"Jangan pernah lagi menyebut nama menjijikkan itu dihadapanku. Apalagi nama si pelakor, Rose Gardenia!"
Ish, dasar dia ini. Dia memintaku untuk tidak menyebutkan namanya. Tapi lihat kelakuannya, dia sendiri yang menyebutkan namanya. Bisa - bisanya dia ini menjilat ludahnya sendiri. Dasar aneh! Makinya dalam hati.
--
"Tambah kecepatan! Kau ini menyetir mobil seperti siput saja. Kalau tidak bisa menyetir, lebih baik pinggirkan mobilnya! Biar aku saja yang menyetir."
"Huh, dasar tidak sabaran." Bersamaan dengan itu mobil melaju dengan kecepatan tinggi membelah pusat Kota London sehingga tak berselang lama mobil yang membawanya pergi sudah sampai pada gedung menjulang tinggi bertuliskan Gilbert Company.
"Tunggu di sini!"
Belum sempat Karyl menjawab, Flower sudah turun mobil. "Flow, tunggu!" Sayangnya, yang dipanggil seperti tidak mendengar sehingga tetap saja melangkah lebar. "Dasar tuli." Makinya entah pada siapa karena nyatanya ia sedang sendirian di dalam mobil.
Saat ini Flower sudah berada pada lantai di mana ruangan Darren berada. Ia pun didampingi oleh sang security. "Tunggu di sini, Nona. Ikuti aturan perusahaan! Terlebih, Anda belum membuat janji dengan, Mr. Gilbert. Tidak semua orang bisa menemuinya dengan mudah."
"Omong kosong! Minggir!"
"Silahkan Anda tunggu atau tinggalkan Gilbert Company saat ini juga!" Bentak yang security.
Flower yang tidak suka dibentak dan direndahkan, langsung membentak balik dengan suara yang tak kalah tinggi. "Anda tidak tahu siapa saya, hah? Kedatangan saya ke sini untuk bertemu dengan, Mr. Gilbert. Jaga sikap Anda jika tidak ingin berakhir dengan penyesalan!"
Disuguhi sikap Flower yang penuh dengan arogansi telah membuat security tersebut muak. Meskipun begitu dia tetap bersikap dengan penuh hormat kepada tamu sang CEO. "Silahkan duduk!" Dengan penuh hormat mempersilahkan Flower untuk menunggu pada ruang tunggu.
Seorang wanita dengan pakaian super seksi yang memperlihatkan belahan dada tampak melemparkan tatapan sinis padanya. "Siapa sih wanita itu? Dasar tidak punya aturan. Belum membuat janji. Seenaknya saja memaksa bertemu dengan, Mr. Gilbert. Eits, tapi kenapa wajahnya tidak asing ya. Sepertinya aku pernah melihatnya tapi, di mana?"
Wanita itu pun tampak memutar bola matanya mencoba mengingat-ingat di manakah dia pernah melihat Flower. Seketika itu juga menepuk jidatnya sendiri ketika ingatannya berpusat kepada ikon model BM Magazine. "Oh My God, berarti dia itu, Ms. Flower Carnabel."
"Nona, apa yang Anda fikirkan? Cepat beritahu Mr. Gilbert bahwa, Ms. Flow ingin bertemu."
"Aku tahu apa yang harus aku kerjakan. Tidak usah mengaturku! Kembali ke ruanganku!" Bentaknya kepada sang security.
Dasar lelaki rendahan tidak tahu diri. Dia pikir dia itu siapa? Berani-beraninya mengaturku. Kesalnya, bersamaan dengan itu langsung menghubungi Darren dan memberitahu bahwa ada tamu yang sudah menungguinya.
"Hari ini saya tidak membuat janji dengan siapa pun."
"Kali ini berbeda, Sir. Dia adalah, Ms. Flower Carnabel."
Darren tampak mengerutkan keningya. Flower? Tanyanya dalam hati.
Oh, aku ingat sekarang. Bukankah si wanita resek itu namanya juga, Flower. Jangan-jangan dia. Pikirnya.
"Antarkan dia masuk!" Perintahnya.
"Baik, Sir."
Sang sekretaris tengah menghampiri Flower. "Silahkan masuk. Kedatangan Anda sudah ditunggu oleh, Mr. Gilbert."
Manik hazel menggeliat penuh ketajaman sebelum beranjak dari duduknya. "Thank you." Lirihnya tanpa mengulas senyum sedikit pun.
Cantik tapi, sombong! Mentang-mentang super model terkenal. Aku sangat yakin bahwa dia itu mencoba menawarkan diri kepada, Mr. Gilbert. Dasar model murahan! Makinya.
