Flower tampak berdecih kesal disuguhi sikap Darren yang berusaha menjaga image nya. Dia pun mencondongkan wajahnya ke depan berirama dengan bisikan. "Berhenti berpura - pura bersikap seolah - olah kau ini lelaki terhormat karena pada kenyataan sebenarnya kau sangat buruk, minim etika, hilang rasa terima kasih dan pastinya MENJIJIKKAN!"
--
Dicengkeramnya rahang Flower dengan sangat kuat membuat sang pemilik merintih kesakitan. "Jangan pernah menguji kesabaranku, Nona. Kau sudah salah berurusan denganku. Sekarang katakan! Di mana kau menyimpan ponselku?"
Mendapati Flower hendak mengatakan sesuatu, cengkeram langsung terlepas saat itu juga. Sebelum melulai kalimat Flower tampak mengusap rahangnya yang terasa sakit. "Auch," rintihnya. Sementara itu, Darren sudah dibuat tak sabaran sehingga langsung melayangkan bentakan. "Cepat jawab! Di mana kau menyimpan ponselku, hah?" Dengarkan aku Nona, kau boleh meminta imbalan berapa pun jumlahnya. Yang jelas kembalikan ponsel kesayanganku."
Tatapan Flower memicing sembari mengangkat sudut bibirnya. "Selain memiliki etika yang sangat buruk. Tak ku sangka kau juga amnesia. Oh, atau ini memang kebiasaan mu bahwa kau sengaja mengarang cerita, hah? Tak ku sangka billionaire seperti mu bertindak dengan sangat menyedihkan. Sekarang katakan merk ponsel apa yang kau inginkan maka, dengan suka rela ku berikan untuk mu. Ya, dengan suka rela." Penuh penekanan pada kata terakhir. "Dan setelah ini jangan pernah lagi menginjakkan kaki mu di apartement ku dan jangan pernah lagi menunjukkan wajah mu yang menyedihkan ini dihadapanku!"
Disuguhi pada kesombongan dan sikap angkuh Flower, semakin membuat Darren geram. "Aku tidak butuh ponsel merk apa pun. Sekarang jawab di mana kau menyembunyikan ponsel milikku. Cepat katakan atau kau lebih senang ku paksa, hah?" Berpadukan dengan langkah mendekat.
"Mau Apa kau?" Desisnya. Darren tidak menjawab kecuali melempari Flower dengan tatapan tajam mematikan beriringan dengan langkah semakin mendekat membuat tubuh flower melangkah mundur hingga terkunci di antara dinding. Kini, tidak ada celah lagi baginya untuk bisa melarikan diri.
"Jangan macam - macam!" Mendorong dada bidang dengan sangat kuat. Sayangnya, tubuh kekar sama sekali tidak bergeser, bagaikan mematung sehingga membeku ditempatnya.
"Minggir!" Bentaknya hingga suara bentakannya terdengar memekakkan telinga. Seolah tak terusik olehnya, wajah tampan mendekat berpadukan dengan senyum smirk memaksa Flower memiringkan wajahnya sembari mendorong dada bidang dengan sangat kuat. "Ini tindak pelecehan dan akan ku laporkan kepada pihak yang berwajib! Bisa ku pastikan bahwa wajah mu yang sangat menyedihkan ini akan muncul pada halaman utama majalah bisnis."
Bibir kokoh tampak menyungging senyum smirk. "Lakukan jika kau bisa!"
"Jadi kau meragukanku, hah?" Geramnya.
"Bukan hanya, tetapi sangat meragukan mu. Wanita tanpa pamor seperti mu tidak bisa berbuat apa-apa selain bersikap manja pada lelaki kaya sepertiku."
Kini, habis sudah kesabaran yang coba Flower pendam sedari tadi. Ia pun tampak melemparkan tatapan sinis sebelum memulai kalimat. "Kau salah besar jika berfikir demikian." Sinisnya mengiringi wajah mendekat. "Aku bukanlah wanita manja seperti yang baru saja kau katakan! Camkan itu baik-baik di dalam otak mu yang tumpul ini!"
"Dasar wanita hina! Kau benar-benar menguras habis emosiku!" Makinya entah pada siapa karena nyatanya Flower sudah melenggang keluar kamar meninggalkannya sendirian berbalut luapan emosi.
Saat ini pun Flower terlihat hendak menghubungi petugas keamanan untuk segera ke kamarnya. Sialnya, gerakannya tertanggungkan oleh tangan kekar yang meletakkan kembali telepon genggam pada tempatnya.
