Chereads / WANTED! Jodoh Dunia Akhirat / Chapter 2 - Mas Bos!

Chapter 2 - Mas Bos!

"Ya Pak." Sahut Sefia lalu menundukkan pandangannya.

"Nanti kamu temani saya menemui klien di hotel Sanjaya. Karena papa tidak bisa datang."

"Baik Pak, kalau begitu saya permisi."

"Hm."

Pandangan Bima masih tertuju pada sosok sekertaris berhijab yang baru saja keluar dari pintu ruangan sang papa.

"Bim, kapan papa bilang kalau papa ga bisa datang menemui klien di hotel Sanjaya?" Pak Bram menatap heran pada sang anak, pasalnya Ia tak pernah merasa mengatakan hal tersebut pada anak sulungnya itu.

"Bagai mana kamu tahu jika papa ada pertemuan di Hotel Sanjaya?" Lagi – lagi Bratasena merasa bingung pada Bima yang baru saja sampai di negara itu dan sudah mengetahui agendanya siang ini.

"Pasti mama mu yang kasih tahu ya?" Todong sang papa.

Bima hanya tersenyum kecil lalu duduk di hadapan sang papa sambil memainkan pulpen diatas meja.

"Tidak penting Bima tahu dari siapa, yang jelas biar Bima saja yang datang ke acara tersebut."

"Tapi kamu belum tahu bahan – bahan meeting nanti."

Bima mengangkat bahunya "Nanti sekertaris papa yang akan memberi tahu Bima."

"Tumben kamu ga protes papa kasih sekertaris yang mungkin …." Pak Brata menghentikan ucapannya melihat reaksi sang anak yang jauh dari ekspektasinya.

"Mungkin apa pah?"

"Ya, mungkin tak sesuai dengan standar kamu."

Bima tergelak, bagai mana papanya ini dengan sok tahunya menilai standar seorang sekertaris yang diinginkan dirinya.

"Gadis itu cukup cantik, dan sopan."

Pak Brata menarik nafas panjang, "Dia juga pintar."

"Ya kalau itu sudah seharusnya, seorang sekertaris harus pintar dan cekatan, seperti cekatan saat melempar sepatu." Bima memelankan suaranya di akhir kalimat.

"Apa?"

"Apa Pah?"

"Kamu bilang apa barusan, suara kamu kayak perempuan yang lagi dilamar aja."

"Bima tidak bicara apa – apa, mungkin papa salah dengar." Ucap Bima santai lalu mengambil salah satu berkas yang bertumpuk di atas meja kerja Bratasena.

"Betapa malang hidupmu papah, kau bahkan sudah sangat tua, mengapa harus berjibaku dengan semua pekerjaan ini."

"Ini semua gara – gara kamu, dasar anak kurang ajar!" Hardik sang papa sambil mendengus kesal karena ledekan sang anak.

"Ya sudah papa pulang saja sana, biar aku yang melanjutkan semua pekerjaan papa, kasian mama menunggu papa dirumah, Bima yakin saat ini telingga mama tersiksa karena suara si cempreng."

Bratasena tersenyum lebar, Ia mengangguk – anggukkan kepalanya. Ia akan sangat setuju dengan apa yang saat ini disampaikan oleh anak sulungnya. Si Bungsu memang terkenal dengan suaranya yang cempreng dengan kebiasaan diluar pada umumnya seorang perempuan.

"Ok, papa pulang dulu kebetulan papa memang sangat merindukan mamamu."

Bima tak heran dengan ucapan sang papa,kedua orang tuanya memang sangat romantis walau usia keduanya kini tak lagi muda.

Bima yang mempunyai nama panjang Jhonatan Bima Aksara keturunan jawa Eropa merasa beruntung mempunyai orang tua yang sangat mencintai keluarga dan juga memiliki sifat yang jauh dari kata otoriter.

Bima selalu dibuat keki oleh kedua orang tuanya yang menganggap jika Bima kalah saing dengan sang papa. Di usia nya yang menginjak angka 30 Ia masih bertahan dengan status 'Jojoba'nya. Hanya ia dan kedua orang tuanya yang paham betul mengapa Bima masih bertahan hidup sendiri. Kisah percintaan yang kelam membuatnya Ia sulit untuk membuka hatinya pada wanita lain. Ada kisah yang belum usai diantara Ia dan mantan kekasihnya yang menyisakan sejuta luka dan sejuta tanya dihati Bima.

