Anatria tengah duduk di kelasnya. Saat ini tidak ada satu pun siswa dan siswi yang berada di kelas tersebut. Para siswa dan siswi saat ini tengah berada di lapangan karena sekarang adalah jam pelajaran olahraga. Anatria sendiri memilih duduk di kelas karena sedari tadi ia merasa kepalanya pusing, sehingga ia tidak bisa mengikuti jam pelajaran olahraga yang tengah berlangsung.
Anatria, gadis yang biasa disapa Atria itu tengah duduk di kursinya yang terletak paling pojok di barisan nomor dua. Atria sendiri tidak begitu yakin kenapa saat ini ia tiba-tiba menjadi lesu seperti ini, padahal saat jam makan siang tadi, ia masih baik-baik saja.
Jam pelajaran sekolah memang akan berakhir sebentar lagi. Pelajaran olahraga sengaja diletakkan sekolah pada dua jam terakhir, agar siswa dan siswi tidak berkeringat dan merasa nyaman saat belajar di dalam kelas. Meskipun sebenarnya mereka bisa mandi setelah berolahraga, karena sekolah memang memfasilitasi toilet yang bersih, tetapi itu justru akan membuat mereka menjadi mengantuk, karena itulah jam pelajaran olahraga akhirnya diganti menjadi dua jam sebelum sekolah usai.
Atria menatap ke luar jendela, kelas Atria berada di lantai dua, dari tempat ia duduk saat ini ia bisa melihat teman-teman sekelasnya sedang berolahraga. Anak perempuan bermain lempar bola, sedangkan anak laki-laki sibuk bermain bola basket. Satu kelas hanya terdiri dari dua puluh orang saja, di mana para siswi lebih mayoritas dibandingkan dengan para siswa.
"Ngapain di sini? apa kamu tidak mengikuti mapel olahraga?"suara seseorang membuyarkan lamunan Atria. Atria menoleh ke sumber suara, ia melihat Arda memasuki kelasnya, dan berjalan menuju ke tempat Atria duduk.
"Kamu sendiri ngapain ke sini?" tanya Atria, ia memperhatikan Arda yang saat ini telah berada di sampingnya.
Arda meletakkan tangannya di dahi Atria, sepertinya ia ingin mengukur suhu tubuh Atria. Atria menepis tangan Arda setelah beberapa detik tangan Arda berada di dahinya.
"Aku enggak apa-apa, cuma sedikit capek aja." ucap Atria kemudian.
"Bagaimana kamu bisa capek gini, bukankah seharusnya kamu bisa menjaga kondisi tubuh kamu, sebentar lagi kita ada ulangan!"omel Arda, Atria tahu Arda akan mengomelinya seperti ini.
Arda dan Atria berada di kelas yang berbeda, Arda di kelas XI.4 dan Atria di kelas XI.3. Mereka berdua sudah berteman semenjak kelas X semester dua, hal ini dikarenakan mereka sering bertemu dan secara tidak sengaja berinteraksi karena keadaan yang tak terduga.
Arda dan Atria sendiri merupakan siswa dan siswi peringkat satu dan dua seangkatan kelas sepuluh, karena itu mereka secara tidak sengaja selalu bertemu dan berinteraksi. Mereka sudah menjadi langganan juara sedari mereka kelas X.
Atria berada di peringkat ke dua sedangkan Arda berada di peringkat pertama. Atria selalu ingin mengalahkan Arda, tentu saja ia pernah menggeser posisi Arda, namun itu terjadi hanya saat ulangan akhir bulan. Tapi Atria sudah cukup senang, karena ia berhasil menggeser posisi Arda berkali-kali meski pada akhirnya saat ujian semester dan kenaikan kelas, Arda lah yang selalu menjadi pemenangnya.
Atria sendiri merupakan salah satu siswi yang dikagumi oleh banyak orang, bukan hanya karena kepintarannya namun juga karena keahliannya yang lain. Atria sendiri merupakan anak yang berbakat, tidak hanya dalam pelajaran namun juga dalam bidang seni. Ia memiliki penampilan yang menarik dan paras yang rupawan, dia juga orang yang ramah kepada orang lain, hanya saja ia tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang.
Apapun yang Atria inginkan selalu ia dapatkan, selain keinginan untuk mengalahkan Arda, ia juga berhasil menjadi teman yang saat ini dekat dengan Arda. Arda adalah anak yang sulit untuk didekati, bukan karena ia kutu buku, tetapi karena Arda memang sudah pintar dari lahir tanpa harus belajar dengan tekun sehingga membuatnya menjadi orang yang selalu dicari orang lain, dan itu menyebalkan bagi Arda, karena Arda merasa teman-temannya tidak tahu apapun sehingga ia harus menjelaskan banyak hal, dan itu melelahkan baginya.
