Chereads / WANTED! Jodoh Dunia Akhirat / Chapter 5 - Ini Orang Kenapa?

Chapter 5 - Ini Orang Kenapa?

Sefia masuk ke dalam area kantornya dengan wajah sendu bagai tertutup mendung. Beberapa OB yang berpapasan dengannya pun terlihat bingung dengan wajah yang ditampilkan oleh gadis cantik yang biasanya tersenyum ramah walau kadang jutek pada mereka.

"Pagi Mbak Sef," Sapa Sapto sang OB yang sedang membersihkan lantai 38 saat berpapasan dengan Sefia.

"Pak Sapto. . . ada kopi hitam?" Sefia menoleh pada Sapto yang sedang menatapnya sambil memegang alat pel.

"Namanya kopi pastilah hitam mbak Sef." Jawab Sapto mencoba bercanda, walau Ia tahu apa maksud Sefia sebenarnya.

"IH! Itu sih aku juga tahu, maksud aku kopi…"

"Iya mbak Sef, kopi hitam tanpa krimmer dan susu kan?"

"Nah itu…"

"Mbak Sef mau? Tumben kopi hitam, biasanya mbak Sef selalu ga ketinggalan krimmer dan susu." Sapto meletakkan alat pelnya ke dalam wadah, lalu berjalan kea rah pantry yang searah dengan ruangan Sefia.

"Lagi pingin pak." Sahut Sefia lesu lalu masuk kedalam ruangannya yang terbuka karena baru saja di pel oleh Sapto.

Sefia memang selalu berangkat lebih pagi dari karyawan lainnya, Ia selalu hadir terlebih dahulu sebelum bos nya datang, bahkan Ia sering bareng bersama OB yang memang di haruskan datang lebih pagi dari karyawan bagian lainnya.

"Pakai gula atau ga mbak?" Tanya Sapto sambil menoleh kan kepalanya ke ruangan Sefia.

"Ga usah pak."

"Pait lho mbak."

"Belum sepait kisah percintaan saya pak." Balas Sefia dengan bergumam.

"Apa mbak?" Sapto mendengar jawaban dari Sefia namun hanya berupa gumaman yang tidak jelas di telingganya.

"Ga apa – apa Pak, udah sana buruan sana bikin pak."

"Siap mbak!"

Sefia duduk di kursi kerjanya dengan tangan menopeng dagunya diatas meja, satu jari dari tangannya yang lain mengetuk – ngetuk meja.

"Pagi cantik."

Sefia mendongak, terlihat Alvin manager keuangan melonggi di pintu kerja Sefia.

"Apaan sih pak Alvin." Sefia semakin menekuk wajahnya.

"Eh! Memang kamu cantik. kenapa nih kelihatannya BT banget." Alvin langsung duduk di kursi depan meja Sefia.

"Kepo you…" Jawab Sefia sambil memonyongkan bibirnya.

Alvin tertawa, "Udah sarapan?"

"Ini kopi paitnya mbak Sef.." Sapto datang sambil membawa kopi di atas nampan kecil dan langsung menyela obrolan mereka.

"Ga salah kamu minum kopi hitam?" Tanya Alvin dengan wajah tak percaya.

"Ga." Ucap Sefia.

"Makasih ya pak Sapto."

"sama – sama mbak, Pak Alvin mau di buatkan kopi sekalian?" Tanya Sapto sambil menoleh pada Alvin yang duduk di samping Ia berdiri.

"Boleh deh, sekalian bikinkan roti ya Pak Sapto, masih ada kan stok roti di pantry." Alvin menoleh pada Sapto.

"Masih mas."

"Kamu mau roti sekalian ga Sef, biar Pak Sapto bikin sekalian?" Kini giliran Alvin memandang Sefia yang sedang mengaduk kopi miliknya.

"Ga usah, Terima kasih."

"Ya udah kalau gitu saya balik ke pantry dulu ya mbak dan Pak Alvin."

"Silahkan Pak Sapto." Jawab Alvin sedang kan Sefia memilih menikmati kopi pahit yang masih panas bikinan pak Sapto barusan.

Alvin masih setia menatap wajah Sefia yang sedang asik menyeruput kopi hitam miliknya. Namun tiba – tiba Alvin terkejut saat tiba – tiba Sefia menyemburkan kopinya ke sisi samping lalu beranjak berdiri.

