Atria berjalan dengan langkah cepat untuk menghampiri Arda yang mungkin saja sudah menunggunya sedari tadi. Saat Atria berjalan mendekati Arda, tanpa Atria sadari ia tersenyum ketika melihat Arda, kali ini untuk pertama kalinya Atria melihat ketampanan Arda, ketampanan yang tidak Atria sadari sebelumnya, melainkan hanya karena orang lain yang mengatakan Arda tampan maka ia juga menganggap begitu.
"Sorry telat, udah lama ya."ucap Atria saat ia sudah berada di dekat Arda. Arda yang sedari tadi fokus kepada ponselnya, cukup dibuat tersentak karena kehadiran Atria yang tiba-tiba itu.
"Kamu dari mana?" tanya Arda bingung,
"Tadi aku nanyain kamu, kata rekan kerja kamu, kamu udah pulang."Arda menjelaskan. Arda pikir Atria melupakan janji mereka karena mungkin ingin belajar untuk persiapan ujian.
"Ah, tadi aku pulang sebentar, ada keperluan!" jawab Atria.
"Kenapa enggak suruh aku jemput ke rumah kamu aja?" Tanya Arda lagi,
"Kejauhan, toh kita juga bakalan naik busway dari halte di depan sana."elak Atria yang juga tidak berbohong. Namun alasan lainnya, karena ia tidak ingin terlalu akrab dengan orang lain hingga harus memberitahukan tentang sesuatu yang dianggapnya tidak perlu, seperti rumah, keluarga dan lainnya yang bersifat privasi.
Arda kemudian hanya mengangguk menerima penjelasan Atria, lagian Arda juga tidak begitu peduli Atria berbohong atau tidak. Arda kemudian memasukkan ponsel yang sedari tadi ia genggam, ia memasukkan ponsel tersebut ke dalam saku celananya.
"Yuk pergi sekarang, ntar keburu ramai."ajak Arda sembari melangkah menjauh dari depan toko buku tempat Atria bekerja.
Atria mengikuti Arda dari belakang sembari mengejar Arda untuk menyamakan langkah mereka. Atria dan Arda kemudian berjalan menuju ke halte busway yang terletak di seberang jalan dari toko buku tempat Atria bekerja itu.
Arda sendiri memang lebih menyukai naik busway daripada naik motor ataupun mobil. Meskipun ia bisa mengendarainya namun orang tua Arda tidak mengizinkan Arda, karena Arda masih di bawah umur dan belum mempunyai SIM.
Anak-anak di sekolah Atria dan Arda juga tidak ada yang membawa mobil atau motor. Kebijakan sekolah memang tidak membiarkan anak-anak membawa kendaraan pribadi jika mereka belum cukup umur untuk mendapatkan SIM. Beberapa anak akan menggunakan sopir pribadi, dan beberapa lagi akan mengendarai sepeda, ada juga yang berjalan kaki dan juga ada yang ke sekolah naik busway seperti Atria.
Lagian busway juga sudah menempuh semua jalur yang ada di kota ini, sehingga tidak lagi sulit untuk pergi kemanapun di kota ini. Selain itu, jam operasional Busway juga lumayan lama, yaitu mereka akan mulai beroperasi dari jam enam pagi sampai jam sepuluh malam. Mungkin busway memang diperuntukkan bagi orang-orang yang suka lembur di kantor.
"Kita mau ke mana? apa kamu udah tahu jalur mana yang akan kita lewati?" tanya Atria saat mereka sudah berada di halte.
Sebenarnya Atria tidak begitu khawatir jika ia pergi dengan Arda, karena Arda akan mempersiapkan semuanya dengan baik. Meskipun Arda jarang naik busway namun Atria yakin ia sudah mencari-cari informasi tentang rute yang akan mereka lalui dan busway nomor berapa yang akan mereka naiki.
"Kamu tenang aja, kamu tinggal duduk tenang, ikutin aku."jawab Arda dengan percaya diri, tentu saja Arda akan percaya diri, karena ia telah mempersiapkan semuanya dengan baik. Lagian tidak membutuhkan waktu yang lama bagi seorang Arda untuk mempelajari denah dari rute busway ini.
