Chereads / Billionaires: Love and Secrets / Chapter 14 - Chapter 14

Chapter 14 - Chapter 14

Baru juga mendudukkan kembali bokongnya pada sofa panjang. Bel apartement kembali berbunyi. "Arrggghh, siapa sih mengganggu saja!" Teriaknya. Meskipun begitu langkah kaki tetap mendekat ke arah sana. Sebelum membukanya, terlebih dahulu mengintip melalui interkam. Seketika itu juga manik hazel membeliak sempurna. "Jason, mau apalagi dia ke sini?" Geramnya. Dasar laki - laki ga tahu diri! Makinya dalam hati.

--

Flower langsung melenggang menuju kamar dengan membanting keras pintu dibelakangnya sehingga menimbulkan suara dentuman.

"Hari Ini semua orang benar - benar sangat menyebalkan!" Sembari membanting tubuhnya ke atas ranjang king size. "Apa ini?" Ketika merasakan sesuatu mengganjal dipunggungnya.

Manik hazel membeliak seketika. "Ponsel siapa ini?"

Seketika itu juga ingatannya berpusat pada Darren, bersamaan dengan itu membungkam mulutnya sendiri menggunakan telapak tangan. "Jangan - jangan ponsel ini yang dicari oleh, Mr. Gilbert. Oh, ternyata dia memang benar - benar kehilangan ponsel. Btw, tinggi juga selera dia." Sembari meneliti ponsel tersebut berpadukan dengan seulas senyum smirk.

Tanpa mau ambil pusing langsung melempar ponsel dengan merk kenamaan tersebut ke sisi ranjang. "Besok saja ku kembalikan." Lirihnya.

Flower kembali membaringkan tubuhnya. Untuk saat ini dia benar-benar harus bercengkrama dengan kenyamanan. Namun, sedetik kemudian kembali menegakkan duduknya. "Tetapi aku harus mengembalikannya ke mana?"

Ah, dasar menyusahkan! Kesalnya.

Tidak mau dipersalahkan, apalagi menambah daftar masalah di dalam hidupnya. Dia pun tengah berselancar mencari informasi penting mengenai Darren. "Aku sangat yakin bahwa lelaki tajir sepertinya pasti mudah ditemukan."

Bibir ranum tampak mengukir senyum simpul ketika sudah mengantongi alamat Gilbert Company. "Yes, besok aku akan ke sana setelah bertemu dengan, Osbert."

Tidak mau langsung tidur dia pun tampak memanjakan mata dengan majalah keluaran terbaru dari BM Magazine. Diusapnya foto dirinya yang terpampang pada halaman paling depan. "Perfect." Memuji foto diri sendiri ketika berpose dengan sangat anggun dan tentunya seksi.

Entah sudah berapa lama memanjakan mata dengan foto-fotonya. Dia juga memanjakan mata dengan an informasi terbaru seputar BM Magazine, perusahaannya yang menaunginya saat ini. Tanpa dapat tertepis rasa kantuk pun menghampiri hingga ia tertidur dengan majalah masih menggantung pada tangan sebelah kanan.

Uh, hal ini tidak bisa dipercaya bahwa supermodel kenamaan sepertinya tidur dalam posisi yang sama sekali jauh dari kata seksi.

Sinar pagi tampak mengintip malu - malu melalui tirai jendela menyapa hangat wajah cantik. Sapuan hangatnya telah memaksa manik hazel terbuka sempurna. Sebelah tangannya tampak mengayun di udara mencoba menghadang sinar mentari yang terasa menyilaukan mata. "Jam berapa sekarang?"

Ekor matanya tampak melirik pada arah jarum jam yang menggantung di dinding. "Uh, baru jam 6 pagi."

Flower kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang sembari menatap langit - langit kamar. Hembusan nafas berat tampak mengiringi deru nafasnya menghadapi hari paling buruk. "Huh, semoga saja si gila tidak berulah."

🍁🍁🍁

BM MAGAZINE

London, Britania Raya

10.15

Kedatangan Flower ke BM Magazine disambut oleh sang sekretaris Obsen yang mempersilahkannya untuk segera masuk ke dalam ruangan di mana lelaki paling berkuasa sudah menunggui kedatangannya.

"Silahkan masuk, Ms. Flow. Kedatangan Anda sudah ditunggu oleh, Mr. Obsen." Membukakan pintu untuk wanita tersebut.

Sementara itu di dalam ruangan, lelaki tersebut sudah menungguinya dengan penuh antusias. "Oh, Ms. Flower ... selamat datang, Manis." Merentangkan kedua tangan supaya Flower segera berhambur ke dalam pelukan, seperti para model lain yang dengan senang hati melemparkan tubuhnya di antara lengan kekar.

