Atria tengah menyusun kembali buku-buku yang tadi sudah dibaca oleh para pengunjung. Dengan telaten dan hati-hati, Atria memastikan buku-buku itu terletak di tempat yang benar. Atria bekerja di salah satu toko buku yang terletak dalam perjalanan antara rumah dan sekolahnya, sehingga ia tidak membutuhkan waktu yang lama untuk perjalanannya.
Atria akan berangkat ke sekolah jam tujuh pagi, kemudian sepulang sekolah, sekitar jam tiga atau empat ia akan langsung ke toko buku, karena itu Atria sudah membawa baju ganti yang akan ia kenakan saat bekerja nanti. Setelah selesai bekerja jam tujuh malam, maka ia akan langsung pulang menuju rumahnya agar ia bisa segera belajar.
Di rumah Atria juga tidak akan beristirahat, sesampai di rumah ia akan makan malam bersama keluarganya, setelah itu ia akan mandi dan langsung belajar sampai jam sepuluh atau paling lambat sampai jam sebelas malam. Setelah itu Atria akan langsung tidur, Atria tidak akan pernah tidur lewat dari jam sebelas malam, itu akan membuatnya stress sendiri karena merasa kulitnya akan menjadi jelek.
Kehidupan Atria memang sedikit membosankan, ia harus melakukan kegiatan tersebut berulang-ulang kali hingga ia menjadi terbiasa. Namun tidak ada yang bisa Atria lakukan selain mengerjakannya, Atria pikir ia tidak harus mengeluh tentang hal itu.
Di luar sekolah, Atria memang jarang pergi bersama teman-temannya. Meskipun hanya sekedar makan, nonton atau jalan-jalan saja. Bukan karena teman-temannya tidak mengajaknya, namun Atria sendiri yang menolak dengan alasan ia harus bekerja. Jika Atria sudah mengatakan bekerja, maka teman-temannya pun akan mengerti dan tidak akan memaksa Atria lagi.
Pada hari minggu pun, Atria juga akan bekerja. Pagi hari sampai siang hari akan ia gunakan untuk membantu orang tuanya bekerja di rumah, seperti membersihkan rumah, mencuci, dan ke pasar. Tentu saja Atria tidak melakukannya sendiri, beruntung kakaknya juga bisa membantunya karena kakaknya juga bekerja mulai dari sore hari, sedangkan orang tua mereka tetap bekerja di hari minggu.
Jika Atria hanya menjalankan kehidupan seperti itu lalu untuk apa ia menginginkan kepopuleran dan mempedulikan penilaian orang lain? Tentu saja pertanyaan itu pernah singgah dalam benak Atria, karena pada akhirnya yang terjadi ia hanya bekerja keras untuk kehidupannya sendiri dan tidak bersenang-senang dalam hidupnya.
Namun di sisi lain, Atria juga merasakan kepopulerannya, seperti tidak sulit untuknya mendapatkan pekerjaan. Setiap orang membantunya dan mau berteman dengannya meskipun ia jarang berkumpul dan bermain bersama mereka. Jika Atria tidak mempunyai buku pelajaran atau apapun masalah yang ia alami di sekolah, maka akan banyak orang yang membantunya. Setidaknya untuk saat ini seperti itu, karena Atria menargetkan jangka panjang kehidupannya setelah ia lulus SMA dan menjadi dewasa.
Tanpa Atria sadari, ia sudah menyelesaikan semua tugasnya, dan sebentar lagi jam paruh waktunya juga selesai. Atria kemudian segera pamit kepada salah satu seniornya di toko buku ini, semua senior sangat membantu Atria dan memperlakukan Atria dengan baik. Atria segera menuju ke loker, Atria mengambil tasnya dan membuka perlengkapan make up nya, namun sebelum itu Atria menuju ke toilet untuk mencuci mukanya terlebih dahulu.
Atria melihat kembali ke cermin, ia memastikan berkali-kali bahwa make up yang ia gunakan sudah terlihat baik. Setelah puas Atria melihat baju yang ia kenakan hari ini, ia menyesali dirinya yang mengenakan baju ini.