"Se… selamat pagi Mas Bos." Sapa Sefia menatap Pria semi bule Eropa sedang menatap nya dengan tajam di depan pintu ruangan miliknya.

Alvin sontak ikut menoleh ke belakang, lalu segera ikut menyapa bos barunya itu. "Selamat Pagi Pak Bima."

"Ke ruangan saya sekarang!" Tatapan tajam dari Bima sontak membuat Sefia lalu menelan saliva nya yang bercampur kopi pahit dan terasa semakin pahit karena mata biru yang sedang menatapnya.

Bahkan Bima mengacuhkan keberadaan Alvin berikut sapaann dari bawahannya itu.

"Ba… baik Mas Bos."

Alvin menoleh pada Sefia, Ia merasa aneh dengan panggilan Sefia pada Bos barunya itu.

'Mas Bos?' Batin Alvin.

Sedangkan Bima langsung berlalu masuk ke ruangannya tanpa menoleh kembali pada dua orang di sana.

"Maaf Pak Alvin, saya tinggal dulu." Ucap Sefia dengan terburu – buru dan langsung mengikuti Bima masuk ke dalam ruangan laki – laki itu.

Bima langsung duduk di kursi kebesarannya, matanya menatap pintu ruangannya di mana Sefia sedang menutup pintu tersebut.

"Sini kamu." Ucap Bima galak.

Sefia hanya mengangguk lalu berdiri di seberang meja kerja Bima.

"Jadi itu alasan kamu datang pagi tiap hari? Aku kira kamu memanga rajin dan professional, tahunya kamu ada janji kencan pagi."

"Maksud Mas Bos apa?" Tanya Sefia, kekesalannya sejak semalam tak mampu lagi ia tahan.

Bima menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan matanya menatap Sefia tajam.

"Maksud saya, kenapa kamu ngobrol dengan manager itu? Sepagi ini? Apa kamu ga ada kerjaan?" Bima tak mau kalah dengan Sefia.

"Jam kerja belum dimulai Mas Bos."

"Ckckcckkc… Setiap kamu sudah menginjakkan kaki di perusahaan ini itu berarti kamu sudah bersiap untuk bekerja, Sefia Wiryo Atmojo."

"Maaf Mas Bos. Kalau begitu saya kembali ke ruangan saya dulu, Mas Bos."

"Siapa yang suruh kamu meninggalkan ruangan ini?" Bima masih menatap Sefia dengan tajam.

Sefia menarik nafas panjang, "Maaf Mas Bos."

"Duduk!"

Sefia hanya mampu menuruti apa yang di perintahkan oleh bos nya itu. Ia duduk di depan meja Bima dengan wajah yang masih tertunduk.

Bima mengeser dokumen di atas meja kerjanya ke sisi sebelah kiri. Lalu menekan intercom yang ada di meja sisi sebelah kanan.

"Sapto! Buatkan dua cangkir kopi dan bawa ke ruangan saya, Oya satu lagi sekalian kamu nanti ambilkan laptop di meja kerja Sefia, bawa keruangan saya." Bima tak menunggu jawaban dari Sapto Ia lalu menatap Sefia yang kini juga sedang menatapnya dengan wajah tak mengerti.

"Kenapa kamu lihatin saya kayak begitu?"

Sefia hanya mengeleng, sungguh bos barunya ini sulit di tebak apa maunya.

Selama satu minggu Ia bekerja dengan bos barunya ini Ia mendadak punya penyakit langganan, Sakit kepala.

Sapto datang membawa dua cangkir kopi serta tas laptop yang tergantung di pundak.

"Ini di taruh di mana Pak?" Tanya Sapto sopan.

"Taruh sini." Sahut Bima sambil menunjuk kea rah meja kerjanya.

"Lalu ini laptopnya?"

"Kasih ke Sefia."

Sapto lalu memberikan laptop yang ia pegang pada Sefia yang langsung menerima nya dengan gugup karena sorot tajam dari mata biru Bima terhadap dirinya.

"Ada lagi yang bisa saya kerjakan Pak?"

"Tidak ada, silahkan kamu lanjutkan pekerjaan kamu." Jawab Bima pada OB di hadapannya ini.

"Baik Pak, Permisi."

Bima tak menjawab hanya melihat Sapto yang keluar setelah menutup rapat pintu ruangannya.

"Kerjakan tugas kamu disitu."

"Ha?!"