Chereads / Billionaires: Love and Secrets / Chapter 10 - Chapter 10

Chapter 10 - Chapter 10

"Aku sangat yakin bahwa Obsen akan sangat marah dan langsung mengalihkan ikon BM Magazine pada wanita hina, Alexa Canberra." Desisnya berpadukan dengan rahang mengeras.

--

"Tidak, hal itu tak akan pernah ku biarkan terjadi. Si wanita hina - Alexa Canberra - tak akan pernah ku biarkan merebut posisiku sebagai ikon BM Magazine."

Mengingat kekacauan hari ini semakin menenggelamkan flower kedalam puncak emosi. Dadanya masih saja terlihat naik turun menahan amarah yang kian bergejolak.

"Tak aku sangka bahwa lelaki yang ku puja selama ini telah menjadi penyebab dari kehancuran karirku. Lihat saja Gilbert, kau harus membayar mahal atas kekacauan hari ini."

Tidak mau semakin tersulut ke dalam lautan emosi. Dia pun terlihat melenggang dari sana dengan membanting pintu dibelakangnya sehingga menimbulkan suara dentuman. Tak ayal seseorang yang ada di sana dibuat tersentak karenanya. "Itu Miss Flower kenapa ya? Dia terlihat sangat marah. Ah, sudahlah buat apa juga ikut campur urusan supermodel sepertinya. Dia itu kan sombong, angkuh dan juga sinis."

Ya, memang seperti itulah pandangan orang lain tentang supermodel kenamaan Flower Carnabel. Bagi sebagian orang yang tidak mengenalnya dengan sangat baik pasti akan beranggapan bahwa Flower wanita yang sangat sombong sehingga tidak mau mengenal orang lain terlebih pada sebagian orang yang memiliki status jauh dibawahnya. Padahal dibalik sikap angkuhnya, wanita tersebut menyimpan sisi kelembutan.

Masa lalu yang sangat kelam dan menyakitkan itulah yang telah membuatnya membangun benteng tinggi - tinggi hingga tidak ada seorang pun yang bisa menyentuhnya, mendekatinya, bercengkerama dengannya kecuali sang manajer, Karyl.

"Kau lagi di mana?" Tanyanya melalui sambungan telepon.

"Untuk apa menanyakan keberadaanku?"

Geram? Tentu saja! Bahkan ingin rasanya melayangkan bentakan, akan tetapi Flower harus menekan amarah demi menjalin hubungan baik dengan wanita tersebut. Bagaimana pun juga dia membutuhkan bantuan Karyl untuk berbicara dengan Obsen, si CEO gila yang selalu saja menggunakan kekuasaan untuk menggoda, melecehkan, memuaskan hasratnya kepada semua model yang bernaung pada BM Magazine. Dan hal itulah yang membuatnya malas untuk bertemu dengan lelaki tersebut.

"Aku sudah ada di depan apartemen mu, buka pintunya!"

"Aku tahu kedatangan mu ke sini karena kau membutuhkan bantuan kan?"

Flower tampak kesal atas pertanyaan yang menurutnya sama sekali tidak penting. "Jika kau sudah tahu untuk apa masih menanyakannya, hah?"

"Shittt, seperti inikah caramu memohon bantuanku, hah?"

"Dengarkan aku, Nona Karyl. Di sini aku lah modelnya dan kau managerku. Sangat mudah bagiku untuk membalik keadaan."

Karyl langsung memicingkan sebelah matanya. "Apa maksud mu?"

Flower tersenyum penuh kemenangan. "Tinggal ku katakan pada Mr. Obsen bahwa kau lalai dalam memberitahuku akan jadwal pemotretan hari ini."

"Kau pikir kau bisa mengancam ku dengan cara seperti itu, Flow? Tidak akan pernah ku biarkan hal seperti itu terjadi."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan, hah? Tidak ada satu bukti yang akan membuat Obsen percaya padamu." Sinisnya.

Karyl tampak mengulas senyum smirk. "Jangan kau lupakan satu hal, Nona Flow. Mr. Obsen, pasti akan langsung percaya dengan chat yang ku tunjukkan pada-"

"Menyimpan histori chat bukankah kebiasaan mu, Nona Karyl sayang." Beriringan dengan senyum smirk.

Shitttt, kau selalu saja menyusahkanku, Flow. Kalau saja aku tidak menyayangi mu layaknya kasih sayangku pada saudaraku sendiri. Tidak akan pernah ku biarkan diriku terinjak - injak oleh mu. Geramnya beriringan dengan langkah kaki menuju pintu keluar.

