ia berjalan menghampiri Fera dengan berusaha tenang dan santai. Fera pun melihat kembaran nya dari jauh sedang bejalan menuju ke arah nya, sesekali ia merasa kasihan pada Feli jika melihat raut wajah nya yang saat ini terlihat penuh dengan kekhawatiran.

"Hai Fel, macet ga dijalan? Mana Daffa?" tanya Fera memulai percakapan.

"Lancar kok Fer, seperti biasa aja sih.. Oh ya ada apa Fer?"

"Baiklah langsung to the point aja kali ya, Fel sebenarnya ada 2 hal yang mau aku beritahu, tentang kamu dan Daffa."ucap Fera dengan serius.

Feli terdiam, walaupun dia keheranan ada apa dengan kekasihnya, tapi dia mencoba untuk menghargai Fera dan mendengarkan penjelasan nya terlebih dahulu.

"Aku harap kamu mau mendengarkan aku dulu, setelah itu kalau ada pertanyaan atau apapun terserah kamu Fel, yang pertama, sebenarnya kamu memiliki kelainan jantung, terdengar mengejutkan namun ini bukanlah penyakit, aku hanya menyampaikan ini agar kamu tahu, bukan untuk membuat kamu down. Aku berharap kamu lebih menjaga kesehatan kamu…."

Feli masih juga terdiam namun kali ini ditambah dengan kekhawatiran dan wajahnya yang tiba tiba pucat.

"Itu singkatnya saja di poin pertama, selebihnya aku akan jelaskan dirumah bersama Mama juga, yang kedua adalah..soal Daffa.. Sebaiknya kamu jangan melanjutkan hubungan ini dengannya, karena….."

Ditengah tengah pembicaraan, Feli tiba tiba terkulai lemas dan seketika pingsan tak sadarkan diri.

Semua orang di café itu kaget tak terkecuali Fera, dia adalah orang yang paling khawatir dan panik bukan main.

"Fel.. Fel… Bangun.. Kamu kenapa???!!! Pelayan !! Tolong bantu angkat adik saya!"teriak Fera.

Keadaan menjadi cukup rumit karena di café tersebut karena sedang banyak pengunjung. Fera memutuskan untuk menelepon orang tuanya lalu membawa Feli ke rumah sakit terdekat.

Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Fera terus memegang tangan kembaranya dengan erat berharap ia baik baik saja. Karena terhitung sudah hampir 15 menit ia tidak sadarkan diri. Tubuh Feli masih terasa hangat dan masih bernafas.

Sesampainya di rumah sakit Feli langsung dibawa ke Instalasi Gawat Darurat, bersamaan dengan orang tuanya datang Fera tak kuasa menahan tangis memeluk Mama nya dengan perasaan menyesal.

"Ini semua salah Fera Ma!! Salah Fera! Kalau sampai ada apa apa dengan Feli, aku gaakan memaafkan diri aku sendiri!"seru Fera memeluk erat mamanya.

"Tenang dulu sayang, tenang..kita semua berdoa agar Feli baik baik saja, kalau sudah baik nanti kita cerita lagi. Jangan dulu berfikir yang tidak tidak ya Nak." Jawab mama menenangkan Fera walaupun ia sendiri sebenarnya panik.

Tak berapa lama dokter keluar dari ruangan dan menjelaskan pada Fera juga kedua orang tuanya kalau Feli sedang dalam kondisi sangat lemah. Ia sudah sadar namun denyut nadi nya masih belum stabil, diduga karena ia kelelahan dan beban pikiran yang membuat ia drop.

Feli masih bisa diajak bicara namun dokter menyarankan hanya pembicaraan ringan saja, karena takut ada kejadian yang tidak diinginkan. Akhirnya Fera,Mama dan Papa masuk ke ruangan dimana Feli dirawat.

Mereka tak kuasa menahan tangis melihat Feli yang terlihat lemas dan pucat, namun ia masih sempat memberikan senyum kecil yang sangat manis pada mereka.

"Pa, Ma, Fer.. Aku gapapa kok. Kalian jangan panik ya, Aku hanya sedikit kecapean." Suara kecil Feli menyambut kedatangan keluarganya.

"Sayang, kami semua disini untukmu. " timbal Papa.

"Fel maafin aku ya, aku ga maksud membuat kamu down begini.." ucap Feli penuh sesal.

Mama hanya terdiam memegang tangan Feli sambil menangis, ia tak sanggup lagi berkata kata.

"Fera, aku gapapa..soal yang tadi bukan lah penyebab aku seperti ini, aku sudah merasa ada sesuatu dalam diriku karena akhir akhir ini aku selalu merasa cape berlebihan, tapi ya sudah paling seminggu lagi aku juga sehat kembali."

Feli berusaha menenangkan keluarganya.

Namun, entah kenapa..Feli terlihat semakin lemas, nafasnya tersenggal senggal.

"Fer, Tuhan sepertinya memanggilku lebih dulu, tolong jaga Papa dan Mama, kamu jaga diri ya Fer, aku sangat menyayangi kalian semua." ujar Feli sambil memegang tangan kembaranya dengan nada lirih.

"Feli!! Bicara apa kamu nak?! Mama disini, tolong jangan begini!" seru Mama.

Feli menutup mata dan genggaman tangan nya terlepas dari tangan Mama. Semua orang di ruangan itu terpecah tangisnya bahkan Fera mencoba beberapa kali membangunkan Feli karena ia yakin saudara kembarnya masih hidup.

Namun ternyata itulah kata terkahir yang diucapkan Feli apda keluarganya. Feli pergi tanpa mengetahui banyak hal yang ingin diberitahu Fera.

Semuanya sudah terlambat….

Keluarganya tidak menyangka kalau Feli akan pergi secepat ini dengan cara yang tak terduga, Fera terus menyalahkan dirinya atas kejadian yang menimpa Feli.

"Feliciaaaaaaa! Bangunnnnnn ! Kalau kau pergi aku pun harus pergi jugaaaa!!!" teriak Fera memeluk jenazah kembaranya.

Mama dan Papa mencoba menenangkan Fera yang sangat histeris. Dokter kemudian menutup tubuh Feli dengan kain sambil memohon maaf pada keluarga Gunawan.

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun, kejadian ini diluar kuasa kami, kami mohon maaf dan turut berduka cita atas kepergian ananda Felicia."

Pada hari itu juga rencananya jenazah Feli akan dikebumikan, entah apa rencana Tuhan sehingga kejadian ini terjadi sangat tiba tiba dan mengagetkan seluruh anggota keluarga Gunawan.