Arda sendiri hampir mirip dengan Atria, ia memiliki banyak keahlian. Ia merupakan ketua basket dan juga ketua kelas. Arda juga memiliki proporsi tubuh yang bagus dan dengan latar belakang keluarga yang bagus, parasnya juga rupawan, hanya saja ia sangat dingin kepada orang lain. Mungkin perbedaan Atria dan Arda terletak di situ, Atria adalah orang yang mudah bergaul dan ramah sedangkan Arda kebalikannya.
Meskipun sikap Arda seperti itu, tetapi kebanyakan orang tetap ingin berteman dengannya, bahkan jika mereka mendapatkan perlakuan dingin dari Arda sekalipun. Mereka tetap membutuhkan Arda, itu sebabnya Arda bisa menjadi ketua basket dan ketua kelas. Arda memang menyukai basket lebih dari yang dibayangkan, bahkan ia lebih suka menghabiskan waktunya bermain basket daripada belajar, disitulah letak, terkadang dunia ini tidak adil.
Banyak orang yang berusaha mati-matian untuk mendapatkan nilai sempurna. Banyak juga orang yang berlatih dengan keras untuk mendapatkan keahlian dan mendapatkan hasil yang baik. Tapi bagi Arda, ia hanya perlu mencoba, setelah itu akan menjadi bisa. Arda hanya perlu mencoba sekali saja untuk bisa menjadi yang terbaik.
Atria sendiri juga tidak lepas dari sikap dingin Arda waktu di awal pertama ia mencoba mendekati Arda. Namun kemudian sikap Arda semakin berubah, makin lama Arda semakin ramah kepada Atria. Mungkin, Arda kagum karena Atria seorang siswi yang pintar dan memiliki banyak keahlian, sehingga Arda bisa mengobrol dengan Atria tanpa harus menjelaskan banyak hal. Menurut Arda menjelaskan banyak hal itu sangat menjengkelkan, Arda sangat ingin, ia bisa berdiskusi dengan lawan bicaranya sehingga saling mendapatkan pengetahuan baru.
Ini adalah pertama kalinya Arda melihat perempuan seperti Atria, Arda bisa melihat kesempurnaan dalam diri Atria. Mereka berteman semenjak kelas X semester dua, saat itu Atria mendapatkan nilai sempurna untuk mata pelajaran bahasa sedangkan Arda lemah pada mata pelajaran itu.
Arda tidak bisa mendapatkan nilai sempurna pada mata pelajaran bahasa, meskipun ia merupakan seorang siswa yang pintar. Arda selalu mendapatkan sembilan koma lima untuk mata pelajaran bahasa, dan yang paling rendah ia mendapatkan nilai sembilan. Hal ini tentu saja menjengkelkan bagi Arda, bahkan ia pernah belajar tentang mata pelajaran tersebut, meskipun ia belajar sekedarnya saja, tetapi hanya sebatas itulah Arda bisa mendapatkan nilai tertingginya, hal itu yang membuat nilai rata-ratanya tidak sempurna.
Atria mengajarkan Arda tentang pelajaran bahasa, untuk mengajarkan seorang Arda tidaklah susah. Arda bisa memahami apa yang dikatakan Atria dan semenjak itulah Arda mendapatkan nilai sempurna untuk pelajaran bahasa dan tidak ada cacat pada nilai rata-ratanya. Semenjak itu juga ia mulai membuka hatinya untuk berteman dengan Atria.
Atria sendiri sangat menyukai melukis, dan Arda adalah orang yang ia hormati, karena Atria selalu terkagum-kagum ketika melihat hasil lukisan Arda. Mereka sering menghabiskan waktu bersama melakukan banyak hal yang membuat keahlian mereka meningkat. Dimulai dari melukis, berenang, belajar, dan lain sebagainya. Arda sendiri bukanlah orang yang suka membuang-buang waktunya untuk hal yang tidak berguna menurut dia.
Semenjak kehadiran Atria jugalah kehidupan Arda berubah, ia seperti menemukan seseorang yang bisa mengerti dengan apa yang dia inginkan, mengerti dengan apa yang ia bicarakan. Atria dan Arda juga merupakan seseorang yang berpengetahuan sehingga mereka saling bertukar informasi dan membicarakan sesuatu yang menarik menurut mereka.