Atria melirik jam diponselnya, masih ada setengah jam lagi sebelum Arda datang menjemputnya. Atria pikir akan lebih baik jika ia pulang terlebih dahulu, Atria pikir hanya mengganti baju tidak akan memakan waktu yang lama, lagian rumahnya juga tidak terlalu jauh, hanya sekitar lima sampai sepuluh menit dengan berjalan kaki.
Tanpa berpikir panjang, Atria segera bergegas menuju ke rumahnya. Atria mempercepat langkahnya, dengan sedikit tergesa-gesa. Sesampai di rumah, Atria melihat ibunya tengah menyiapkan makan malam.
"Kamu udah pulang?" Sapa Ibu atria sembari memasukkan sesuatu ke dalam wajan,
"Ma, aku nggak bisa makan malam di rumah hari ini, aku udah ada janji sama teman." ucap Atria sembari segera masuk ke dalam kamarnya, kakaknya yang sedang duduk di depan kursi hanya melihat Atria sekilas.
Atria segera membuka almari yang berada di kamarnya, Atria sendiri cukup rajin membeli pakaian dan pakaian yang ia beli tidak pernah jelek meskipun bukan dari merek yang terkenal. Mata Atria masih fokus menatap isi almari tersebut, seketika ia dibuat bingung dengan apa yang harus ia kenakan, ia selalu seperti ini, sehingga setiap kali mau pergi, Atria akan membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk memilah pakaian yang akan ia kenakan.
Atria tahu ia harus segera bergegas kembali menuju toko buku, karena mungkin saja Arda sudah datang, karena biasanya Arda memang lebih cepat dari waktu yang telah dijanjikan. Akhirnya Atria mengambil salah satu mini dress yang terletak paling belakang, sepertinya ini adalah salah satu dress yang jarang ia gunakan.
Bukan karena Arda, Atria seperti ini, tapi karena ia memang sangat memperhatikan penampilannya. Terlebih lagi, Atria yakin bahwa yang datang bukan hanya Arda saja, tapi beberapa teman-temannya juga akan datang. Seakan haus akan pujian, Atria berusaha berpenampilan sebaik mungkin, mulai dari pakaian yang ia kenakan hingga make up dan aksesorisnya.
Setelah merasa pas, Atria pun keluar dari kamarnya. Ibu Atria menoleh ke anak bungsunya itu dan tentu saja ia sudah tidak aneh melihat putrinya terlihat sangat cantik seperti ini, bahkan untuk ke warung di depan rumah saja Atria akan tetap memperhatikan penampilannya.
"Kamu mau ke mana?" tanya Ibu Atria,
"Aku keluar sama teman,"jawab Atria sembari mengenakan heels talinya.
"Aku pergi dulu Ma, Kak"pamit Atria secepat mungkin sebelum ibu dan kakaknya mengajukan lebih banyak pertanyaan.
Atria memang tidak begitu menyukai berbicara tentang dirinya kepada keluarganya, tapi itu bukan hanya dia, Atria pikir seluruh keluarganya seperti itu. Mulai dari mama, Papa dan Kakaknya, tapi meskipun begitu, jika ia mempunyai masalah ia pasti akan mencari kakaknya meskipun nantinya ia tidak akan menceritakannya secara gamblang.
Kakak Atria juga seperti itu, mungkin karena itulah hal-hal yang seperti ini tidak Atria ceritakan kepada keluarganya. Bahkan keluarga Atria tidak pernah tahu dengan siapa Atria bergaul, dan siapa teman-teman Atria. Selain karena Atria tidak pernah membawa teman-temannya, ia juga tidak pernah menceritakan kehidupan sekolahnya termasuk Arda. Hanya seniornya yang di toko bukulah yang dikenali kakaknya karena kebetulan bertemu saat kakaknya menjemput Atria.
Atria mengenakan heels yang tidak begitu tinggi, jadi ia tidak kesusahan dengan langkahnya saat ini. Atria sengaja memperbesar langkahnya dari pada berlari, bisa-bisa semua make up nya akan luntur karena keringat jika ia berlari dan ia akan menjadi terlihat sangat mengerikan.
Saat Atria sudah hampir sampai di depan toko buku, ia melihat Arda sudah berdiri di sana dengan menggenggam ponselnya. Benar saja dugaan Atria, Arda akan datang lebih awal dari jam yang telah dijanjikan, Atria kemudian semakin mempercepat langkahnya untuk menghampiri Arda.