"Lancang!" Geram Flower.
"Jangan melampaui batasan mu, Nona. Jangan membuatku bertindak kasar!"
Flower langsung mendongakkan wajahnya menantang, manik hazel nya menyilau penuh ketajaman. "Bukankah hal itu sudah kau tunjukkan, hah? Lihatlah dirimu! Kau pun berdiri di dalam apartement ku, Tuan asing." Berpadukan dengan tatapan mencemooh.
Langkah tegas mendekat sehingga memaksa Flower mundur. Kini, tubuhnya terjebak di antara dinding. "Apa yang mau kau lakukan, hah? Menyingkir dari hadapanku!" Bentaknya sembari mendorong dada bidang.
Sialnya, bentakannya tak membuat lelaki tersebut terusik dia pun terlihat menyungging senyum smirk. "Pertanyaan bodoh macam apa ini, Nona? Tentu saja yang diinginkan oleh lelaki di dalam ruangan yang sama adalah-" kalimatnya terhenti oleh belaian hangat yang mampir pada pipi sebelah kiri sehingga membentuk jari - jari lentik di sana.
Diusapnya pipi bekas tamparan. "Lancang! Kau sudah membuat kesalahan besar, Nona asing."
"Bukan aku yang membuat kesalahan tapi, kau! Ya, kau lah yang telah membuat kesalahan fatal dengan memasuki apartement ku secara lancang, tanpa permisi, bahkan tanpa undangan dariku."
"Cih, dengarkan aku, Nona. Aku bebas memijakkan kakiku di tempat mana pun yang aku suka."
Dada Flower tampak naik turun menahan amarah. "Memasuki area privasi adalah suatu tindak kriminal!"
"Cih, omong kosong!"
"Keluar dari apartement ku sekarang atau-"
"Atau apa?" Potong Darren cepat.
Flower tampak mengurai senyum smirk sebelum mengiringi pergerakan jemari lentik menekan tombol darurat. Tak ayal Darren mengumpat sumpah serapah. "Urusan kita belum selesai. CATAT ITU!" Melempari Flower dengan tatapan tajam mematikan. Setelahnya, membanting pintu dibelakangnya dengan sangat keras.
"Akhirnya pergi juga si minim etika. Dasar lelaki tidak waras! Seenaknya saja memasuki apartement ku. Dia pikir ini kamarnya? Seenaknya saja mencari ponselnya di sini. Dasar lelaki menyedihkan!" Umpatnya entah pada siapa karena nyatanya dia sedang sendirian di dalam apartement nya.
Ekor matanya tampak melirik pada pintu yang sudah menutup rapat. "Jangan sampai lelaki menyedihkan tersebut datang lagi ke sini. Ku pastikan bahwa aku sendirilah yang akan membakarnya hidup-hidup."
Flower tampak mendudukan bokongnya pada sofa panjang. "Uh, leganya." Sembari menyandarkan kedua lengannya pada sandaran sofa. Akan tetapi, tak berselang lama dia pun dibuat kesal oleh suara bel apartement.
"Huh, mau apa lagi sih dia datang ke sini? Dasar pengganggu!" Geramnya beriringan dengan langkah kaki mendekat ke arah pintu. Tanpa mengintip dulu melalui interkam langsung membuka kasar pintunya. "Mau apa lagi, hah?" Bentaknya.
Seketika itu juga wajah Flower dibuat memucat ketika yang berdiri dihadapannya saat ini bukanlah si lelaki menyedihkan melainkan petugas keamanan.
"Pemisi, Ms. Flow. Kami dari petugas keamanan. Kami mendapat laporan bahwa-"
"Em, keadaan sudah aman terkendali. Anda bisa kembali bertugas. Terima kasih." Potong Flower cepat.
"Apakah anda yakin?"
Flower mengangguk.
"Baik, Ms. Flow. Kami permisi." Yang dijawab dengan seulas senyum tipis. Sangat tipis hingga sang petugas keamanan saja tidak tahu bahwa dia sedang tersenyum.
Baru juga mendudukkan kembali bokongnya pada sofa panjang. Bel apartement kembali berbunyi. "Arrggghh, siapa sih mengganggu saja!" Teriaknya. Meskipun begitu langkah kaki tetap mendekat ke arah sana. Sebelum membukanya, terlebih dahulu mengintip melalui interkam. Seketika itu juga manik hazel membeliak sempurna. "Jason, mau apalagi dia ke sini?" Geramnya. Dasar laki - laki ga tahu diri! Makinya dalam hati.
🍁🍁🍁
Next chapter ...