Obsen segera memicingkan matanya mendapati Flower tak menyambutnya dengan hangat. Wanita tersebut masih saja berdiri mematung ditempatnya sembari melemparinya dengan tatapan tajam mematikan.

"Dasar sok jual mahal. Aku tahu dia memang cantik. Tetapi sayang, dia ini angkuh dan sombong." Geram Obsen dengan suara yang sangat lirih sehingga terdengar seperti seseorang yang sedang bergumam, dan tentu saja baik Flower - Karyl tidak ada yang mendengarnya dengan sangat jelas. Namun, Flower sangat yakin bahwa lelaki gila tersebut sedang memakinya.

"Sampai kapan Anda akan membiarkan kami berdiri di sini, hah?" Sinisnya.

"Baiklah, silahkan duduk."

"Katakan, untuk keperluan apa Anda memanggil saya ke sini?"

Obsen langsung mencondongkan wajahnya ke depan sehingga memaksa Flower memundurkan tubuhnya. "Jaga sikap Anda, Mr. Obsen Brossom!"

Bibir kokoh tampak menyungging senyum smirk. "Jangan Anda lupakan bahwa di sini saya lah yang berkuasa dan bukan Anda, Nona Flower Carnabel. CAMKAN ITU BAIK-BAIK DI DALAM SINI!" Menyentak-nyentakkan jari telunjuk ke kepala Flower.

Disuguhi akan wajah tampan yang tampak mengetat dengan rahang mengeras telah membuat Karyl takut sehingga wanita tersebut mendekatkan wajahnya ke arah Flower berirama dengan bisikan. "Tahan emosi mu, Flow. Jangan menambah daftar kesalahan mu. Ingatlah bahwa dia itu seorang CEO, dia memegang peranan penting perusahaan ini dan hanya dalam satu jentikan jari maka, keadaan berubah dalam hitungan detik."

Flower dampak melemparinya dengan lirikan tajam. "Diam kau!" Desisnya.

Dihadapkan pada sikap keras kepala Flower mengiringi hembusan nafas berat yang dia buang secara perlahan. Dan hal itu pun tak lepas dari pengamatan seorang Obsen.

"Ada beberapa hal yang harus saya bahas secara khusus dengan, Ms. Flower. Silahkan tinggalkan ruangan!" Perintahnya pada Karyl.

Seketika itu juga Karyl merasakan cengkeraman kuat pada pergelangan tangan. Diliriknya Flower yang juga melemparimya dengan lirikan tajam. Satu hal yang Karyl tangkap melalui manik hazel adalah tatapan permohonan supaya dia tetap di sana, disisinya, mendampingi dalam menghadapi kegilaan Obsen.

"Apa lagi yang Anda tunggu, Ms. Karyl? Segera tinggalkan ruangan!" Perintahnya dengan nada tinggi berpadukan tatapan mengunci pada pintu keluar.

"I'm sorry, Sir. Saya adalah manager Flower jadi, sangat salah jika saya meninggalkan model saya sendirian di sini."

Obsen menggeram. "Anda berani membantah perintah saya?!"

Dengan penuh ketenangan Karyl menjawab. "Tentu saja tidak, Sir. Di sini tidak ada yang berani membantah perintah Anda."

"Kalau begitu silakan Anda keluar!" Jari telunjuk mengarah pada pintu keluar berpadukan dengan sorot mata penuh perintah tak terbantahkan.

Tanpa dapat membantah lagi, Karyl langsung beranjak dari duduknya. Ditatapnya Flowers sekilas sembari menyentuh lembut pundak ramping sebelum melenggang keluar ruangan.

Kini, menyisakan Obsen - Flower. Jujur, Flower dibuat ketakutan hingga bulu roma meremang seketika. Namun, dia berusaha menguasai keadaan, sama sekali tidak menampakkan akan rasa takut yang mulai mencekam hingga terasa meremas kuat hatinya kemudian melemparkannya pada kobaran api.

"Saya tidak punya banyak waktu, silakan Anda langsung ke point nya saja!" Desisnya berpadukan dengan tatapan tajam mematikan.

"Dibawah kuasa saya Anda tidak berhak memberi perintah, Ms. Flow!"

Manik hazel Flower menggeliat penuh rasa muak. "Saya tidak punya banyak waktu untuk meladeni omong kosong Anda, Mr. Obsen." Bersamaan dengan itu langsung beranjak dari duduknya.

Wajah tampan langsung murka. "Jangan melampaui batasan Anda, Ms. Flow. Duduk!" Perintahnya.

🍁🍁🍁

Next chapter ...