Bima hanya akan tersenyum cuek saat kedua orang tuanya atau para sahabat nya mengolok – oloknya yang masih betah sendiri padahal kedua sahabatnya Rendra dan Akbar masing – masing telah memiliki dua orang anak.

*****

"Haduh! Masa iya aku harus kerja sama orang itu sih? Tapi tak mungkin juga aku keluarkan?" Sefia begidik ngeri saat membayangkan jika Ia harus hidup bebas tanpa pekerjaan dan parahnya lagi harus kembali ke Jogja. Tidak …. Tidak…! Sefia tahu betul akibat yang akan Ia tangung jika Ia pulang ke Jogja dan jalan satu – satunya Ia harus tetap bekerja pada laki – laki brengsek tapi punya senyuman yang menawan maksud nya menawan hatinya… Kaleee…

"Sefia, saya pulang dulu ya tolong nanti kamu temani anak saya untuk menghadiri pertemuan di Hotel Sanjaya."

"Baik Pak."

Sefia masih menunduk dan hanya melirik sang bos yang kini telah jalan menjauh menuju ke lift khusus untuk presdir.

"Huh!!!" Hembusan nafas panjang keluar dari mulut gadis berjilbab itu.

"Hai!"

"EH!" Sefia terlonjak kaget.

Baru saja Ia bernafas lega, kini tiba – tiba Ia dikejutkan oleh suara laki – laki yang mulai Ia hafal dengan benar. Bos barunya.

"Ehem!" Bima mencoba menetralkan suaranya setelah hambir meledakkan tawanya melihat bagai mana wajah sekertaris warisan dari papanya itu.

"Ba_Bapak. Ehm. Maksudnya ada yang bisa saya bantu?" Tanya Sefia lalu kembali menunduk.

"Kamu panggil saya dengan sebutan apa tadi?" Tanya Bima sambil pura – pura sok jutek dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Tubuh tingginya bersandar pada kusen pintu ruangan Sefia yang tepat berada di depan ruangan sang papa.

"Bapak." Sahut Sefia dengan wajah masih tertunduk.

"Sejak kapan saya menikahi Ibumu?"

"Maksud bapak?"

Bima memutar bola matanya malas. "Bapak – bapak memangnya saya ini bapakmu?"

Sefia mengigit bibir bawahnya, bingung. Bagai mana Ia harus menghadapi bos barunya ini.

Bos yang berhasil membawa sepatu mahal miliknya.

"Lalu saya harus memanggil apa dong?" Tanya Sefia dengan raut wajah semakin bingung dan mungkin kesal.

"Mas!"

"Hah!" Sontak Sefia menatap bos barunya itu seolah tak percaya.

"Mas Bos!"

mo

"Apa? Bapak ga salah?"

"Bapak bapak, sudah saya bilang saya bukan bapakmu! Paham!" Tegas Bima padahal dalam hatinya bersorak soray kegirangan karena berhasil mengerjai sekertaris warisan sang papa.

"Maaf. Maaf Mas Bos." Sefia benar – benar ingin menendang laki – laki yang ada di hadapannya ini jika Ia bukan anak bos besarnya. Orang yang selama ini Ia segani karena perangainya yang baik dan selalu membantunya saat Ia dalam kesulitan.

"Bagus! Jangan salah lagi! Atau kamu akan saya hukum."

"Baik, Mas Bos."

"Sebentar lagi ikut dengan saya ke hotel Sanjaya silahkan kamu bersiap, Oya jangan lupa berkas yang harus kita bawa. Sudah kamu siap kan semuanya kan?"

"Su_ Sudah Mas Bos."

"Bagus. Saya keruangan saya dulu, saat nanti saya keluar dari ruangan saya kamu harus sudah siap, saya tidak suka menunggu." Ucap Bima pelan namun penuh tekanan di akhir kalimatnya ditambah tubuh tinggi nya yang condong ke depan persis ke wajah Sefia yang membuat Sefia mau tak mau memundurkan wajahnya demi menghindari bersentuhan dengan hidung mancung sang bos.

"Baik, Pa…. Eh Maksud saya Mas Bos."

Bima menarik lagi tubuhnya lalu segera berbalik untuk masuk ke dalam ruangan papanya yang kini resmi menjadi ruangannya.

Dibalik pintu ruang kerjanya Bima tertawa terbahak karena berhasil berbuat usil pada sekertarisnya. Selesai menghamburkan tawa kini wajah tampan itu menyeringai.

"Sepertinya akan seru." Ucapnya lalu segera menduduki kursi kebesarannya sambil menerawang bagai mana sekertarisnya akan uring – uringan setelah ini.