Dengan kasar membuka pintunya. "Masu-" seketika itu juga kalimat terhenti ketika bermanjakan bahwa Flower sudah tidak ada di sana. "Shitttt, selalu saja menyusahkan." Dengan membanting kasar pintunya.

Dia pun terlihat meraih kunci mobil, tak lupa tas kesayangan. Saat ini dilajukannya mobil kesayangan menuju apartement Flower.

Sesampainya di sana sangat dikejutkan oleh lelaki bermata biru yang tampak berdiri di depan kamar apartement Flower. "Bukankah itu, Mr. Gilbert? Sang billionaire itu. Ya, tidak salah lagi. Ia memang, Mr. Gilbert. Tetapi apa yang dilakukannya di depan kamar, Flow?"

Mendapati Darren disana telah membuat tubuh Karyl membeku. Ya Tuhan, kenapa sempurna sekali pahatan mu satu ini. Benar - benar sempurna hingga tidak ada bagian tubuh yang harus ku komentari. Gumamnya berpadukan dengan tatapan penuh pemujaan.

Meskipun dari arah samping, akan tetapi ketampanannya benar - benar membuatnya meleleh seketika. Terlebih ketika sang billionaire menolehkan wajahnya, hampir saja Karyl dibuat pingsan karenanya.

"Hai, kau. Iya kau, Nona. Kemarilah!" Dengan menggerakkan jari telunjuk sebagai isyarat supaya wanita tersebut segera mendekat. Sayangnya, tubuh Karyl masih saja membeku hingga kedua matanya pun dibuat tak berkedip karenanya.

"Huh, dasar wanita!" Geram Darren beriringan dengan langkah kaki mendekat. Ia pun menjentikkan jemari ke depan wajah sehingga membawa kesadaran Karyl kembali. Keberadaan Darren di depan wajahnya telah membuatnya gelagapan hingga nafasnya tercekat seketika itu juga. Tidak hanya itu, tubuhnya pun menggigil hebat hingga rasanya tak mampu lagi memijak lantai.

Disuguhi akan penampakan wanita asing di depannya telah membuat Darren geram sehingga langsung melenggang begitu saja menuju lift yang akan membawanya turun pada lantai di mana mobil kesayangan sudah menunggui kedatangannya.

"Sir, tunggu!" Panggilnya dengan suara bergetar hebat.

Yang dipanggil langsung menolehkan wajahnya. "Apakah Anda memanggil saya?"

Karyl mengangguk perlahan. "Iya, Sir."

Langkah tegas kembali mendekat. "Ada apa, Nona? Apakah Anda memerlukan bantuan?"

Ya Tuhan, kenapa Mr. Gilbert bersikap sangat manis dan penuh perhatian? Lihatlah Flow, betapa manisnya dia dalam memperlakukanku. Aku sangat yakin jika kau melihat ini maka, kau pun akan langsung menjerit histeris. Batin Karyl dengan penuh rasa bangga.

"Nona, jawab pertanyaan saya! Apakah Anda memerlukan bantuan? Tanyanya dengan nada sedikit meninggi.

"Em, tidak. Hanya saja apa yang Anda lakukan di depan kamar, Ms. Flow?"

Oh, jadi namanya, Flow. Baiklah, Nona Flow. Untuk sekarang aku sedang terburu - buru ke kantor. Nanti malam kita akan bertemu karena urusan kita belum selesai.

Langkah tegas terlihat lebar meninggalkan Karyl yang menghujaninya dengan tatapan kehilangan. "Mr. Gilbert, tunggu!"

Sialnya, panggilannya tertanggungkan oleh pintu lift yang sudah menutup rapat. "Ah, aku kan belum selesai bicara dengannya. Main pergi begitu saja. Dasar menyebalkan!"

"Siapa yang menyebalkan?"

Suara yang sudah tidak asing telah memaksa Karyl memutar tubuh dengan segera. Seketika itu juga dia pun membeliakkan tatapannya. "Dari mana saja, kau?"

"Dari apartement seseorang yang sedang marah padaku sehingga dia tidak mau membukakan pintu untukku." Sembari melempari Karyl dengan tatapan sinis. "Sampai kapan kau akan terus berdiri disitu, hah? Masuklah!"

🍁🍁🍁

Next chapter ...