Mendapati pintu ruangan terbuka dengan menampilkan wanita cantik telah mengukir senyum dibibir kokoh. "Selamat datang di Gilbert Company, Ms. Flow. Apa yang membuat Anda jauh-jauh datang menemui saya, katakan?!" Sembari menyungging senyum smirk.
Manik hazel menggeliat ketajaman penuh. "Kedatangan saya kesini untuk mengantarkan ponsel Anda yang tertinggal di apartemen saya. Lain kali jangan pernah meninggalkan jejak apa pun." Sinisnya.
Tatapan Darren membeliak sempurna. Dengan segera diraihnya ponsel kesayangannya tersebut, tak lupa segera memeriksa galeri untuk memastikan bahwa tidak ada satupun foto wanita tercinta yang hilang dari sana.
Tidak suka disuguhi sikap Darren yang tampak sibuk dengan ponselnya tersebut telah membuat Flower geram. "Ponsel milik Anda sudah kembali. Saya permisi."
"Tunggu!"
Langkah Flower terhenti berpadukan dengan melemparkan lirikan sekilas. "Apa lagi? Cepat katakan!"
Langkah tegas mendekat berpadukan dengan seulas senyum yang sulit diartikan.
"Tidak perlu mengucap kata terima kasih, Mr. Darren. Saya tidak memerlukan itu."
Sayangnya, bukan ucapan terima kasih yang menggelitik pendengaran. Justru kata-kata sarkastik yang telah dilemparkan padanya.
Marah? Tentu saja! Ingin rasanya melayangkan pukulan telak ke wajah tampan saat itu juga.
Bibir kokoh menyungging senyum sinis bersamaan dengan itu melemparkan cek ke wajah Flower. "Silahkan Anda tulis berapa pun nominal yang Anda inginkan. Saya sangat faham bahwa para wanita seperti Anda ini memiliki tipu muslihat untuk mengambil keuntungan dari-"
"CUKUP!" Bentak Flower.
"Laki-laki seperti Anda ini memang tidak layak mendapatkan perlakuan baik. Seharusnya saya tidak berbaik hati dengan mengantarkan ... " Flowers sengaja menjeda kalimat dengan meraih ponsel milik Darren. "Seharusnya ponsel ini tidak saya kembalikan kepada Anda, akan tetapi ... " Flower kembali menjeda kalimat berpadukan dengan tatapan memicing.
Tanpa disangka dan tanpa diduga ponsel dengan merek kenamaan tersebut langsung dibanting ke lantai sehingga menimbulkan suara dentuman. Kini, ponsel itu pun tak lagi berbentuk, kepingannya tampak berceceran di lantai.
"Wanita hina beraninya kau, bitch!" Bentak Darren hingga suara bentakannya menggaung ke seluruh ruangan.
Flower tampak mengangkat wajahnya dengan tatapan menantang. "Jangan kau pikir bahwa segala sesuatunya bisa diukur dengan uang mu yang sama sekali tidak berharga ini, Mr Darren Ewald Gilbert!"
"Anda sudah salah berurusan dengan saya, Ms. Flow."
"Anda lah yang sudah salah berurusan dengan saya Mr. Gilbert, dan orang seperti Anda ini tidak pantas mendapatkan kebaikan dari siapa pun."
Flower sengaja melemparkan tatapan penuh luka sebelum melenggang keluar ruangan dengan membanting keras pintu di belakangnya.
Wanita hina seperti mu berani sekali menentangku. Menantang seorang Darren Ewald Gilbert. Geramnya berpadukan dengan kedua tangan mengepal erat hingga buku-buku jari memutih.
"Kenzie." Teriaknya.
Tak berselang lama yang dipanggil sudah hadir di hadapannya dengan membungkukkan badan. "Iya, Sir."
"Cari tahu tentang siapa itu, Flower Carnabel. Lingkungan kerjanya, teman, sahabat, keluarga, dan juga masa lalunya."
"Baik, Sir. Perintah Anda akan segera saya laksanakan."
"Ingat, Kenzie! Sore ini juga berkas tersebut harus sudah ada di meja saya, paham?"
"Baik, Sir."
"Hm, pergilah."
Darren tengah menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa dengan menatap langit-langit ruangan. "Kau sudah salah berurusan denganku, Ms. Flow. Kita lihat saja, sebentar lagi kesombongan mu dan juga keangkuhan mu akan terbayarkan dengan sangat mahal. Bahkan kau pun tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya."
🍁🍁🍁
Next chapter ...