Setelah beberapa saat mereka menunggu, busway nomor 13 pun berhenti di halte tempat Arda dan Atria duduk. Arda kemudian menoleh ke Atria sembari menunggu orang-orang yang yang turun dari busway. Memang etikanya seperti itu, mendahulukan mereka yang turun dan kemudian barulah mereka yang akan menaiki busway. Orang-orang di sini juga cukup patuh mengikuti aturan itu seolah mereka telah terbiasa dengan itu.
"Yuk!"ucap Arda kepada Atria yang saat ini duduk di kursi. Arda kemudian memimpin di depan dan Atria mengikuti Arda dari belakang.
Sampai di dalam busway, beruntung Atria dan Arda menemukan tempat duduk, karena biasanya jam segini adalah jam busway lagi ramai-ramainya. Hal ini disebabkan karena biasanya banyak orang yang baru pulang bekerja ataupun mereka yang baru pulang belajar tambahan.
"Berapa lama?" tanya Atria kepada Arda,
"Lima pemberhentian dari sini."jawab Arda, Atria kemudian hanya mengangguk, ia tidak akan bertanya lagi.
"Apakah anak-anak yang lain juga bakalan datang?" tanya Atria beberapa saat kemudian, Arda kemudian menoleh ke Atria dan berpikir sejenak.
"Sepertinya begitu."jawab Arda tidak yakin, Arda sebenarnya tidak begitu peduli dengan anak-anak lainnya.
"Kenapa kamu terdengar tidak yakin seperti itu?" tanya Atria kemudian
"Apa aku harus tahu mereka datang apa enggak?" bukannya menjawab pertanyaan Atria, Arda justru bertanya balik.
Atria melupakan bahwa seorang Arda adalah orang yang tidak akan peduli dengan orang lain yang menurutnya tidak terlalu penting baginya. Tentu saja berbeda dengan Atria yang penasaran apakah anak-anak akan datang atau tidak. Ntahlah Atria juga tidak begitu yakin, apa manfaat dan keuntungan baginya jika anak-anak yang lain datang, atau apa itu akan merugikannya jika mereka tidak datang. Meskipun begitu Atria bisa saja memamerkan malam ini di akun sosial medianya, Atria sepertinya sangat ingin membanggakan seorang Arda yang jarang ingin pergi bersama teman-temannya tapi justru kini ia pergi bersama Arda. Tentu ada kebanggaan tersendiri bagi Atria.
Tentu saja Atria tidak akan memamerkannya secara langsung, setidaknya Atria akan membuatnya samar-samar sehingga teman-temannya lah yang akan merasa penasaran dan mulai kepo kepadanya. Meskipun Arda memiliki semuanya namun tidak semua perempuan ingin mendekati Arda, mereka hanya menjadi pengagum rahasia Arda atau sosok yang menjadikan Arda hanya untuk cuci mata atau menyegarkan mata mereka saja.
Teman-teman Atria adalah orang-orang yang tidak ingin terlibat dengan Arda yang terlalu dingin dan cuek kepada orang lain itu. Namun bagi Atria itu adalah sesuatu yang bagus, karena teman-temannya tidak terlalu berambisi, maka Atria merasa aman dengan posisinya sekarang tanpa mengkhawatirkan posisinya yang akan tergeser dari samping Arda. Lagian yang membuat Atria senang adalah teman-temannya mengakui bahwa Atria adalah satu-satunya orang yang pantas bersama Arda dan itu membuat mereka cemburu kepada Atria.
Meskipun Atria ingin berada di samping Arda, tapi bukan berarti Atria menyukai atau mencintai Arda. Atria hanya menikmati segala pujian dan kehidupan yang ia jalani saat ini, yang menurutnya sangat sulit untuk mendapatkan hal-hal seperti ini di dalam hidupnya.
Atria juga tidak peduli apakah Arda menyukainya atau tidak, namun sejauh ini hubungan mereka berjalan seperti ini. Mungkin hubungan mereka saat ini bisa disebut sebagai teman yang saling membutuhkan, karena faktanya memang mereka saling membutuhkan. Hubungan mereka hanya sebatas itu, karena Atria selalu membatasi setiap orang yang ingin dekat dengannya, dan beruntung Arda bukan orang yang menyusahkannya tentang hal itu. Arda dan Atria tidak pernah membahas tentang masalah yang sangat privasi, mereka sama-sama puas dengan hubungan mereka saat ini.